Kisah Pasangan Lansia di Hutan Jombang, Setia Hidup Berdua Selama 50 Tahun, Bertahan dari Hasil Alam
Di tengah rimbunnya hutan Desa Kromong, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur hidup sepasang suami istri lansia yang setia
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Sudarma Adi
Bagi Mbah Jo, hutan bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga tempat bersembunyi. Ia lahir di Mojokerto, namun sejak lama memegang KTP Jombang. Perpindahannya ke Desa Kromong, Jombang terjadi karena alasan politik pada masa Orde Baru.
Baca juga: Semarak Kreativitas di Panti Asuhan, Pemuda Jombang Tebar Semangat HUT ke-80 RI
“Waktu itu zaman coblosan Soeharto. Saya ditakut-takuti, kalau tidak mencoblos akan diusir. Saya pilih pergi duluan sebelum diusir,” ujarnya.
Kejadian itu lalu mengantarkannya ke sebuah hutan di Desa Kromong, yang memang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kemlagi, Mojokerto. Ia pun menetap di hutan bersama ayah dan ibunya, bertahan hidup dari hasil alam, bahkan sebelum menikah.
Ia hidup lama di hutan sebelum akhirnya berjodoh dengan Mbok Pat dan memilih membangun rumah sederhana yang sekarang ia tempat saat ini sejak tahun 1997.
Pengalaman hidupnya jauh melampaui sekadar bertani. Mbah Jo pernah merasakan masa pergolakan penjajahan, saat Belanda lengser dan Jepang masuk Indonesia. “Waktu masa perang, saya di Mojokerto, hanya bersembunyi di hutan. Tidak berani keluar,” kenangnya.
Di hutan, pengetahuan hidupnya diwarisi dari sang ayah. Untuk mengetahui pergantian hari, ia melihat posisi matahari dan bulan, dibantu hitungan Jawa yang telah ia kuasai sejak muda. “Kalau hidup di hutan, yang penting pintar-pintar mengolah tanah. Itu saja,” katanya.
Meski sudah berusia 91 tahun, Mbah Jo masih sehat dan bugar. Ia mengaku rahasianya sederhana, bangun tidur langsung minum brotowali ramuan pahit dari tanaman obat dan madu setiap hari. Bahkan, ia masih sanggup berjalan hingga 40 kilometer ke dalam hutan untuk mencari madu liar.
Untuk menempuh kediaman Mbah Jo dan Mbok Pat, jika titik keberangkatan dari Desa Kromong membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan Medan jalan yang didominasi pasir dan bebatuan.
Di kediaman keduanya, tidak ada tetangga, hanya ada sebuah rumah kayu yang ditinggali oleh Mbah Jo dan Mbok Pat bersama kedua anaknya yang sudah besar. Ditambah dengan kandang kambing dan lahan tanaman tempat mereka beraktivitas sehari-hari.
Bagi pasangan ini, hutan bukan sekadar tempat tinggal. Ia adalah rumah, sumber kehidupan, sekaligus saksi perjalanan panjang cinta dan keteguhan hati mereka.
Dan ketika kelak tiba waktunya, mereka berharap jasadnya kembali ke tanah yang telah setia memeluk mereka selama setengah abad
Modus Pasangan Kekasih Culik Bocah Sidoarjo Lalu DIbawa ke Yogyakarta, Sebab Aksi Nekatnya Terkuak |
![]() |
---|
Saran Wali Kota Wahyu Hidayat Soal Hipertensi Jadi Penyakit Dominan di Malang: Perbanyak Guyon |
![]() |
---|
Truk Berjalan Sendiri di Blitar, Hancurkan Rombong Pedagang Jus, Tabrak Mobil dan Tiang Listrik |
![]() |
---|
Buka Warung di Rumah, Nenek Tukimah Bingung Bayar PBB Rp 872 ribu, Awalnya Rp 161 Ribu |
![]() |
---|
Motor Vario Raib Dicuri di Surabaya, Pelaku Terekam CCTV saat Masuk Rumah dengan Pagar Terbuka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.