Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jatim

Gini Cara Ampuh Putus Siklus Sandwich Generation Keluarga, 'Pakai Rumus Manajemen Keuangan'

Sandwich Generation merupakan sebuah fenomena dimana generasi yang sudah memiliki keluarga baru masih harus menafkahi keluarga lamanya (orang tua dan

Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Januar
Istimewa/TribunJatim.com
Fida Syarifa Syifa selaku Kepala Subbagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Regional IV JATIM yang sekaligus juga sebagai alumnus UNAIR Fakultas Ekonomi dan Bisnis saat jadi narasumber di Webinar Financial Plannner yang diadakan oleh Kelompok 38 KKN UNAIR ke-64, Selasa (10/8/21). 

Laporan Wartawan TribunJatim Network, Fikri Firmansyah

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sandwich Generation merupakan sebuah fenomena dimana generasi yang sudah memiliki keluarga baru masih harus menafkahi keluarga lamanya (orang tua dan saudara) ataupun sebaliknya.

Jika hal tersebut ditunjang dengan perekonomian keluarga yang rendah, tentu ini akan menjadi sebuah permasalahan.

Manajemen serta perencanaan keuangan yang baik sejak usia produktif adalah salah satu solusi untuk mengatasinya.

Dalam Webinar Financial Plannner yang diadakan oleh Kelompok 38 KKN UNAIR ke-64, Selasa (10/8/21), Kepala Subbagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Regional IV JATIM yang sekaligus juga alumnus UNAIR, Fida Syarifa Syifa turut hadir sebagai narasumber utama yang akan membahas persoalan Sandwich Generation secara tuntas.

Dalam menangani Sandwich Generation, Fida menjabarkan sebuah perencanaan keuangan dengan rumus 10, 20 ,30 dan 40.

"Dalam hal ini, rumus pertama yang saya maksud adalah 10, yang artinya adalah 10 % dana sosial," ujar Fida.

Dia menjelaskan, sebagai makhluk sosial, tentunya penting bagi seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang lain, oleh karenanya menyisihkan 10% dari pendapatan bulanan untuk bersosialisasi dan menambah relasi karena itu juga penting untuk menunjang masa depan.

“Jadi memang, relasi ini juga bagian dari sebuah investasi yang berharga, dimana dengan kita memiliki banyak relasi dapat mempermudah urusan kita jika suatu ketika kita membutuhkan,” jelas Alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR itu.

Rumus kedua, kata dia, 20 % untuk investasi dan asuransi.

Menurutnya tindakan Ini juga menjadi salah satu kunci dalam memotong siklus generasi sandwich.

Dikatakannya, dengan menyisihkan 20% dari uang pendapatan untuk investasi seseorang bisa melindungi nilai uangnya dari adanya inflasi.

"Selain itu, dengan berinvestasi bahkan kita  bisa menggandakan uang yang diinvestasikan, namun dengan catatan, instrumen investasi yang kita pilih bagus dan memenuhi kriteria 2 L (logis dan legal),” tuturnya.

Ia melanjutkan, disamping investasi, asuransi juga perlu untuk berjaga-jaga terhadap hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan, kebakaran dan musibah lain. Hal tersebut juga untuk melindungi aset yang dimiliki.

Meski terlihat mudah, 20% ini sangat sulit untuk dilaksanakan oleh kebanyakan orang karena berbagai alasan. Poin utamanya adalah keseriusan dan konsistensi untuk menyisihkan uang demi menunjang masa depan.

“Ingat! menyisihkan, bukan menyisakan,” tegasnya.

Baca juga: 6.080 Nakes Jalani Vaksinasi Covid-19 Dosis Ketiga, Bupati Ipuk: Semoga Semakin Melindungi

Ketiga, 30% hutang produktif, yakni bisa diwujudkan dengan memanfaatkan Kredit dari bank untuk pemenuhan kebutuhan primier seperti cicilan rumah dan kendaraan bermotor ataupun kegiatan produktif membangun bisnis.

“Asalkan pembayaran bulananya tidak melebihi 30% dari pendapatan kita,” sambungnya.

Keempat, 40% kebutuhan bulanan.

Fida menilai, kebutuhan bulanan pastinya harus mendapatkan porsi paling besar. Meskipun begitu, ia mengajak supaya menghindari perilaku hidup yang boros ketika di usia produktif.

Dia menuturkan, seseorang harus pintar memilah yang mana kebutuhan dan mana keinginan semata.

“Hindari konsep You Only Live Once (YOLO), mungkin itu akan membuat anda bahagia di usia muda namun menyusahkanmu ketika sudah beranjak tua dan tidak produktif lagi,” tuturnya.

Mengakhiri pemaparanya, Fida berharap dengan semakin mudahnya akses terhadap instrumen investasi  saat ini, masyarakat khususnya generasi millennial bisa mulai untuk berinvestasi di negeri sendiri.

Terlebih, dari segi harga untuk pembelian saham saat ini juga jauh lebih terjangkau daripada dahulu yang 1 lot mencapai 500 lembar.

“jadi jangan sampai kalah sama bule, masa investor di Indonesia dikuasai asing, sementara kita yang diberikan kemudahan akses tidak mau berinvestasi yang dapat mendorong perekonomian negara kita,” pungkasnya.

Kumpulan berita Jatim terkini

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved