'The Book of Imaginary Beliefs' Karya Lala Bohang, Mempertanyakan Ulang Kepercayaan yang Diyakini

Penulis: Christine Ayu Nurchayanti
Editor: Arie Noer Rachmawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lala Bohang saat acara (Un)Imaginary Book Tour di C2O Library and Collabtive, Sabtu (13/7/2019).

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kepercayaan yang selama ini kita yakini bukan lahir dari pemikiran kita sendiri, melainkan dibentuk oleh lingkungan.

Itu yang disampaikan Lala Bohang ketika ditemui sesuai acara (Un)Imaginary Book Tour di C2O Library & Collabtive, Sabtu (13/7/2019).

"Kepercayaan kita dibentuk entah karena keluarga, teman, guru, dan lain sebagainya. Padahal, kita yang menjalani hidup kita sendiri," ungkap Lala Bohang.

Penampakan Wajah Asli Rey Utami Istri Pablo Benua Tanpa Make Up, Bandingkan dengan Barbie Kumalasari

Melalui 'adik bungsu' seri buku The Book of Siblings, The Book of Imaginary Beliefs, Lala Bohang memotret kepercayaan yang dulu diyakini, namun sekarang tidak lagi.

"Bukan tentang kepercayaan-kepercayaan yang besar, melainkan kepercayaan kecil yang ada di kehidupan kita seperti gaya berpakaian atau makanan yang kita suka," papar Lala.

Buku ini, lanjutnya, merupakan upaya untuk membaca dan mempertanyakan ulang kepercayaan yang selama ini telah diyakini, apakah masih relevan atau tidak lagi.

Make Up Manten Tradisional Banyak Diburu Calon Pengantin di Surabaya, Natural Tapi Tetap Flawless

"Seperti medical check up yang perlu kita lakukan. Kepercayaan juga harus kita cek kembali, apakah sekarang masih bisa kita percaya?," ungkap Lala Bohang.

Mempertanyakan kembali keyakinan tersebut, lanjutnya, merupakan upaya untuk mengenal diri sendiri.

"Mempertanyakan kepercayaan juga membuat kita tidak kaku dan mau menerima keyakinan orang lain seperti makanan favorit, agama, bahkan pilihan politik orang lain," ungkap Lala Bohang.

Mau Jajal Coret-coret Foto Hasil Profesional? Simak Cara Photo Doodling dari Doodler Surabaya

Kepercayaan, tegasnya, tidak boleh dipaksakan dan memaksakan.

Setelah menulis dua 'kakak' buku ini yaitu The Book of Forbidden Feelings dan The Book of Invisible Questions, Lala Bohang menuturkan ia menemukan pola ketika menggarap The Book of Imaginary Beliefs.

Berbeda dengan buku sebelumnya, misalnya The Book of Invisible Questions yang ia selesaikan dalam waktu dua bulan dan tampak lebih emosional.

Pesan Roy Marten ke Gading Marten Soal Calon Istri Pasca Gisella Anastasia, Bahas Pribadi & Profesi

The Book of Imaginary Beliefs ia garap lebih hati-hati dan tampak lebih stabil.

"Buku yang ketiga ini saya pikirkan dengan berulang. Mulai dari tulisan hingga gambarnya. Saya melakukan questioning berkali-kali. Saya melakukan bongkar pasang dan mencoba mempersulit diri saya sendiri," jelas Lala Bohang.

Seri buku The Book of Siblings, jelasnya, secara garis besar membicarakan spektrum abu-abu manusia.

"Menurut saya, spektrum kita adalah abu-abu bukan hitam putih, bukan pesimis optimis. Kita seringkali terjebak di antaranya, kita bisa sebal, benci, dan senang dalam waktu yang bersamaan. Ini yang menjadi benang merahnya," tutur Lala Bohang. (Surya/Christine Ayu Nurchayanti)

Berita Terkini