Gandeng Akademi Gizi, Kabupaten Lamongan Targetkan Angka Stunting di Wilayahnya Tutun Jadi 10 Persen
Bupati Fadeli berharap seluruh perangkat kerja terkait bekerja keras, agar angka stunting di Lamongan bisa turun menjadi 10 persen.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Melia Luthfi Husnika
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Bupati Fadeli berharap seluruh perangkat kerja terkait bekerja keras, agar angka stunting di Lamongan bisa turun menjadi 10 persen.
Bupati Fadeli menandaskan harapannya saat membuka Rembuk Stunting di Ruang Sasana Nayaka Pemkab Lamongan, Kamis (02/05/2019).
Rembuk bareng lintas perangkat daerah itu ditandai dengan penandatangan komitmen penuntasan stunting oleh Sekkab Yuhronur Efendi, Kepala Bappeda Mursyid, Kepala Dinas Kesehatan Taufik Hidayat, Camat Sukodadi Salmet Arifin, Kepala Puskesmas Sumberaji M. Machfud dan Kepala Desa Banjarejo Adam Malik.
• Kurikulum Baru Pendidikan Anti Korupsi Diberlakukan Tahun Ini untuk Murid SD-SMP di Lamongan
• 10 Desa di Sampang Terkena Stunting Kronis, Dinkes Keluhkan Tak Ada Anggaran untuk Penanganan Khusus
Sebelumnya, patut disampaikan apresiasi dan terima kasih, kepada semua pihak yang telah bekerja keras menuntaskan stunting di Lamongan.
Karena berkat kerja kera itu, angka di Lamongan pada tahun 2013 sebesar 30 persen, bisa turun menjadi 14,4 persen pada 2018.
Ia menginginkan camat sebagai representasi bupati di wilayah, agar memahami program penuntasan stunting tersebut. “Jangan berhenti pada komitmen. Camat harus paham dan implementasikan dengan benar,” pintanya.
Sementara Direktur Akademi Gizi Surabaya Andriyanto menekankan pentingnya untuk fokus pada intervensi sensitif, karena berkontribusi 70 persen pada upaya penuntasan stunting. Sementara intervensi spesifik berkontribusi 30 persen.
Ditambahkan, intervensi sensitif dilakukan pada sektor kesehatan, dan demikian sebaliknya. Intervensi sensitif diantaranya dengan pemberian makanan tambahan, peningkatan daya beli, pendidikan, infrastruktur, ketahanan pangan KB, hingga pengadaan air bersih.
“Yang paling krusial, tentu saja pemberian gizi yang cukup di masa 1.000 hari pertama kehidupan. Karena di periode inilah, otak bisa tumbuh dengan optimal,” ungkapnya.
(Hanif Manshuri)