TRIBUNJATIM.COM, GRESIK - Mahsiswa, pelajar dan pemuda di Kabupaten Gresik bertekat menolak aksi terorisme dan radikalisme. Ikrar ini sebagai bentuk persaudaraan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Ikrar dilakukan di taman bundaran GKB, Jalan Sumatra , Desa Randuagung Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik dengan diawali menyalakan lilin dan jalan kaki keliling taman untuk menyerukan perdamaian.
Selanjutnya, aliansi mahasiswa, pelajar dan pemuda dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Setelah itu mahasiswa, pelajar dan pemuda di Gresk membaca petisi anti teroisme. Yaitu, Mengutuk keras teroris karena tidak sesuai dengan 4 pilar kebangsaan dan HAM; Pemerintah wajib menciptakan rasa aman kepada Ruruh rakyat Indonesia.
Baca: Di Pasar Ngopak Khofifah Kampanye Coblos Jilbab Putih
Selain itu, menolak keterkaitan agama terhadap terorisme sehingga tidak ada kesengajaan antar umat beragama sebab agama tidak membenarkan aksi teror; meminta pemerintah untuk mengusut tuntas jaringan teroris dengan tetap menghormati HAM dan aturan hukum dengan adil.
"Kita mengajak warga Gresik untuk menjaga persatuan dan perdamaian antar suku, agama, budaya atau kelompok agar tidak terpecah belah," kata Devi Larasati, Ketua PC PMII Gresik, Rabu (16/5/2018).
Dari deklarasi tersebut sebagai bentuk telat pemuda dan pelajar di Kabupaten Gresik siap menciptakan suasana aman dan tentram di kota wali.
"Kita tidak ingin Bangsa Indonesia ini pecah dan saling perang dengan masyarakat sendiri. Indonesia adalah satu negara kesatuan republik Indonesia (NKRI)," katanya.
Baca: Didukung Ribuan Tokoh RT di Probolinggo, Gus Ipul akan Galakkan Gerakan Peduli Tetangga
Terpisah, kegiatan mengutuk terorisme juga dilakukan forum pemuda Gresik (FPG) dengan menggelar renungan bersama di Jl Jakarta Kecamatan Manyar. Aliansi yang hadir yaitu Pemuda Pancasila (PP), Oi, suporter Bonek, LSM Masyarakat Gresik Peduli Kemanusiaan ( MGPK) dan Persatuan arek Lumpur (PAL).
"Kami prihatin dengan tragedi pengeboman yang mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia," kata Andri Agus Susilo (27), alumni PMII Kabupaten Gresik.
Achmad Nadhori anggota FPG mengatakan bahwa renungan kebangsaan ini sebagai bentuk kesedihan terhadap aksi teroris di Surabaya dengan bom bunuh diri di tiga gereja dan Mapolrestabes Surabaya.
"Renungan ini sebagai bentuk kesedihan warga dan pemuda di Gresik atas aksi pengeboman oleh teroris. Kita buktikan bahwa Gresik masih aman dan pemudanya kompak melawan teroisme dan radikalisme," kata Nadhori. (Surya/Sugiyono).