TRIBUNJATIM.COM, TANAH ABANG - Usaha Pemprov DKI Jakarta menutup jalan Jati Baru untuk Jadi lokasi pedagang kaki lima berjualan tampaknya justru menimbulkan polemik baru.
Kendati Pemprov DKI Jakarta dikabarkan memberi tenda secara gratis, nyatanya Sejumlah pedagang kaki lima di Jalan Jati Baru, seberang Stasiun Tanah Abang mengaku harus membayar lapak mereka.
Seorang pedagang kaki lima berinsial D kepada Warta Kota mengaku mendapat lapak tenda yang disewakan warga dengan tarif Rp 3 juta.
D menuturkan, warga yang bukan pedagang itu ber-KTP DKI Jakarta dan mendapat jatah tenda.
(Biasa Bernyanyi, Mulan Jameela Cicipi Jadi Model, Gerakan Tubuhnya Saat Berpose Ramai Komentar)
Kemudian warga tersebut menyewakan lapak tenda dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan sejumlah tarif.
"Di sini saya sewa Rp 3 juta per bulan," ujar D kepada Warta Kota pada Rabu (31/1/2018).
Menurut D, uang sewa lapak tenda tiap-tiap pedagang berbeda-beda.
"Kakak saya bayar Rp 4 juta sebulan," D menambahkan.
D mengaku sebagian pedagang merasa terbebani dengan pungutan tersebut.
(Antonio Conte Tak Mau Banyak Cari Alasan Soal Chelsea yang Dipermalukan di Kandang Sendiri)
Meski keuntungan berjualan di bawah lapak tenda sangat menggiurkan, tak semua pedagang mau menebus harga sewa yang mahal.
"Blok G kan sepi tuh, mereka bertahan di sana dan enggak sewa tenda di sini karena uang sewa yang mahal itu," beber D.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan tenda untuk mengakomodasi pedagang kaki lima yang selama ini berjualan di trotoar Jalan Jati Baru.
"Warga sekitar yang punya KTP Jakarta yang dapat tenda tapi disewakan ke PKL," D menambahkan.
(Mendarat ke Chelsea, Olivier Giroud Tulis Pesan Menyentuh untuk Arsenal)
Selain keluhan dari pedagang kaki lima yang diperbolehkan berjualan di tengah Jalan Jati Baru , Keluhan pun turut muncul dari pedagang yang masih bertahan di Blok G.
Yeni (48), pedagang yang masih bertahan di Blok G menuturkan jumlah pembeli sudah jauh menurun dibandingkan sebelum Jalan Jatibaru ditutup.
Sebagian pedagang yang dahulu berjualan di Blok G sudah banyak yang kembali menjadi pedagang kaki lima.
Sepinya pembeli menyebabkan omzet penjualan mereka menurun.
"Omzet saya sebulan turun drastis, dahulu saya bisa dapat sampai Rp 30 juta dalam sebulan, sekarang dapat Rp 10 juta saja sudah bersyukur," kata Yeni.
(Klasemen Pekan 25 Liga Inggris, Manchester City Makin Jauhi MU, Chelsea Turun ke Level Empat)
Ia menuturkan, alasan masih bertahan karena sudah memiliki pelanggan tetap dan pemborong yang sering mencarinya di Blok G.
Sebelum berjualan di Blok G, ia adalah pedagang kaki lima dan bukan tidak mungkin akan kembali berjualan di jalan bila kondisi sepi terus berlanjut.
"Kalau sepi terus terpaksa saya kembali menjadi pedagang kaki lima, saya juga butuh uang untuk membiayai hidup," kata dia.
(Tribun Jakarta, Hamdi Putra dan Dionisius Arya Bima Suci).
Berita di atas sebelumnya telah dipublikasikan di Twibunnews.com dengan judul Jasa Sewa Lapak Tenda Bagi PKL di Pasar Tanah Abang Tembus Jutaan