Kronologi Sebenarnya ABG 16 Tahun Dikeroyok 9 Anggota Geng di Surabaya, Videonya Terlanjur Viral!
TRIBUNJATIM.COM - Inilah kronologi sebenarnya kasus penganiayaan seorang ABG di Surabaya oleh para anggota geng.
Perang antara geng kampung bernama Geng Jawara Kampung dan All Star di Surabaya menjadi perbincangan.
Perang antara geng kampung yang berisi anak-anak di bawah umur ini telah ditangani Polrestabes Surabaya.
Kejadian ini terungkap pasca seorang anggota Geng All Star menjadi korban pengeroyokan dan disekap anggota Geng Jawara Kampung.
Korban adalah NF (16), asal Surabaya.
• Kiai di Madura Digigit Ular Jadi Viral, Muncul Bintik Hitam, Rumah Sakit Tak Berani Keluarkan Racun
Berawal dari Masalah Ponsel
NF diketahui menerima penganiayaan dari Geng Jawara Kampung karena handphone (HP) milik remaja 16 tahun itu hilang.
Korban yang tergabung dalam Geng All Star ini menduga, HP-nya itu diambil oleh anggota Geng Jawara Kampung.
Kanit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya, Iptu Giadi Nugraha mengatakan, NF lalu seorang diri untuk mengambil HP-nya di kawasan Krembangan Bhakti, Surabaya.
"Korban nekat sendirian ke Krembangan Bhakti mengambil handphone," ujar Iptu Giadi Nugraha, Sabtu (28/9/2019).
Setibanya di Krembangan Bhakti, korban mendatangi sebuah warung yang menjadi tempat berkumpulnya Geng Jawara Kampung.
Peristiwa itu terjadi pada Jumat, 20 September 2019 pukul 18.00 WIB.
Geng Jawara Kampung sendiri merupakan musuh dari Geng All Star, jumlah anggotanya 10-15 orang.
Saat itulah korban langsung dihajar habis-habisan.
"Di situ lokasi awal korban dianiaya," kata Iptu Gladi Nugraha.
Kemudian, korban dibawa menuju lokasi kedua di Simo Gunung Surabaya.
Di sana korban kembali dianiaya lagi, bahkan sampai pingsan.
Korban yang pingsan membuat barisan Geng Jawara Kampung panik.
Korban pun segera dibawa ke sebuah kafe dan disekap di bangunan kosong.
Di sana, korban tersadar dan kembali menjadi bulan-bulanan.
Video Telanjur Viral dan Diketahui Ayah Korban
Kejadian kemudian terungkap ketika anggota Geng Jawara Kampung memutuskan menyebar video penganiayaan itu ke media sosial.
Ayah korban yang kemudian melihat video itu, akhirnya mengetahui keberadaan anaknya yang tak kunjung pulang.
Polisi melacak keberadaan korban, hingga akhirnya berhasil ditemukan di wilayah Menganti, Gresik.
"Korban mengalami trauma akibat kejadian tersebut," jelas Iptu Giadi Nugraha.
Sembilan orang lalu berhasil diamankan.
Mereka berasal dari Surabaya dan Gresik.
Ulah dua geng ini terbilang cukup dikenal oleh kepolisian.
Sebelumnya, dua geng tersebut sempat diamankan Polres Pelabuhan Tanjung Perak pada awal September.
Saat itu, mereka berencana akan melakukan tawuran pada dini hari.
Namun, senjata tajam yang telah disiapkan mereka langsung dibuang setelah polisi datang.
Mereka langsung diamankan polisi dan tawuran berhasil diantisipasi.
Namun, api dari perseteruan itu ternyata belum sepenuhnya padam dan masih berlanjut.
Setelah ditelusuri, anggota Geng Jawara Kampung yang menjadi pelaku pengeroyokan kepada NF ternyata memiliki peran masing-masing.
Saat NF disekap di Menganti, Gresik, pelaku menghajar korban di sebuah kafe.
Di sana korban dianiaya oleh 10 orang.
Sembilan orang kini sudah diamankan, sementara satu orang masih dalam pengejaran.
Saat berada di kafe tersebut, para pelaku bergantian memukuli korban.
"Kalau dilihat peran-peran masing ada berperan mukulin, ada yang nendang," kata Iptu Giadi Nugraha, Minggu (29/9/2019).
Saat dianiaya, NF tidak bisa bergerak karena dirangkul pelaku lainnya.
Dari sembilan pelaku yang sudah diamankan, satu di antaranya berusia dewasa, sedangkan lainnya berstatus pelajar.
Ada pula satu pelaku perempuan berusia 15 tahun.
Dia bertugas merekam pengeroyokan itu dan diunggah ke grup Facebook bernama Jawara Ladies.
"Selama disekap, korban masih diberi makan. Mereka menunjukkan eksistensi kepada All Star bahwa salah satu anggotanya bisa mereka ambil," lanjut Iptu Giadi Nugraha.
Iptu Giadi Nugraha melanjutkan, pihaknya sudah mengantongi identitas pelaku yang saat ini berstatus DPO.
"Masih dalam pengejaran, tapi kami sudah tahu, dia berasal dari luar Surabaya," tegasnya.
Awalnya, pemilik kafe di area itu sempat curiga dengan adanya aktivitas penganiayaan itu.
Namun, karena lokasi penganiayaan itu jauh dari meja kasir, ditambah lagi ada sekat penghalang, akhirnya dia menganggap biasa-biasa saja.
Dari keterangan para pelaku, kata Iptu Giadi Nugraha mereka tidak memiliki ketua geng.
"Tidak ada kepala geng, hanya saling menghargai," tambahnya.
Pengakuan Ayah Korban
Sementara itu, ayah korban, DA saat dikonfirmasi di kediamannya mengatakan, pihaknya trauma dengan peristiwa yang menimpa buah hatinya itu.
Keluarganya menjadi tertutup.
NF tidak dapat ditemui.
Saat NF tidak kunjung pulang, DA masih bekerja.
Dia baru tahu jika buah hatinya itu disekap oleh Geng Jawara Kampung dari media sosial, Facebook.
"Tahu dari Facebook, ada yang memberi info anak saya disekap. Langsung lapor polisi," katanya.
Akibat penganiayaan saat disekap, anaknya mengalami luka di kepala, wajah dan tangan.
DA menyerahkan semuanya kepada polisi.
"Sudah langsung proses hukum saja," ucapnya.