Ketua Organda Tanjung Perak Surabaya Kritik Imbauan Pemberhentian Truk Saat Lebaran Terlalu Mepet

Penulis: Pradhitya Fauzi
Editor: Anugrah Fitra Nurani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Organda Tanjung Perak Surabaya, Kody Lamahayu

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Pradhitya Fauzi

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Ketua Organda Tanjung Perak Surabaya, Kody Lamahayu, mengutarakan opininya terkait pemberhentian aktivitas truk di jalanan kota pahlawan.

Dia mengkritisi pemberhentian kendaraan bertonase berat selama hari raya idul fitri 1438 H.

"Tidak mengerti maunya apa, sehingga semua harus saya yang meraba. Saya harap tahun depan lebih disiplin, lebih ketat, lebih-lebih aturan itu lebih jelas begitu loh," terang Kody pada Minggu (9/7/2017).

Dia meminta pemerintah melakukan imbauan resmi jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan musim mudik.

Baca: Truk Sempat Dihentikan Beroperasi Saat Musim Mudik, Begini Kata Ketua Organda Tanjung Perak Surabaya

"Kalau tahun depan kami inginnya sudah diputuskan H - 3 dan H + 4. Sudah ditetapkan tidak pakai di mundur-mundur kan lagi, itu loh yang mengakibatkan merugikan kami sebagai pengusaha angkutan barang," lanjutnya.

Dia menerangkan bila tahun lalu dan beberapa tahun sebelumnya biasanya satu bulan sebelumnya telah mendapat pemberitahuan, sehingga tidak mengganggu aktivitas bongkar muat ekspor impor yang sedang berjalan.

"Kami sudah diberitahu bahwa ada ketentuan Idul Fitri itu berhenti pada saat H - 4 dan H + 3, mepet sekali kan, ini jangan di tambah-tambahi lagi, kalau di tambah lagi akhirnya jadwal kerja kami juga terhambat, itu yang pertama. Yang kedua supplier yang ada di luar negeri itu sudah tahu bahwa di Indonesia kalau Idul Fitri kerjaannya terhambat, sehingga supplier semua yang dari luar negeri yang mengetahui saat Idul Fitri tidak berani ke Indonesia," tukas Kody.

Hal tersebut dirasanya dapat mengakibatkan harga barang impor akan mahal.

"Menteri-menteri sendiri tentunya yang juga meraba dan melihat, toh? Kalau tahun lalu itu bisa mati di brexit itu lima orang sampai tujuh orang. Ini yang jadi ketakutan sehingga membuat keputusan itu sudah tidak pakem lagi, sudah tidak jelas. Kalau bisa ya tidak usah ada yang jalan di jalanan, kalau bisa kan begitu keinginan menteri," tutup Kody.

Baca: Bukannya ke Tempat Mahal, Pasangan Ini Pilih Lokasi Bulan Madu yang Jarang Ada Orang

Berita Terkini