Idul Fitri 1 Syawal 1440 H Jatuh Kapan? Inilah Prediksi PWNU Jatim, Sebut Hilal Mungkin Tak Terlihat

Penulis: Yusron Naufal Putra
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pengamatan hilal penentuan 1 Syawal

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Yusron Naufal Putra.

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Memasuki tanggal 28 Ramadan, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur pun memprediksi kapan hari Raya Idul Fitri 2019.

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim memprediksi Hari Raya Idulfitri 1440 H, jatuh pada hari Rabu (5/6/2019) mendatang.

Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Lajnah Falakiyah PWNU Jatim, Shofiyulloh, saat dikonfirmasi TribunJatim.com, Senin (3/6/2019).

Gus Shofi, sapaan akrabnya, mengungkapkan, pihaknya memprediksi hari lebaran jatuh pada hari rabu mendatang, karena besar kemungkinan hilal tidak terlihat.

Jadwal Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1440 H, Muhammadiyah Sudah Tetapkan Tanggal Idul Fitri

"Karena waktu ijtima' nya itu terlalu mepet dengan magrib, jam 17.04 WIB," ucapnya kepada TribunJatim.com.

Menurutnya dalam kondisi begitu, bulan masih sedikit bergeser ke sebelah timur matahari, yang berarti kemungkinan kecil, ucapnya, hilal dapat terlihat.

Ia melanjutkan, sehingga jika terjadi demikian, bulan Ramadan harus digenapkan menjadi tiga puluh hari.

"Secara otomatis, lebaran hari rabu, karena tidak mungkin jumlah hari bulan Qamariah sampai 31 hari," tambahnya.

Namun, ia tetap meminta masyarakat untuk menunggu hasil rukyatul hilal yang dilakukan pihaknya yang telah menyebar tim di 24 lokasi di Jatim.

Hasil yang didapat, ucapnya, akan dilaporkan secara langsung kepada PWNU Jatim, PBNU dan Kementerian Agama RI.

Sehingga, nantinya, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam sidang itsbat yang akan digelar Kementerian Agama RI petang nanti.

Perbedaan Metode Rukyatul Hilal dan Hisab yang Digunakan untuk Penentuan Hari Raya Idul Fitri

Penentuan 1 Syawal 1440 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri berdasarkan sidang isbat yang digelar oleh pemerintah.

Pemerintah melalui Kementrian Agama RI akan menggelar sidang isbat untuk menentukan Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah pada Senin (3/6/2019) petang ini.

Sidang isbat ini akan diikuti oleh rukyatu hilal di beberapa titik pantauan di Indonesia.

Hasil pantauan rukyatul hilal ini akan menjadi satu acuan dalam sidang isbat sebagai penentu kapan datangnya Idul Fitri.

Sidang isbat tersebut juga akan mempertemukan para tokoh dan organisasi massa Islam untuk bersama-sama menetapkan awal Idul Fitri.

Tak setiap tahun sidang ini menghasilkan ketetapan yang disepakati semua peserta.

Pada beberapa tahun terakhir, ada beberapa kali organisasi massa Islam memiliki ketetapan berbeda dengan hasil sidang isbat.

Hal ini bisa terjadi karena dasar penentuan awal dan akhir sebuah bulan yang menjadi rujukan dalam kalender Islam adalah penampakan bulan sabit muda di atas ufuk.

Penyebutan bulan sabit muda itulah cukup populer setiap menjelang puasa dan lebaran, yaitu hilal.

Perbedaan dimungkinkan muncul karena metoda yang dipakai untuk menentukan penampakan tersebut berbeda.

Sejumlah kalangan berketetapan, hilal harus secara harfiah terlihat mata sesuai kriteria tertentu pada petang hari sebelum tanggal 1 penanggalan baru.

Adapun sebagian kalangan yang lain berpendapat, bisa saja penanggalan baru sudah bisa dimulai sekalipun bulan tak bisa dilihat mata meski sudah memakai alat, selama perhitungan secara astronomi memastikan sudut ketinggian bulan di daerah tersebut sudah melewati garis ufuk sesuai kriteria tertentu.

Istilah untuk metoda yang mengharuskan penglihatan secara harfiah itu adalah rukyat.

Adapun metode menggunakan perhitungan dikenal dengan istilah hisab.

Rukyat dan HIsab

Ijtimak dalam istilah astronomi disebut dengan istilah konjungsi geosentris.

Ini terjadi ketika bulan, bumi, dan matahari berada pada satu bidang bujur astronomi.

Gampangnya, bulan, bumi, dan matahari, berada pada satu garis lurus sebidang, sehingga bulan dan matahari secara bersamaan "tak bisa dilihat" dari satu posisi di bumi.

Merujuk situs web planetarium.jakarta.go.id, penanggalan berbasis peredaran bulan disebut memasuki perhitungan baru bila memenuhi tiga kriteria.

Pertama, sudut ketinggian bulan minimal 2 derajat. Lalu, jarak sudut matahari dan bulan minimal 3 derajat.

Terakhir,tanggal baru itu sudah “berumur” minimal 8 jam terhitung sejak ijtimak terjadi.

Acuan perhitungan soal hisab ini tak hanya berlaku di Indonesia.

Yang terdekat, rujukan itu dikenal juga dengan istilah hisab berbasis kriteria MABIMS, singkatan dari Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Secara umum dua metoda itu yang berlaku dalam penentuan awal dan nantinya akhir puasa Ramadhan.

Di luar itu juga ada beberapa kalangan yang punya keputusan berbeda tetapi biasanya hanya memiliki cakupan yang relatif lebih terbatas.

Tentukan 1 Syawal 1440 H, PCNU Kota Surabaya Lakukan Rukyatul Hilal di Masjid Al Mabrur Nambangan

PCNU Kota Surabaya akan menyelenggarakan Rukyatul Hilal di Masjid Al Mabrur, Nambangan, Kota Surabaya untuk menentukan 1 Syawal atau Idulfitri 1440 H, Senin (3/6/2019).

"Seperti tahun-tahun sebelumnya nanti sore kita akan lakukan Rukyatul Hilal di satu titik di Kota Surabaya yaitu di masjid Nambangan," kata Ketua PCNU Kota Surabaya, Muhibbin Zuhri.

Muhibbin menejelaskan akan ada tujuh petugas inti dari Lembaga Falakiyah PCNU Kota Surabaya yang akan dibantu oleh tim dari Majelis Wakil Cabang (MWC) NU se Kota Surabaya.

"Dari MWC biasanya juga akan membantu, totalnya nanti akan ada 50 orang yang bertugas di Masjid Nambangan," lanjut Muhibbin.

Rukyatul Hilal ini akan dipimpin langsung Ketua Lembaga Falakiyah PCNU Kota Surabaya, Imron dan akan dipantau juga oleh Muhibbin Zuhri serta Rais Syuriah PCNU Kota Surabaya KH Mas Sulaiman.

"Hasil ruqyatul hilal ini akan kami laporkan ke wilayah (PWNU Jatim) untuk menjadi pertimbangan penentuan 1 Syawal 1440 H," ucap Muhibbin.

Berita Terkini