Pendapatan Petani Masih Rendah, Gubernur Soekarwo Usul Restrukturisasi NTP

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti
Editor: Edwin Fajerial
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Jawa Timur, Soekarwo menjadi keynote speaker dalam forum Sosialisasi Taman Teknologi Pertanian (TTP) Plus Gresik untuk meningkatkan Agribisnis Buah-Buahan di Jatim

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra Sakti

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, menjadi keynote speaker dalam forum Sosialisasi Taman Teknologi Pertanian (TTP) Plus Gresik untuk meningkatkan Agribisnis Buah-Buahan di Jatim.

Acara itu digelar di Hotel Bumi, Jalan Basuki Rahmat, Surabaya, Senin (30/7/2018).

Dalam penjelasannya, Pakde Karwo, sapaan akrabnya mengusulkan dilakukan restrukturisasi terhadap Nilai Tukar Petani (NTP).

Alasannya, penilaian NTP dilakukan hanya pada proses on farm, padahal saat ini sudah banyak petani yang telah mengolah hasil pertaniannya hingga pada proses industri primer dan sekunder atau off farm.

Khofifah - Emil Dardak Bertemu Gubernur Soekarwo di Grahadi, Apa yang Dibahas?

Pakde Karwo mengatakan, restrukturisasi ini penting dilakukan karena berdasarkan data BPS per Juni 2018 yang hanya menilai NTP dari proses on farm, saat ini posisi NTP petani masih berada di angka 105,50 yang berarti pendapatan petani masih dianggap rendah.

“Kepada BPS, kita harus melakukan rekonstruksi baru tentang NTP, sebab dengan indikasi NTP yang seperti itu, diasumsikan menjadi petani itu menderita, karna profil NTP-nya rendah. Padahal, sudah banyak petani yang sejahtera berkat hasil off farm-nya.” katanya.

Menurut gubernur kelahiran Madiun ini, penilaian NTP sudah semestinya juga memperhitungkan proses off farm yang dilakukan petani.

Ini karena sudah ada proses nilai tambah yang dilakukan petani terhadap hasil pertaniannya, baik itu proses primer, sekunder, bahkan tersier.

Sebut Anak Indonesia Genius saat Peringatan Hari Anak Nasional, Soekarwo Jelaskan Kepanjangannya

“Di Jatim, sekarang sudah tidak ada lagi gabah kering panen dijual oleh petani, tapi sudah pada posisi minimal gabah kering giling. Bahkan sudah ada petani yang bisa melakukan secara mandiri proses primer hingga tersier, mulai proses bahan baku, industri, pemasaran, dan jualan hingga ke Jepang” katanya.

Berita Terkini