TRIBUNJATIM.COM - Untuk memastikan penentuan 1 Syawal di Indonesia dilakukan sidang isbat.
Sidang isbat 1 Syawal 1440 Hijriah tahun ini akan digelar oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Senin (3/6/2019).
Selain untuk penentuan 1 Syawal, sidang isbat juga digunakan oleh Kemenag untuk menentukan 1 Ramadan.
• PWNU Jatim Akan Sebar Tim untuk Rukyatul Hilal di 24 Titik sebagai Langkah Penentuan 1 Syawal
Tahun ini, 1 Ramadhan 1440 H ditetapkan melalui sidang Isbat jatuh pada 5 Mei 2019.
Meski Organisasi Islam Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1440 H jatuh pada Rabu (5/6/2019), pemerintah melalui Kemenag belum menetapkan 1 Syawal 1440 H.
Kemenag baru akan menetapkan 1 Syawal 1440 H melalui sidang Isbat yang digelar Senin (3/6/2019) sore ini.
• Resep Kue Kering Kacang Krispi dan Cara Membuatnya, Sajian Buat Sambut Hari Raya Idulfitri 1440 H
Mengapa sidang Isbat perlu dilakukan?
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, pelaksanaan sidang Isbat merupakan implementasi dari Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 2 Tahun 2004.
Fatwa MUI tersebut menyatakan penetapan awal Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah menjadi wewenang Kemenag dengan menggunakan metode hisab dan rukyat.
"Hisab dan rukyat penting dilakukan untuk memberikan pandangan sebelum akhirnya mengambil keputusan dalam sidang," kata Menag saat memimpin sidang Isbat penentuan 1 Ramadhan 1440 H, Minggu (5/5/2019), melansir laman Kemenag.
Meski memiliki tingkat urgensi yang tinggi, sidang Isbat ternyata hanya ada di Indonesia.
Bagaimana sejarahnya?
Saat masih menjabat sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ma'ruf Amin mengatakan, sidang Isbat untuk menentukan 1 Syawal hanya ada di Indonesia.
Negara-negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, seperti Arab Saudi pun tak menggunakan sistem tersebut.
"Di Arab pun, penetapan hanya dilakukan pemerintah karena tak ada organisasi masyarakat Islam," ujar Ma'ruf Amin.
Melansir Wikipedia, sidang isbat utnuk menentukan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha diselenggarakan oleh pemerintah sejak tahun 1950 dengan tujuan menetapkan hari pertama Bulan Ramadhan, Syawal, dan tanggal 10 Dzulhijjah.
Pada awal penyelenggaraannya, sidang ini hanya sederhana dengan didasarkan fatwa para ulama, negara punya hak untuk menentukan datangnya hari-hari tersebut.
• Inilah Daftar Lokasi Rukyatul Hilal untuk Penentuan Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1440 Hijriah
Kemudian mulai tahun 1972, Badan Hisab Rukyat (BHR) mulai dibentuk di bawah Kementerian Agama.
Di dalamnya terdapat para ahli, ulama dan ahli astronomi, yang tugas intinya memberikan informasi, memberikan data kepada Menteri Agama tentang awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Sidang ini diadakan satu hari sebelum hari yang diperkirakan sebagai awal bulan yang dimaksud.
Dalam sidang ini, dihadirkan berbagai ulama, tokoh, dan organisasi masyarakat di Indonesia.
Indonesia menganut cara yang berbeda dengan negara lain dalam melihat hilal.
Kriterianya beda, yaitu penggabungan antara rukyah murni dan hisab murni. Namanya Imkanur Rukyah.
Ia menjelaskan, Imkanur Rukyah membuat Indonesia menetapkan 1 Syawal tak hanya berdasarkan wujud hilal, tapi juga memakai kriteria minimum hilal sudah berada pada posisi minimal 2 derajat.
"Meskipun hilal terlihat, jika belum melebihi 2 derajat, tetap dianggap belum masuk bulan Syawal," kata dia.
Sidang akan diawali dengan pemaparan mengenai posisi hilal atau bulan pada petang hari di sejumlah daerah oleh anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama RI dari Planetarium.
Kemudian berbagai perwakilan Ormas dan Ulama yang menggunakan berbagai metode dalam menentukan datangnya hari suci akan bermusyawarah untuk menentukan dengan kesepakatan bersama.
Setelahnya pemerintah mengumumkannya sebagai sebuah keputusan yang disahkan negara.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Digelar Sore Ini, Sidang Isbat Ternyata Hanya Ada di Indonesia, Begini Sejarahnya