Laporan wartawan TribunJatim.com, Kukuh Kurniawan.
TRIBUNJATIM, SIDOARJO - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendatangi Terminal Purabaya, Surabaya, Senin (4/2/2019).
Namun, kedatangan menteri tersebut dengan cara yang tak biasa.
Pasalnya menteri dan rombongan menaiki mobil angkot dengan jurusan Surabaya Sidoarjo Porong PP bernopol W 7053 UW.
Sontak peristiwa tersebut membuat Terminal Purabaya menjadi makin riuh keheranan dengan cara kedatangan menteri yang tak biasa tersebut.
Sebelum turun dari angkot, Budi Karya Sumadi yang awalnya duduk di kursi depan angkot masuk ke tempat penumpang duduk untuk berbicara sebentar.
Kemudian setelah turun dari angkot, Budi disambut dengan nyanyian dari OSIP (Organisasi Seniman Purabaya) yang menyanyikan lagu Tanjung Perak dan sempat berjoget sebentar.
• Della Perez Jadi Saksi Kasus Prostitusi Online di Polda Jatim
• BREAKING NEWS - Acara Relawan Jokowi Maruf di Islamic Center Pamekasan Dilanda Angin Puting Beliung
• Biasanya Steril, Frontage A Yani Depan Polda Jatim Hari Ini Jadi Tempat Parkir Mobil
Setelah itu, Budi dan rombongan kemudian bergerak masuk ke dalam Ruang Tunggu Terminal Purabaya untuk memberikan sosialisasi Safety Driving kepada para pengemudi angkot.
Pengemudi angkot yang dinaiki oleh Menteri dan rombongan, Muhammad Yusuf mengaku kaget dan tak percaya kalau angkot nya mendadak bakal ditumpangi oleh Budi Karya Sumadi.
"Saya ini awalnya cari dan bawa penumpang seperti biasa. Ini aja pas angkot saya dinaiki menteri ads penumpang dari Kebun Binatang Surabaya dan Pasar Wonokromo," terangnya kepada TribunJatim.com, Senin (4/2/2019).
Ia mengaku senang dengan kehadiran menteri yang nau naik dan ikut merasakan jadi penumpang.
"Agar bisa mendengarkan langsung keluh kesah para supir angkot. Karena sangat susah untuk bersaing dengan para ojek dan taksi juga Suroboyi Bus," tambahnya kepada Tribunjatim.com.
Ia mengaku pendapatan yang bisa ia peroleh per harinya sebelum angkutan berbasis online marak sekitar Rp. 100 ribu.
"Namun kali ini hanya bisa memperoleh paling banter Rp. 30 ribu saja. Itu pun diluar setoran Rp. 80 ribu per hari," keluhnya.
Oleh karenanya ia berharap ada keadilan dan kesetaraan terhadap para supir angkot.
"Kita kan kerja demi keluarga di rumah juga. Kalau dibiarkan bisa bisa kita sudah tak mampu lagi menafkahi keluarga," tandasnya.