Pesan Khusus Soeharto ke Dubes di Malaysia Saat Golkar Kalah, Sampai Disuruh Tak Bercelana Panjang
TRIBUNJATIM.COM - Soeharto ternyata pernah memberikan sebuah pesan khusus kepada Dubes Indonesia untuk Malaysia, tepatnya saat Golkar kalah.
Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto, berkuasa di Indonesia selama 32 tahun.
Selama Orde Baru berdiri, antara Soeharto dan Golkar memang seolah tidak dapat dipisahkan.
Sebab, Golkar juga merupakan satu unsur penting dalam pemerintahan Orde Baru.
Sehingga, bagi Soeharto kemenangan Golkar dalam setiap pemilu termasuk sangat penting.
• TERJAWAB Alasan Sebenarnya Soeharto Beri Soekarno Gelar Pahlawan Proklamasi, Sempat Picu Perdebatan
Oleh karena itu, Soeharto akan berusaha semaksimal mungkin agar Golkar mampu menang di seluruh daerah yang ada di Indonesia.
Termasuk di luar negeri, Soeharto juga berusaha memenangkannya.
Soeharto akan mengerahkan seluruh kemampuan, dan jaringan yang dimilikinya untuk memenangkan Golkar di luar negeri.
Itu seperti yang disampaikan oleh Rais Abin dalam buku "Catatan Rais Abin Panglima Pasukan Perdamaian PBB di Timur Tengah 1976-1979", yang ditulis oleh Dasman Djamaluddin, dan diterbitkan oleh Kompas tahun 2012 lalu.
Rais Abin merupakan Letnan Jenderal (Purnawirawan) TNI.
Rais Abin juga pernah menjadi Panglima Pasukan Perdamaian PBB di Timur Tengah.
Selain itu, dia juga pernah menjadi Duta Besar Indonesia di Malaysia pada pemerintahan Soeharto.
Terkait upaya Soeharto untuk memenangkan Golkar di luar negeri, Rais Abin memang memiliki sebuah pengalaman.
Kisah itu terjadi saat dia masih menjadi Duta Besar Indonesia untuk Malaysia di pemerintahan Orde Baru.
Kala itu, Rais Abin tiba-tiba saja mendapatkan telepon dari Benny Moerdani di Jakarta.
Benny Moerdani menanyakan kepada Rais Abin perihal kekalahan Golkar di Malaysia.
"Eh, bagaimana itu?" tanya Benny Moerdani kepada Rais Abin meminta penjelasan.
Mendapatkan pertanyaan dari Benny Moerdani seperti itu, Rais Abin pun segera menjawabnya.
"Habis bagaimana lagi, di sini (Malaysia) kan banyak suku Minang dan Aceh. Mereka lebih simpati kepada Islam. Mau bilang apa?" jawab Rais Abin dari Kuala Lumpur, Malaysia.
Mendengar jawaban semacam itu dari Rais Abin, Benny Moerdani pun segera bereaksi.
Bahkan, Benny Moerdani juga menyampaikan pesan khusus dari Soeharto.
"Ini ada pesan Pak Harto. Rais suruh saja pakai sarung tidak usah pakai celana panjang lagi," ungkap Benny Moerdani sambil bergurau.
Setelah mendengar pesan Soeharto itu, Rais Abin pun tertawa.
Benny Moerdani juga ikut tertawa.
"Benny, bilang sama Pak Harto, saya dari dulu lebih suka pakai kain sarung dari pada celana panjang. Lebih praktis, bisa dijadikan selimut, juga bisa untuk pakaian. Lebih bebas bergerak," ucap Rais Abin.
Terkuak Misteri Adanya Marinir di Bawah Kapal Saat Soeharto Mancing, Mantan Menteri Jadi Saksi
Terjawab sudah rasa penasaran masyarakat Indonesia mengenai adanya Marinir di bawah kapal saat Presiden Kedua Republik Indonesia Soeharto.
Rumor mengenai adanya Marinir di bawah kapal itu berembus saat Soeharto berkuasa.
Alasannya, setiap kali memancing, Soeharto selalu mendapatkan ikan.
Soeharto memang memiliki hobi memancing saat masih menjadi presiden.
Soeharto menjadi presiden pada dekade 60-an.
Tepatnya, Soeharto menggantikan Soekarno yang turun dari jabatannya.
Soekarno lengser dari jabatannya sebagai presiden seusai peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965.
Soeharto kemudian berkuasa selama 32 tahun.
Kekuasaan Soeharto berakhir pada tahun 1998.
Saat itu, gelombang reformasi yang muncul akibat adanya krisis multidimensi membuat Soeharto harus mundur dari jabatannya.
Saat masih menjabat sebagai presiden, Soeharto sering mengajak pejabat dalam negeri dan keluarganya untuk melakukan hobi tersebut.
Presiden Kedua RI itu juga diketahui ahli dalam hal tersebut, karena kerap mendapatkan ikan-ikan besar, yang agak susah dilakukan pemancing awam.
Gosip pun beredar tentang bantuan dari anggota Marinir TNI AL yang berada di bawah perahu setiap kali Pak Harto memancing, untuk mengikatkan ikan-ikan di mata kail sang presiden, agar terkesan ikan tersebut adalah hasil tangkapan Soharto.
Mantan Menteri Penerangan Harmoko dalam buku "Pak Harto The Untold Stories" menjawab fakta di balik isu yang banyak beredar di masyarakat itu.
Pada tahun 1987, saat Harmoko masih menjabat sebagai Menteri Penerangan.
Ia pernah diajak sang untuk menemani presiden melakukan hobi tersebut, bersama dengan pejabat lainnya seperti Fuad Hasan, Bustanil Arifin, dan Ismail Saleh.
Harmoko menjelaskan, bahwa dalam kesempatan itu, ia coba mengklarifikasi mengenai keberadaan marinir di bawah kapal untuk membantu hobi presiden.
"Lihat saja nanti," jawab Soeharto.
Mantan wartawan itupun akhirnya dapat membuktikan, bahwa gosip keberadaan Marinir adalah sama sekali tidak benar. Soeharto mampu