Berita Surabaya
Dua Kali Dagangan Dibayar Pakai Uang Palsu, Pedagang Sayur di Wonocolo Surabaya Hanya Bisa Pasrah
Sudarmi (60), pedagang sayur mayur atau lazim disebut 'Mlijo' di perkampungan Gang 3, Jemur Wonosari, Wonocolo, Surabaya, menjadi korban kejahatan uan
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA- Sudarmi (60), pedagang sayur mayur di perkampungan Gang 3, Jemur Wonosari, Wonocolo, Surabaya, menjadi korban kejahatan uang palsu (Upal).
Sejumlah bahan olahan masakan seperti sayur mayur dan lauk pauk yang dijualnya, ternyata dibeli oleh orang tak bertanggung jawab, menggunakan uang palsu pecah Rp50 ribu.
Insiden memilukan itu, tak hanya terjadi pada Rabu (9/2/2022) pagi. Pada bulan Januari, kemarin, Sudarmi juga pernah menerima uang palsu dengan nominal pecahan yang sama.
Kedua uang palsu tersebut, kini disimpan Sudarmi dalam wadah tersendiri. Hal itu sengaja ia lakukan, agar upal tersebut, tidak bercampur dengan lembaran uang kertas lainnya yang asli.
Baca juga: Peredaran Uang Palsu Kembali Marak di Jatim, Begini Tips dari BI agar Mudah Membedakan
Kendati mengaku agak jengkel, karena dua kali dirinya ditipu dan dagangannya dibeli oleh orang tak bertanggung jawab menggunakan uang palsu.
Sudarmi mengaku, belum berpikir untuk melaporkan peristiwa yang dialaminya itu, ke pihak berwajib. Dan lebih memilih pasrah, sekaligus mulai berhati-hati menerima setiap uang dari para pembelinya.
"Enggak lapor polisi, pasrah," ujarnya saat ditemui awak media di lapaknya, Gang 3, Jemur Wonosari, Wonocolo, Surabaya, Rabu (9/2/2022).
Kecurigaan Sudarmi, jika uang yang diperolehnya dari seorang pembeli tak bertanggung jawab itu, baru disadarinya saat akan menggunakan uang tersebut membeli plastik kemasan untuk dagangan sayur mayurnya.
Baca juga: Sindikat Peredaran Uang Palsu di Jember Dibongkar Polisi, Tersangka Mengaku Beli lewat Facebook
Ia mengaku kaget, ternyata tampilan dan tekstur lembaran kertas uang Rp50 ribu berwarna biru itu, begitu berbeda dari uang asli lembaran pada umumnya.
Uang palsu yang diterima Sudarmi memiliki tingkat kecerahan pewarnaan yang cenderung terlalu tebal.
Kemudian, benang pengaman sebagai petanda keabsahan uang, tidak ditanam di dalam tesktur tipis lembaran kertas uang, melainkan dicetak bersamaan dengan proses pewarnaan uang palsu.
Dan, hologram petanda keabsahan uang, pada upal tersedia, juga tidak tampak mengkilap seperti biasanya uang asli.
"Kalau asli, benangnya ada mengkilap, kalau dipegang agak kasar," jelasnya.
Incar Rumah Kosong, Pria Pengangguran di Surabaya Ini Curi Kabel, Hasil Curian Dijual ke Pasar Loak |
![]() |
---|
Kronologi Pembacokan Remaja asal Sidoarjo di Gang Buntu Surabaya, Bermula Kalah Tawuran dan Kabur |
![]() |
---|
Permudah Bantuan Permakanan Lewat BTT, Khusnul Khotimah: Era Digital Mestinya Bisa Lebih Cepat |
![]() |
---|
Terpancing Orderan Sabu dalam Nasi Bungkus, Bandar Narkotika di Surabaya Diringkus |
![]() |
---|
Momen Ultah Megawati ke-76, Kader PDIP Surabaya Bagikan Bingkisan ke Ibu Hamil dan Balita |
![]() |
---|