Wow, Pesanan Busana Muslim Membludak, Model Ini yang Paling Banyak Dicari

Penulis: David Yohanes
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Busana muslim Sulthan-Jasmine produk Andrianto, asal Kelurahan Botoran, Kecamatan Tulungagung siap dikirim ke pemesan.

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Kini, 10 hari jelang lebaran warga disibukkan untuk berbelanja memenuhi kebutuhan Lebaran.

Biasanya saat ini warga lebih banyak berburu baju lebaran dan sejenisnya. Tidka heran pesanan baju muslim naik berlipat-lipat.

Pesanan busana muslim menjelang lebaran meningkat drastis hingga 200 persen.

Namun dari sisi model, pesanan mengalami stagnasi. Tidak ada model baru yang menjadi primadona seperti tahun-tahun sebelumnya.

Diungkapkan Andrianto, pengusaha konveksi di Kelurahan Botoran, Kecamatan Tulungagung, kondisi normal produksinya sebanyak 10.000 pakaian per bulan.

Namun menjelang lebaran, pesanan naik mencapai 30.000. Pesanan ini sudah dikerjakan dua minggu sebelum puasa.

“Biasanya 10.000 itu pesanan plus produksi rutin untuk dipasarkan. Sekarang ada penambahan pesanan 20.000 pieces,” ujar Andrianto, Jumat (16/5/2017).

Pemasaran terbesar produk Andrianto ke Surabaya. Dari Surabaya produk kemudian dibawa pedagang ke wilayah Indonesia timur.

Sementara di Jawa Tengah, pesanan paling banyak dari Solo.

Baca: Astaga! Idol Pria Korea Selatan Ini Dilecehkan Berkali-kali, Wajahnya Bikin Kaget!

Menggunakan merek Sulthan-Jasmine, produk Andrianto lebih banyak mengekor produk dari Jakarta.

Ayah empat ini mengungkapkan, biasanya pasar menangkap busana muslim para artis.

Mereka ingin meniru busana muslim tersebut, namun kesulitan mendapatkan barang.

Selain harganya mahal, model yang di keluarkan di Jakarta tidak mudah diakses pasar hingga ke daerah-daerah. Karena itu Sulthan-Jasmine menawarkan produk serupa.

“Kita ngekor saja, karena trend setter-nya memang ada di sana,” tambah Andrianto.

Dari total produksi, 80 persen adalah busana muslim anak-anak.

Sisanya 20 persen busana muslim dewasa. Khusus tahun ini tidak ada model khusus yang menjadi idola.

Alasannya, saat ini Jakarta mengeluarkan produk busana muslim dengan model lebih dari 10 buah.

“Ada 10 model yang diproduksi bersama-sama. Sulit menjadikan salah satu menjadi idola,” ujarnya.

Secara umum model busana muslim anak saat ini dikenal dengan sebutan Pildacil.

Pildacil kependekan dari Pemilihan Dai Cilik, acara sebuah stasiun televisi swasta yang mencari bakat dai anak-anak.

Saat acara ini tayang, biasanya peserta mengenakan busana muslim dari perancang terkenal.

Meski demikian, banyak brand yang pesan busana muslim ke Andrianto.

Barang pesanan ini sengaja dibuat polos tanpa merek, atau ciri produk tertentu.

Nantinya pemesan akan memberikan merek seperti brand yang mereka miliki.

Lebih jauh Andrianto memaparkan, busana muslim menjadi senjata terakhir pengusaha konveksi di Botoran.

Sebab sebelumnya banyak yang gulung tikar karena serbuan produk Tiongkok.

Sedangkan khusus busana muslim, produk Tiongkok masih kalah dengan produk lokal.

“Selama masih ada puasa dan Lebaran yang ditunggu-tunggu masyarakat, busana muslim masih punya harapan yang bagus,” tegas Andrianto.

Andrianto menggagas busana muslim nusantara. Ide ini sudah lama muncul, namun belum sempat diwujudkan.

Menurutnya, budaya nusantara memberikan ide yang tak terbatas.

Misalnya batik, nantinya bisa diaplikasikan ke busana muslim. Demikian juga kopiah, bisa didesain seperti blangkon.

“Busana muslim Indonesia kini menjadi kiblat. Sementara budaya nusantara memberikan ide yang tanpa batas,” tandas Andrianto. (Surya/ David Yohanes)

Berita Terkini