Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya mencatat ada peningkatan kekerasan jurnalis dalam kurun tiga tahun terakhir.
Menurut Koordinator Bidang Advokasi AJI Indonesia Sasmito, hingga kini sedikitnya ada 70 kasus kekerasan jurnalis di Indonesia.
Sementara itu, terhitung sedikitnya delapan kasus pembunuhan jurnalis yang belum terungkap hingga hari ini.
• Satu Tahun Masa Bakti, RS Terapung Ksatria Airlangga Sudah Beri Layanan Kesehatan Gratis di 22 Pulau
• Kejati Jatim Kirim Surat Tanyakan Kasus Kosmetik Ilegal ke Polda Jatim, Tunggu Pelimpahan Kasusnya
• Rafi Ahmad Sang Anak Berkebutuhan Khusus Bahagia Bertemu Jokowi, Rela Bangun Subuh Demi Sang Idola
"Terakhir, kekerasan jurnalis meningkat dari 64 kasus menjadi 70 kasus," katanya pada awak media di sela demonstrasi di Surabaya, Sabtu (9/2/2019).
Delapan kasus pembunuhan jurnalis itu, lanjut Sasmito, karena berkaitan dengan kasus korupsi oknum pejabat yang diungkap jurnalis.
"Angka itu kami sebut dark number," lanjutnya.
Kasus pembunuhan AA Gede Bagus Prabangsa Wartawan Radar Bali, yang jasadnya ditemukan di laut Padangbai, Klungkung, Bali pada 16 Februari 2009 menjadi kasus kesekian kekerasan jurnalis yang dicatat AJI.
• Mantan Manajer Olga Syahputra Dituding Hobi Judi, Mak Vera Tersenyum: yang Dikasih Lihat Waktu Susah
• Ada Tiga Nama Yang Bakal Bersaing Jadi Kapten Timnas U-22
• Hingga Jumat Petang, 11 Ribu Tiket Laga Uji Coba Arema FC Vs Timnas Indonesia U-22 Ludes Terjual
Sasmito menganggap, meningkatnya kasus kekerasan jurnalis itu sebenarnya menunjukkan pemerintah belum memiliki kebijakan nyang pasti dalam melindungi nyawa para jurnalis tanah air.
Sejak 1996, AJI menyebut ada 11 kasus kekerasan yang dialami jurnalis.
"Padahal setiap tahun Hari Pers Nasional selalu kita rayakan, tapi mengapa tidak pernah memasukkan isu ini di dalamnya," kata Miftah Farid Ketua AJI Surabaya.
• DPD ILC Jatim Akui Ada Peningkatan Logistik Di Transportasi Moda Darat
• Berwisata Sehari di Kota Heritage Dunia Melaka Malaysia
Kasus kekerasan dan pembunuhan yang terjadi pada jurnalis sebenarnya merugikan masyarakat.
Masyarakat tidak bisa memperoleh kebenaran yang sesungguhnya dari pemerintah yang genah duduk di kursi kekuasaan.
"Jurnalis adalah orang yang berani mengungkap informasi tentang adanya korupsi di pemerintahan. Kalau jurnalis dibunuh maka masyarakat tidak akan tahu kalau ada hal buruk yang terjadi di pemerintah," tandasnya.