Kecewanya Willem Wandik Ditolak Ketemu Mahasiswa Papua, Sikap Itu Tak Ada Saat Studi di Surabaya
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Anggota DPR RI Willem Wandik yang juga anggota Tim Pemantau Otonomi Khusus, mengaku kecewa adanya penolakan mahasiswa Papua atas kedatangan sejumlah orang rombongan DPR RI di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Surabaya, Rabu (21/8/2019).
Politisi Partai Demokrat itu menyebutkan sikap tidak ramah dan tidak welcome tidak ia temukan dulu saat ia masih menghuni asrama di Jalan Kalasan.
• HUT RI ke-74, Pelajar Asal Papua Bersemangat Ikuti Lomba Agustusan di Polres Blitar Kota
• Yenny Wahid Ziarah ke Makam Gus Dur Sambil Kenakan Mahkota Burung Khas Papua, Beri Pesan Khusus Ini
• Akui Tak Tahu Korlap Ormas di Asrama Papua Adalah Kader Gerindra, Fadli Zon Bakal Investigasi Itu
Willem menyebut ia pernah menghuni asrama tersebut lima tahun saat masih menempuh studi di Surabaya.
"Menurut pengalaman saya, dulu kami sebelumnya welcome dan terbuka pada masyarakat. Kami bersosialisasi dengan warga sekitar, aktivitas lancar biasa. Tentu saya pikir selama ini juga mahasiswa di sana juga seperti itu tidak membatasi diri mereka," kata Willem usai bertemu dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Grahadi.
Sebelum datang ke Grahadi rombongan yang juga disertai oleh Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon itu mampir ke Asrama Kalasan dan berniat mengadakan dialog dengan mahasiswa Papua. Namun mereka ditolak dan tidak bisa masuk ke asrama.
Ia berharap tidak terbukanya mahasiswa Papua di asrama Kalasan diharapkan hanya terkait dengan peristiwa insiden yang belum lama ini terjadi. Dan tidak dilanjutkan ke depannya.
Terlebih masalah mahasiswa Papua di Kalasan itu yang turut mempengaruhi persoalan kehidupan berbangsa di Indonesia. Bahkan hingga menimbulkan gejolak di Manokwari, Sorong dan juga hari ini di Fakfak.
"Sehingga hari ini kami dari parlemen pusat, pimpinan dan juga anggota DPR RI dari Dapil Papua dan Papua Barat, kami ada di sini di Surabaya dalam rangka meninjau dan menyikapi persoalan ini denganlangsung melihat dan mendengar dari anak kita mahasiswa yang ada disana. Tapi begitu Kami sampai di sana itu masih di palang masih ditutup, mereka tidak mau menyambut kedatangan kami," kata politisi Partai Demokrat ini.
Lantaran penolakan itu, mereka bergeser ke Grahadi dan bertemu dengan Gubernur dan juga Kapolda. Pasanya ada sejumlah hal yang dibahas di forum pertemuan tadi. Dikatakannya, anggota DPR RI mendorong polisi segera mengusut tuntas masalah insiden di Malang maupun Surabaya yang dianggap pemicu kerusuhan di Papua Barat.
Dikatakan Willem, penyelesaian itu diserahkan pada tim kepolisian. Mereka juga menggali informasi yang benar untuk nantinya bisa disuarakan kepada masyarakat di tanah Papua supaya tetap menahan diri.
"Tetap mengedepankan semangat silaturahmi dialog yang santun, damai. Karena kita semua adalah bersaudara kita sama-sama bersaudara kita sama-sama warga Nusantara," katanya.
Selain itu mereka mengimbau untuk selalu saling menjaga kedamaian. Jangan biarkan ini berlanjut dan terus merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Dan dari diskusi kami dengan gubernur dan kapolda, kita akan membawanya sebagai bentuk penting rekomendasi. Yang terpenting yaitu soal human right atau hak manusia," pungkasnya.
Meski ditolak mahasiswa Papua di asrama Kalasan, dikatakan Willem pihaknya akan mencari waktu kembali untuk bisa bertemu dan dialog dengan mahasiswa papua di Jawa Timur