TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kisah kehidupan dan kebijakan Presiden pertama RI, Soekarno memang tak pernah habis digali.
Selama memerintah lebih dari 20 tahun (1945-1966), Sang Proklamator dan Pemimpin Besar Revolusi ini mampu mengangkat harga diri bangsa Indonesia di mata dunia.
Soekarno yang dikenal anti imperialisme dan kolonialme ini selalu mendukung dan membela negara-negara di Asia dan Afrika yang masih dijajah negara imperialis.
Tak heran, Bung Karno mendapat simpati dan bersahabat dengan pemimpin besar negara-negara di dunia, termasuk Pakistan.
Di negara yang berbatasan dengan India itu, Bung Karno bersahabat dengan Presiden Pakistan, Ayub Khan.
• Ketakutan Penerjemah ke Soekarno Saat Artikan Pertanyaan Che Guevara Soal Wanita, Sampai Mau Pingsan
Sama-sama punya ideologi nasionalisme dan anti imperialisme, kedua tokoh ini saling mendukung kebijakan politik.
Bahkan saking akrabnya, kedua tokoh ini berbagi info 'Top Secret', meski itu sambil ngobrol santai.
Dalam buku 'Dunia dalam Genggaman Bung Karno' yang ditulis Sigit Aris Prasetyo, diceritakan Bung Karno pernah ngobrol santai dengan Ayub Khan di Pakistan.
Saat itu, Ayub Khan bertanya pada Bung Karno, "Apa benar ada gadis cantik Amerika di Istana Jakarta?".
Soekarno menjawab, "Ya, ada. Dia kawan anak-anakku".
"Dia mahasiswi yang mau memperdalam kesenian Indonesia. Keluarganya sejak dulu mencintai Indonesia. Waktu Indonesia perjuangkan kemerdekaan, seluruh keluarga di Amerika simpati pada perjuangan dan bantu usaha propaganda Indonesia di Amerika," jelas Bung Karno.
Ayub Khan terus bertanya, "Apa Bung Karno tahu betul siapa gadis cantik itu?".
Soekarno menjawab santai, "Ya, dia anak baik-baik, ingin belajar menari, menyanyi di Jakarta".
Dengar jawaban polos sahabatnya itu, Ayub Khan hanya tersenyum.
Rupanya dia ingin memberi informasi penting.
"Bung Karno, ketahuilah bahwa gadis cantik itu, saya dapat informasi dari intel di Pakistan, saya tahu bahwa dia anggota CIA. Gadis cantik itu sudah kenal oleh intel Pakistan sebagai anggota CIA", jelasnya.
Maka, sesampainya di Jakarta, Bung Karno tak langsung menangkap gadis cantik Amerika berusia sekira 19-22 tahun itu.
Soekarno hanya menyuruhnya pergi dari Istana dan segera meninggalkan Indonesia.
Sebaliknya, Soekarno malah mendamprat intel Istana, khususnya Tjakrabirawa.
Soekarno berkata, "Intel kita kebobolan, juga intel Tjakrabirawa kebobolan. Wahhhh...hampir-hampir saja revolusi Indonesia kebobolan".