7 Fakta Ferry Pantouw, Mantan Atlet dan Pelatih Tim Judo Kota Surabaya yang Meninggal Dunia Hari Ini

Penulis: Ani Susanti
Editor: Edwin Fajerial
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelatih tim Judo Kota Surabaya, Ferry Pantouw meninggal dunia di usia 58 tahun pada Kamis (2/11/2017) malam tadi.

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Ani Susanti

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Industri Olahraga Indonesia kembali berduka.

Mantan pelatih tim Judo Kota Surabaya, Ferry Pantouw meninggal dunia, Kamis (2/11/2017) malam tadi.

Ferry meninggal dunia pada usia 58 tahun pukul 21.10 malam.

Nama Ferry di dunia olahraga judo sudah tak asing lagi.

Sederet prestasi dan pengaruhnya dibidang olahraga judo serta penerusnya sudah tak diragukan lagi.

Ia didapuk menjadi pelatih tim judo Surabaya di awal tahun 1990-an.

Untuk mengenang sosoknya, dilansir dari berbagai sumber berikut TribunJatim.com rangkum fakta Ferry Pantouw.

1. Berasal dari keluarga penggemar judo

Ferry diketahui memang berasal dari keluarga yang menggeluti olahraga judo.

Ayahnya, Harry Pantouw sering mengajak Ferry untuk menyaksikannya saat latihan.

Perlahan, Ferrypun diajak untuk latihan olahraga keras tersebut.

Ketika berusia 11 tahun, ia dilatih pamannya, G. W. Pantouw, yang kala itu merupakan pelatih judo terkenal Jawa Timur.

Sementara itu, beberapa saudara 'Pantouw'nya yang lain juga banyak yang menggeluti judo.

2. Tinggal di Surabaya

Berasal dari Minahasa, Ferry dan keluarganya tinggal di Surabaya.

Mulai bersekolah, hingga belajar judo, semua dilakukan Ferry di Kota Surabaya.

3. Mengikuti kejuaraan pada tahun 1997

Kejuaraan antarklub Persatuan Judo Surabaya (Perjusa) diikuti Ferry pada tahun 1997.

Saat itu, ia masih berusia 12 tahun dan terpilih sebagai atlet terbaik.

4. "Raja Matras Judo Asia Tenggara"

Ferry pertama kali mengikuti SEA Games pada tahun 1981 di Bangkok.

Iapun juga berhasil menjadi juara dalam ajang tersebut.

Dalam SEA Games XI dan XII yang ia ikuti di Manila dan Singapura tahun 1983, Ferry berhasil menggondol emas untuk dua kelas bebas.

Sejak itu, ia sempat dijuluki "Raja Matras Judo Asia Tenggara".

Ferry tentunya juga telah banyak mengikuti sejumlah ajang kejuaraan lain seperti PON.

5. Sempat istirahat setahun

Ada dua peristiwa yang sempat menjadi kerikil dalam perjalanan karir Ferry.

Pada 1983, ia terpaksa istirahat setahun karena terserang penyakit liver.

Begitu sembuh, ia bangkit kembali dan menjadi pejudo nasional andalan.

Lalu, pada Januari 1984, Ferry dan sembilan rekannya dijatuhi skorsing karena menolak pelatih baru Yono Budiyono.

6. Meninggal dunia karena komplikasi

Ferry meninggal akibat adanya komplikasi penyakit diabetes setelah satu minggu menjalani perawatan.

Sebelumnya, almarhum dirawat intensif di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan, Jalan Ahmad Yani, Surabaya.

Almarhum saat ini sudah dipulangkan ke rumah duka di Jalan Ngagel Wasana III Nomor 27, Surabaya.

7. Firasat dari sahabat

Sahabat Ferry, Harry N. E Boediono, mengungkapkan tidak ada firasat apapun.

Namun, dua minggu sebelum Ferry meninggal, ia sempat mengeluhkan beberapa kejadian aneh.

"Dua minggu lalu saya terakhir ketemu dia. Dia bilang sama saya kalau sering jatuh padahal tidak ada ganjalan apa-apa," ujar Harry, Jumat (3/11/2017).

Di hari terakhirnya bertemu Ferry memang terlihat sedikit pucat.

"Saya perhatikan muka dia sedikit aneh. Tapi saya hanya bicara dalam hati. Saya suruh dia untuk periksa ke dokter karena dia mengeluh sering jatuh," imbuhnya.

8. Dimakamkan besok

Setelah dipulangkan ke rumah duka, jenazah mantan pelatih Judo kota Surabaya, Ferry Pantouw akan dimakamkan pada Sabtu (4/11/2017).

Kakak almarhum, Sandra Pantouw mengatakan rencananya Ferry akan dimakamkan di TPU Keputih, Sukolilo, Surabaya.

"Besok akan kami makamkan. Karena hari ini masih ada acara tutup peti," ujar Sandra saat ditemui di rumah duka.

Rencananya, jenazah akan dikebumikan mulai pukul 13.00 WIB.

Berita Terkini