Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nur IkaAnisa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tiga perupa asal Surabaya, Benny Dewo, Albert Wenas dan Ananto Setiawan mempersembahkan maha karya seni instalasi bertajuk Bir Temulawak yang dipamerkan di Art Prapen.
Tema Bir Temulawak diambil dari filosofi sanepan Jawa yang berarti 'yen dipikir ngelarakne awak'.
Filosofi tersebut diartikannya sebagai bentuk keikhlasan.
"Temanya Bir Temulawak, proses dimana manusia sudah berfikir sebelumnya dan harus legowo dengan apa capaiannya, mendapatkan hasil dan ikhlas. Tidak selalu dipikir terus," kata kurator dan penulis seni rupa, Agung Purnomo di Art Prapen, Senin malam (16/7/2019).
Tak banyak teori, lakukan saja. Begitulah prinsip yang dipegang Beny Dewo dalam karyanya ini.
"Kalau dipikir terus kapan karyanya akan muncul, kita kerjakan dulu semua dan buktikan kita sudah berkarya," tambah Beny Dewo.
• Yenny Wahid Protes Dipanggil Calon Menteri Oleh Najwa Shihab: Calon Menteri Itu Biasa Banget
• Efek Gempa di Nusa Dua Bali, Gempa Juga Dirasakan di Pasuruan dan Probolinggo
• Goyangannya Tampil Depan Jokowi Dikritik, Inul Daratista Merespon, Ungkap Rahasia Aman Pedangdut
Sembilan karya instalasi berbahan bambu, kayu, besi dan batu ini menggambarkan kekuatan alam sebagai sumber kehidupan.
"Sebenarnya kami bisa mengaca atau melihat formasi alam yang luar biasa. Alam sendiri memberi contoh kepada semua orang bahwa kontruksinya luar biasa. Mungkin manusia tidak bisa mengejar," kata Beny.
Tiga perupa ini memadukan bahan-bahan yang mudah dijumpai sehari-hari yaitu batu, kayu, bambu, besi pada karya instalasi dan patung berupa kaktus besi, sumur batu, susunan bambu, jam matahari dan studio art show.
"Ada sembilan karya instalasi dan juga 50 lukisan," kata Beny.
Semua karya mengandung arti.
Susunan bambu yang menjulang dengan gerak ritmik vertical spiral sebagai bentuk susunan berpikir.
Sumur yang digambarkan dengan susunan tiga batu berwarna coklat emas bermakna menimba dari banyak pengalaman.
Konsep Studio Art Show juga dihadirkan sebagai sebuah keinginan akan ruang kerja yang bebas.
"Ini karya dari perupa dengan latar belakang berbeda sehingga mereka menunjukan seni dalam perspektif masing-masing. Out of the box," kata Agung.