Gempa dan tsunami Sulawesi Tengah ternyata menjadi perhatian internasional, para peneliti dunia kaget dengan kekuatan tsunami Palu kemarin.
TRIBUNJATIM.COM - Penyebab gempa bumi yang terjadi di Palu pada Jumat (28/9/2018) dipastikan adanya aktivitas sesar geser Palu Koro.
Hal tersebut diumumkan oleh pihak BNPB pada Sabtu (29/9/2018) lalu.
Dikutip dari Kompas.com, Minggu (30/9/2018), para peneliti mengungkap bahwa adanya aktivitas longsor sedimen bawah laut yang memicu gerakan sesar tersebut.
• Polisi Toleransi Korban Gempa yang Ambil Bahan Pokok di Toko, Polri: Kalau Selain Itu, Ya Kriminal
Tsunami tersebut yang lantas memberi banyak pertanyaan dan rasa penasaran beberapa pihak.
Terutama para peneliti dari berbagai kalangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah ini memang menjadi perhatian dunia.
Beberapa media internasional turut memberitakannya sebagai headline atau 'berita utama' mereka.
Seperti The Guardian memberi judul 'Indonesia Tsunami: Dozens Killed in Sulawesi after Powerful Earthquake' (Tsunami di Indonesia: Puluhan Orang Meninggal Dunia di Sulawesi setelah Gempa Bumi Dahsyat).
Dalam laporannya, The Guardian mengutip beberapa pernyataan dari Sutopo Purwo Nugroho.
• BNPB Siapkan 1.000 Makam Untuk Jenazah Korban Gempa dan Tsunami di Palu
Tidak hanya media itu, media internasional lainnya juga memberitakan hal yang sama namun dengan judul yang berbeda.
Seperti yang ditulis oleh BBC memberi judul laporannya 'Indonesia Earthquake: Dozens Dead in Palu' (Gempa di Indonesia: Puluhan Orang Meninggal di Palu).
Portal berita Singapura Chanel News Asia juga turut memberitakan gempa dan tsunami Sulawesi Tengah ini dengan memberi judul Scores Killed in Indonesia Quake-Tsunami' (Puluhan Orang Meninggal di Gempa Bumi dan Tsunami di Indonesia).
• Pasha Ungu Ceritakan Kondisi Terbarunya Pasca Gempa dan Tsunami Palu, Maaf Baru Bisa Mengabarkan
Beberapa media Amerika juga menuliskan pemberitaan tentang gempa dan tsunami yang tengah terjadi.
Melansir New York Times via Nakita.id, seorang peneliti Amerika sempat bingung dan kaget karena keberadaan tsunami yang menghempas Kota Palu.
Jason Patton, ahli Geofisika dari Humboldt State University California masih belum mengerti guncangan 7,4 SR yang berasal dari sesar Palu Koro bisa membuat ombak sebesar itu.
Menurut mereka kecil sekali kemungkinan skala tersebut bisa menciptakan kerusakan begitu parah.
"Kami (peneliti) mengira ini (gempa) bisa menyebabkan tsunami namun tidak sebesar itu," kata Jason Patton dikutip dari New York Times hari Minggu waktu setempat.
Patton menambahkan,"Ketika peristiwa ini terjadi kami (peneliti) lebih akan menemukan sesuatu hal-hal yang belum kami (peneliti) amati sebelumnya."
Melansir Kompas.com, ketua umum IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) menjelaskan adanya tiga kemungkinan yang terjadi dari gempa dan tsunami yang menyerang Sulawesi Tengah ini.
• Lakukan Video Call, Enda Ungu Ungkap Perasaannya Saat Bisa Lihat Wajah Pasha Pasca Gempa di Palu
"Yang pertama dia tetap bergeser, tapi di tempat lain dia memicu adanya longsor bawah laut. Begitu longsor, ada massa tanah atau batuan yang menimpa air laut yang membuat tsunami," ujar Sukmandaru Prihatmoko.
Dia melanjutkan, "yang kedua, si patahan tadi itu memicu bergeraknya atau naiknya patahan di tempat lain. Kalau di peta saya, ke arah selat Makassar. Itu kita duga bisa terpicu penyebab tsunami."
"Kemudian yang ketiga, ada flower structure. Harusnya dia bergeser biasa, tapi di satu titik di dasar laut, ada titik yang berkumpul dan membuat pola seperti bunga. Itu mendesak air di atasnya dan menimbulkan tsunami," katanya.
Namun, Daru mengatakan bahwa hipotesis tersebut hanya berdasarkan satu data, yaitu keruhnya air.
Oleh karena itu, dia perlu meninjau lebih lanjut terkait bagaimana sesar Palu Koro dapat menyebabkan tsunami.
"Yang lebih bagus kalau ada data kondisi kedalaman laut. Jadi kita bandingkan, kita tahu dasar lautnya berubah atau tidak. Nah itu baru bisa kita simpulkan," ujarnya.
Aktivitas sesar geser memang memiliki kemungkinan kecil bisa menyebabkan tsunami.
Bahkan sebenarnya aktivitas gempa dengan magnitudo seperti itu kecil sekali kemungkinan adanya tsunami.
Pasalnya, dikutip dari Geology.com, sebenarnya ada tiga genis pergerakan lempeng.
Konvergen yang mana antara lempeng saling bertabrakan, divergen dimana lempeng saling berjauhan, dan transform atau sesar yang mana lempeng hanya saling bergeser.
Dari tiga aktivitas tersebut, yang paling memungkinkan untuk terjadinya tsunami adalah aktivitas lempeng saling bertabrakan.
• Tidur di Tenda Pengungsian Korban Gempa dan Tsunami di Palu, Adelia Pasha: Baru Kali Ini Ngerasain
Kemungkinan adanya longsor di bawah laut ternyata juga menjadi perkiraan para ahli tsunami di Indonesia.
Beberapa ahli tsunami di Indonesia seperti ahli tsunami Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang dikutip oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan penjelasan perkiraan terjadinya tsunami di Palu.
Diperkirakan penyebabnya adalah longsoran sedimen dasar laut di kedalaman 200-300 meter di bawah permukaan laut.
Sedimen-sedimen yang berasal dari sungai dan bermuara di Teluk palu masih belum terbentuk sempurna.
Pada akhirnya, ketika terjadi gempa longsor di dasar laut tersebut bisa menimbulkan tsunami dan gelombang air laut yang tinggi ke arah kota dan daratan Sulawesi Tengah.