Pengakuan Penyidik Kasus Novel Baswedan Pasca Dibentuk, Bakal Ungkap Kasusnya Pakai 2 Cara

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase Novel Baswedan dan Hermawan Sulistyo

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sejak 8 Januari 2019 lalu, Tim Gabungan untuk menyelidiki kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan telah dibentuk.

Namun, hingga kini tim tersebut belum menemukan titik terang terhadap pelaku, hingga aktor intelektual di balik kasus tersebut.

Meskipun demikian,sejumlah pencapaian telah dilakukan tim independen ini.

Seperti apa keberlanjutannya?

Harian Surya (Grup TribunJatim.com) telah melakukan wawancara eksklusif dengan juru bicara Tim Gabungan, Prof Dr Hermawan Sulistyo. Hermawan yang juga peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini menyebut bahwa proses penyelidikan yang dilakukan timnya masih terus berjalan.

Simak wawancaranya berikut :

Harian Surya: Hampir sebulan sejak dibentuk oleh kepolisian, bagimana pencapaian Tim Gabungan sejauh ini?

Hermawan: Tim ini memiliki jumlah mencapai 65 orang yang terdiri dari penyidik lama, penyidik baru, lima penyidik KPK, hingga beberapa pakar. Mulai dari pakar investigasi, kriminolog, pakar hukum pidana, hingga investigasi.

Kasus ini sebenarnya juga telah diselidiki oleh beberapa tim sebelumnya. Mulai dari investigasi kepolisian, internal KPK, ombudsman, hingga Komnasham.

Penyelidikan sebelumnya inilah yang sedang kami pelajari. Termasuk mana yang berupa kejanggalan, mana yang bertolak belakang, mana yang menemukan titik singgung. Dokumen dan temuan itu amat banyak dan kini sedang kami lakukan penelitian.

Harian Surya: Lantas, apakah kerja tim ini hanya didasarkan pada investigasi sebelumnya?

Hermawan: Tentu Tidak. Kami mempunyai struktur investigasi sendiri.

Harian Surya: Bagaimana detailnya?

Hermawan: Pertama, kami menyelidiki profil korban. Mulai dari sejarah kehidupan, karier, penanganan kasus, kemampuan, penyakit, hingga segala sesuatu tentang Novel Baswedan. Kami mencari titik peluang yang menjadi motif kasus ini. Sebab, prinsip investigasi tidak boleh menutup peluang kemungkinan sekecil apapun.

Kedua, kami menyusun ulang kronologi peristiwa dari laporan yang sudah ada. Hal ini krusial, misalnya untuk mencocokkan waktu penyiraman dengan pandangan pengelihatan. Ketiga, memeriksa saksi. Baik saksi yang telah diperiksa maupun saksi tambahan. Termasuk, saksi korban, Novel Baswedan.

Harian Surya: Novel Baswedan cukup pesimis dengan tim ini, bagaimana tanggapanya?

Hermawan: Kami tidak apa-apa. Kalau Novel nggak mau diperiksa karena nggak percaya kepada kami pun nggak masalah. Yang penting, kami telah melakukan prosedur standar dalam investigasi. Sebelumnya, Novel sudah dijadwalkan untuk diperiksa namun berhalangan hadir. Rencananya, akan kami jadwalkan ulang.

Harian Surya: Ada yang menganggap molornya penyelidikan ini karena dekat dengan agenda pemilu, bagaimana tanggapannya?

Hermawan: Molor dari mana? Kan kami baru dibentuk efektifnya belum juga satu bulan. Kami nggak tahu dan nggak mau tahu soal politik. Kami tegaskan bahwa tim ini dibentuk dari rekomendasi dari KomnasHAM.

Rekomendasi itu kapan terbitnya? Kan belum lama juga. Terus, membentuk tim kan juga membutuhkan pertimbangan. Mulai dari imparsialitas, tidak boleh memihak, hingga menilai kemampuan seseorang. Di dalam membentuk tim ini saja sudah butuh waktu banyak. Kalau ngga ada passion terhadap negara, siapa yang mau? Sebab, credit poin tidak ada, nyawa terancam, duit hanya cuma untuk operasional.

Harian Surya: Lantas, adakah bukti kuat yang mengarah ke tersangka?

Hermawan: Kami sedang melakukan pemeriksaan instrumen terhadap alat yang digunakan. Mulai dari sepeda motor hingga penggunaan zat yang disiramkan. Laporan sementara yang masuk adalah H2SO4 atau asam sulfat. Kami melakukan penyelidikan terhadap kadar dan dampak yang ditimbulkan. Zat yang digunakan itu akan dihubungkan dengan aspek hukum, yaitu pembunuhan, penganiayaan, atau motif lain.

Kami akan mengambil saksi ahli dari perguruan tinggi. Bahkan, kalau diperlukan dan diperbolehkan UU, kami akan menggunakan ahli kimia dari Universitas di Amerika.

Harian Surya: Artinya belum ada yang mengarah ke tersangka?

Hermawan: Belum. Belum ada. Kami berhati-hati untuk mengambil kesimpulan.

Harian Surya: Kapan bisa selesai?

Hermawan: Soal waktu, kami ditarget selesai enam bulan. Bisa tepat waktu, bisa juga lebih cepat. Kami tidak bergantung apapun kecuali perkembangan di lapangan. Tidak ada urusan politik atau kepentingan lain. Kami base in fact sebab ini tugas negara. Kami nggak mau, nama kami 20 tahun lagi dihujat akibat kasus ini.

Saya bilang kami tidak bekerja untuk polisi, kami bekerja untuk bangsa ini. Begitu pekerjaan ini kami ambil, tidak ada rasa takut kepada tentara atau polisi. Termasuk, dibully LSM, media, atau hal lain. Kami profesional dan tidak mungkin menjual integritas kami.

Harian Surya: Adakah tantangan lain yang dihadapi oleh Tim Gabungan?

Hermawan: Kami adalah profesional yang pada intinya juga memiliki pekerjaan lain. Sehingga, harus pandai dalam membagi waktu. Akhirnya, kami secara rutin seminggu sekali bertemu untuk membahas masing-masing temuan sesuai dengan kepakaran masing-masing.

Berita Terkini