Mantan Wali Kota Surabaya, Bambang DH menyayangkan Persebaya tak bisa lagi menggunakan Gelora 10 November, Surabaya.
TRIBUNJATIM.COM - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jatim menyayangkan Persebaya tak bisa lagi menggunakan Gelora 10 November, Surabaya.
Sekalipun hanya sebagai tempat latihan tim berjuluk Green Force tersebut.
Anggota DPRD Jatim, Bambang Dwi Hartono (DH) mengatakan bahwa pihaknya mendapat beberapa laporan dari Persebaya terkait hal tersebut.
Pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya disebut banyak menghambat penggunaan markas lama Persebaya ini.
”Kawan-kawan di Persebaya menyampaikan bahwa saat ini susah sekali untuk menggunakan Gelora 10 November sebagai tempat latihan. Sebenarnya, mereka sangat ingin berlatih di tempat itu tanpa harus ke luar kota,” kata Bambag DH ketika ditemui di Surabaya, Kamis (13/9/2018).
• Sidang Kasus Korupsi Bansos Ternak Tahun 2015, Ketua DPRD Jember Diminta Kembalikan Uang Negara
Stadion Gelora 10 November (G10N) atau Stadion Tambaksari adalah sebuah stadion multi-use yang berlokasi di Kecamatan Tambaksari, Surabaya. Stadion ini lebih sering dipergunakan untuk menggelar latihan sepak bola.
Stadion berkapasitas untuk 35.000 orang ini dulunya juga merupakan markas dari Persebaya Surabaya.
Saat ini, tim kebanggaan arek Surabaya ini sering kali berpindah tempat untuk berlatih. Bahkan, beberapa kali sampai harus menggunakan lapangan di luar kota.
Misalnya, sebelum menjamu PS TNI di Gelora Bung Tomo, Surabaya (Selasa, 11/9/2018) lalu, Persebaya harus empat kali berpindah latihan.
Tim yang diasuh Djadjang Nurdjaman ini pada Rabu (5/9/2018) berlatih di lapangan Karanggayam. Kemudian, dua latihan selanjutnya di gelar di lapangan Jenggolo, Sidoarjo. Sabtu (8/9/2018), latihan dilakukan di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Selanjutnya, Minggu (9/9/2018), latihan berpindah lagi di lapangan Polda Jatim.
”Padahal ini kan tim kebanggan arek Surabaya tapi tak bisa berlatih di kotanya sendiri,” lanjut Bambang.
Menurut mantan Walikota Surabaya ini, Pemkot Surabaya seharusnya mengoptimalkan sarana dan prasarana kota untuk optimalisasi pemanfaatan oleh warga kota yang memang harus dilayani.
”Saya jadi heran, untuk apa membangun, kalau kemudian impact-nya tak optimal?,” keluh Bambang.
Pihaknya pun menyarankan pemerintah kota dan pengelola tim sepakbola agar bertemu dan berkomunikasi.
Bukan hanya bagi tim Persebaya, namun semua klub yang ada di Surabaya.
”Baik tim anggota Persebaya, maupun tim yang lain. Sehingga sangat disayangkan kalau kita membangun sarana prasarana, namun jarang dipakai,” kata pria yang menjabat pada 2002-2005 dan 2005-2010 ini.
”Bangunan kalau rusak karena sudah dipakai, tidak masalah dan bisa dibangun lagi. Namun, kalau rusak karena jarang dipakai akan muncul pertanyaan, ‘membangun untuk apa?’,” tegas pria yang uga politisi PDI Perjuangan ini.
Ia pun berharap jajaran anggota legislatif di DPRD Kota Surabaya ikut memperhatikan masalah ini.
Mengingat, anggota DPRD ikut dalam proses pembangunan sarana dan prasarana di Surabaya.
”Kawan-kawan legislatif pasti ikut menyayangkan hal tersebut. Sayang dong?,” urainya.
Pergantian tempat latihan tersebut memang belum terbukti secara teknis mempengaruhi performa Persebaya secara umum.
Namun, pekan lalu Persebaya baru saja menelan kekalahan di kandang, Gelora Bung Tomo, dengan dua gol tanpa balas.
Secara umum, dari 21 pertandingan, Persebaya baru berhasil membukukan enam kali kemenangan, tujuh hasil imbang, dan delapan kali kekalahan.
Akibatnya, Persebaya pun tercecer di peringkat ke-13 klasemen sementara Liga 1.
Persebaya hanya berselisih dua poin saja dari Perseru Serui yang sementara berada di zona degradasi. (bob)