TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Pengaruh pemain asing di kompetisi Indonesia nyatanya masih cukup tinggi. Hal tersebut tampak dari persebaran pemain asing disemua klub kasta tertinggi nyaris tak terkendali.
Kehadiran pemain impor tersebut seakan menjadi candu bagi klub tanah air. Klub akan merasa tidak percaya diri jika di dalam komposisi tim yang mereka miliki belum ada pemain asing.
Ya, setiap klub di kasta tertinggi persepakbolaan tanah air hampir bisa dipastikan menggunakan jasa pemain asing. Bahkan, banyak diantara klub yang berani memberikan bayaran besar kepada pemain asing tersebut.
Belum lagi fasilitas yang didapat pemain asing terbilang mewah bila dibandingkan dengan pemain lokal. Jika pemain lokal biasannya ditempatkan di Mess. Maka para pemain ekspatriat ini biasa ditempatkan di hotel atau juga dikontrakkan rumah. Untuk transportasi, mereka juga diberikan fasilitas mobil.
General Manager Arema FC Ruddy Widodo, membenarkan tentang adanya sedikit perbedaan perlakuan tersebut. Sebab, pemain asing didatangkan klub karena diharapkan mampu memberikan benefit lebih terhadap klub tersebut. Sehingga terkadang mereka mendapat fasilitas yang terbilang cukup mewah.
"Mereka kami datangkan karena memiliki kualitas dan diharapkan mampu memberikan efek positif pada klub. Sebab, kontrak mereka lebih besar daripada pemain lokal. Kalau di Arema, untuk fasilitas yang disiapkan untuk pemain asing ya tiket pulang pergi, tempat tinggal dan juga untuk transportasi," ucapnya Kamis (6/4/2017) di Kantor Arema FC Jalan Kertanegara, Malang.
Jika dilihat, para pemain asing yang dimiliki Arema FC memang mendapatkan fasilitas tersebut. Esteban Viscarra, Jad Noureddine dan juga Arthur Cunha diberikan tempat tinggal di sebuah hotel di kawasan Kota Malang. Akan tetapi memang hotel tempat mereka tinggal merupakan bagian dari sponsorship Arema FC. Untuk transportasi, mereka juga mendapatkan fasilitas mobil.
"Pemain asing itu sebenarnya sudah terbiasa dengan kehidupan simpel. Karena Arema memiliki hotel ya kami tawarkan ke mereka. Tetapi jika mereka menginginkan rumah, maka ya kami kontrakkan. Yang meminta rumah biasanya pemain asing yang sudah berkeluarga," papar Ruddy.
Selain itu, General Manager berkacamata ini juga menjelaskan bahwa semua fasilitas itu tidak serta merta langsung didapatkan oleh pemain asing. Semua tergantung pada negosiasi dan kesepakatan.
"Kalau di Arema, kami tidak mau grusa grusu dalam merekrut pemain asing. Sebelum mereka datang ke Indonesia kami ada namanya offer letter (surat penawaran). Jadi, pada surat tersebut sudah tercantum berapa nilai kontrak yang ditawarkan serta fasilitas apa saja yang ditawarkan. Jika kedua belah pihak menemui kecocokan maka sang pemain melakukan tanda tangan dan kami akan kirim tiket. Setelah tiba di Malang, mereka tinggal tanda tangan kontrak saja," imbuhnya.
Ia menuturkan bahwa hal tersebut sebagai antisipasi adanya agen pemain yang nakal. Sehingga Arema FC saat ini lebih berhati-hati dalam merekrut pemain asing.
"Berdasarkan pengalaman ketika merekrut pemain asing, klub juga harus memperhatikan dokumen-fokumen persyaratannya. Sebab, terkadang ada pemain asing yang memiliki kualitas bagus tetapi nyatanya paspornya sudah habis masa berlakunya. Tentu hal tersebut cukup merugikan buat klub," tambahnya.
Disisi lain, Ruddy menambahkan lagi bahwa perbedaan fasilitas yang diberikan klub kepada pemain asing tak menimbulkan kecemburuan sosial.
"Alhamdulillah di Arema FC tidak ada masalah dengan hal itu. Sebab, masing-masing pemain tau kualitas mereka sendiri. Sehingga semua berjalan lancar. Semoga kedepan tetap berjalan dengan normal dan tidak ada masalah," pungkasnya.