TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO - Ribuan wisatawan mengikuti jalannya perayaan Hari Raya Yadnya Kasada (Kasodo) yang biasa dilakukan oleh Suku Tengger di Gunung Bromo, Senin (10/7/2017) dinihari.
Wisatawan yang hadir dalam ritual adat ini tak hanya datang dari dalam negeri, bahkan beberapa wisatawan juga datang dari luar negeri.
Sesuai penanggalan Suku Tengger, hari ke-14 Bulan Kasada merupakan pelaksanaan ritual persembahan kepada Jaya Kusuma, putra sulung Roro Anteng dan Joko Seger.
Puluhan orang berebut sesaji yang dilarung ke kawah bromo. Sesaji yang dilarung ini merupakan hasil kekayaan suku tengger setiap tahunnya.
Baca: Terungkap, Ternyata Dari Goa Inilah Air Suci Suku Tengger Untuk Ritual Diambil
Sedikit rezeki yang mereka dapatkan, dikeluarkan sebagian untuk acara yadnya kasada ini. Hal itu merupakan bentuk syukur suku tengger atas nikmat dan rezeki yang sudah didapatnya.
Sesaji ini berupa hasil bumi, mulai dari hasil pertanian, perkebunan, dan masih banyak lagi.
Namun, pada Yadnya Kasada tahun ini lebih meriah. Sebab, ada sebagian orang yang melarung uang pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000.
Hal ini sontak membuat warga pun berebut mendapatkan sesaji berupa uang lembaran itu.
Baca: Motor Tergulung Pasir Gunung Bromo, Pria ini Meninggal Jelang Ritual Suku Tengger
Pelaksanaan sebelumnya, belum pernah ada orang yang melarung uang dalam pecahan besar, maksimal hanya pecahan Rp 20.000 , ada juga pecahan Rp 2.000, Rp 5.000, dan Rp 10.000.
Sebelum acara larung sesaji di kawah bromo, ada ritual di Pura Agung. Di sana, para sesepuh tengger melakukan ritual dan memanjatkan doa kepada tuhan yang maha esa.
Selain itu, ada juga pembacaan sejarah kasada yang menggunakan bahasa tengger oleh sesepuh tengger.
Tidak hanya itu, sebelum acara ritual di Pura Agung, suku tengger sudah melakukan resepsi kasada di Balai Desa Ngadisari. Acara itu dihadiri sejumlah Pejabat Probolinggo, termasuk Wakil Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko.
Baca: Jelang Yadnya Kasada, Hotel di Gunung Bromo Diserbu Wisatawan
Bambang Suprapto Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo mengatakan, yadnya kasada ini memang acara rutin yang dilakukan suku tengger setiap satu tahun sekali.
"Ini merupakan pesan suci dari leluhur kami. Makanya, kami akan melakukan hal ini setiap tahunnya. pesannya itu, membawa hasil bumi di kawah bromo sebagai tanda menghormati leluhur tengger," katanya kepada Surya.co.id
Bambang mengatakan, makna kasada ini sebenarnya untuk mensyukuri nikmat yang sudah didapatkan. Motivasi masyarakat bahwa apa yang sudah didapatkan ini merupakan berkah dari leluhur dan alam semesta.
"Kami hanya memberikan kewajiban bahwa apa yang didapatkan ini campur tangan dari leluhur dan alam. Semoga yadnya kasada tahun inj membawa berkah bagi suku tengger untuk satu tahun ke depannya," paparnya.
Baca: Demi Eksotika Bromo, Yadnya Kasada Digelar Berbeda dan Super Meriah, Begini Rangkaian Acaranya
Sementara itu, peringatan Yadnya Kasada ini juga membawa dampak negatif untuk sekitar kawasan lautan pasir.
Wisatawan kurang bertanggung jawab. Lautan pasir dijadikan tempat pembuangan sampah. Banyak sampah plastik dan non plastik berserakan di lautan pasir.
Kondisi ini jelas merusak pemandangan Bromo secara umum. Hingga berita ini ditulis, belum ada upaya pengambilan sampah oleh pihak terkait dan yang bertanggung jawab memungut sampah ini.
Kendati demikian, jumlah pengunjung Bromo untuk tahun ini diperkirakan sudah mengalami kenaikan sekitar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya dalam waktu yang sama, yakni pelaksanaan kasada.
Diperkirakan tahun ini, jumlah pengunjung mencapai lebih dari 5.000 wisatawan. (Surya/Galih Lintartika)