Jelajah Jejak Sekolah Chung Hua Jember, Tempat Menimba Ilmu Arsitek RS Khusus Coronavirus di Wuhan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kawasan kompleks Pertokoan Mutiara di Jember, yang disebut sebagai bekas lokasi Sekolah Chung Hua Jember.

TRIBUNJEMBER.COM, JEMBER - Nama Sekolah Chung Hua tiba-tiba muncul ke permukaan seiring beredarnya informasi perihal Prof Huang Xiqiu, arsitek rumah sakit khusus pasien virus Corona di Wuhan, Tiongkok.

Pembangunan RS khusus itu selesai dalam waktu 10 hari.

Nama Prof Huang Xiqiu tak lepas dari pembangunan RS tersebut.

Huang Xiqiu, Sosok Arsitek di Balik 10 Hari Pembangunan RS Virus Corona China, Lahir di Jember

Bahkan koran berbahasa Mandari Harian Nusantara memuat artikel tentang Prof Huang.

Artikel yang terbit 5 Februari itu berjudul 'Renhua itu Mengeluarkan Satu Orang Legendaris'.

Artikel tersebut ditunjukkan oleh mantan guru Sekolah Chung Hua, Iwan Natawidjaja yang ditemui TribunJatim.com di rumahnya.

Iwan juga mengartikan maksud dari artikel berbahasa Mandarin tersebut.

Judul artikel yang memuat tentang Prof Huang Xiqiu adalah 'Renhua itu Mengeluarkan Satu Orang Legendaris'.

"Renhua itu sebutan untuk Sekolah Chung Hua Jember. Legendaris yang dimaksud yang profesor itu. Artikel ini menceritakan perjalanan, dan kiprah Huang Xiqiu," kata Iwan.

Renhua merupakan sebutan akrab untuk Chung Hua Xue Xiao.

Xue Xiao berarti sekolah. Chung Hua Xue Xiao berarti sekolah untuk warga Tionghoa.

Huang Xiqiu, arsitek rumah sakit yang dibangun dalam 10 hari untuk menangani wabah virus Corona di Wuhan, Tiongkok, merupakan alumni sekolah tersebut.

Iwan membenarkan hal itu. Huang Xiqiu menempuh pendidikan SD dan SMP di Sekolah Chung Hua itu.

Begitu juga dua adiknya yang sempat diajar oleh Iwan di sekolah tersebut.

Lalu seperti apakah Sekolah Chung Hua?

Sosok Arsitek RS Khusus Pasien Coronavirus di Wuhan, Kelahiran Jember dan Pernah Tinggal di Pecinan

"Kalau sekolahnya sudah tutup, di tahun 1966. Sekolahnya itu ada di Lanasan, sekarang jadi Pertokoan Mutiara," ujar Iwan.

Sekolah Chung Hua memang pernah berdiri di lokasi tersebut.

Sekolah itu berdiri di tahun 1910, dan tutup di tahun 1966.

Sekolah itu menjadi tempat belajar etnis Tionghoa di Jember.

Muridnya berasal dari sejumlah daerah di Jember.

"Muridnya itu semuanya mencapai 2.000 orang," tutur Iwan yang masih memiliki ingatan tajam di usianya 81 tahun.

Iwan Natawidjaja menunjukkan artikel yang memuat profil Prof Huang Xiqiu, arsitek yang mendesain pembangunan rumah sakit khusus pasien virus Corona di Wuhan, Tiongkok. (SURYA/SRI WAHYUNIK)

Mengutip hasil penelitian Dosen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember Dr Retno Winarni MHum, saat pertama kali didirikan Sekolah Chung Hua bertempat di rumah sewa sederhana.

Yakni di jalan Lanasan kawasan Kampung Tengah. Jalan itu sekarang bernama Jl Diponegoro, Jember.

Lokasi sekolah juga sudah menjadi kawasan Pertokoan Mutiara.

Chung Hua School berorientasi pada negeri Tiongkok sehingga terpampang lambing-lambang Republik Tiongkok di sekolah tersebut.

Pada masa akhir Pemerintahan Hindia Belanda hingga masa pendudukan Jepang, Chung Hua School hanya
menyediakan jenjang pendidikan yu er yen (frobelschool/taman kanak-kanak) dan Siao xie (sekolah rendah).

Pendirian Chung Hua School bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan anak-anak Tionghoa keturunan yang berorientasi pada tanah leluhur yang pada masa itu mengalami euphoria menjelang lahirnya Republik Tiongkok.

Pembangunan dua rumah sakit untuk pasien virus corona di Wuhan tengah dikebut (YouTube South China Morning Post)

Tujuan utama pendirian Chung Hua School untuk mendidik dan menumbuhkan semangat bela negara, mendidik keturunan Tionghoa dengan murah hati (biaya rendah) serta bervisi untuk menyebarluaskan
pendidikan Tionghoa di Jember.

Untuk mencapai tujuan itu kegiatan belajar dilaksanakan dengan menitikberatkan pada pendidikan moral siswa, mengedepankan pengembangan pola fikir, mengarahkan siswa memiliki pandangan hidup yang benar, sehingga menekankan pada ilmu praktis bukan teoritik.

Tahun 1966 Chung Hua School dinyatakan ditutup.

"Hal ini berkaitan dengan semakin memanasnya kondisi politik Indonesia yang berakibat meningkatnya sentimen negatif terhadap etnis Tionghoa disebabkan kecurigaan Pemerintah Indonesia bahwa Beijing mendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pada waktu itu dianggap sebagai kekuatan yang mengkudeta pemerintah Indonesia," kata Retno dalam tulisannya yang dikirimkan ke TribunJatim.com.

Sekolah Chung Hua resmi ditutup setelah keluar surat keputusan Menteri Pendidikan tanggal 6 Juli 1966 yang menyatakan menutup sekolah sekolah berbahasa pengantar bahasa Mandarin.

Serta melarang sekolah-sekolah swasta menerima siswa-siswa eks sekolah Tionghoa, sedangkan sekolah negeri hanya diperkenankan menerima kurang dari lima persen dari jumlah murid mereka.

3 Alasan Indonesia Belum Ditemukan Kasus Virus Corona, Faktor Lingkungan hingga Kekebalan Tubuh

Dampak dari penutupan sekolah Chung Hua banyak orang tua siswa kebingungan mencari sekolah untuk anak-anak mereka.

Banyak siswa Chung Hua yang putus sekolah, terutama mereka yang berasal dari keluarga Tionghoa 'thothok' dan peranakan yang cukup fanatik terhadap pendidikan Tionghoa.

"Bagi mereka lebih baik tidak melanjutkan pendidikan jika tidak di sekolah-sekolah Tionghoa. Adapun yang melanjutkan pendidikan bermigrasi ke daratan Tiongkok. Bagi siwa yang tetap bertahan di Jember cenderung memilih melanjutkan ke sekolah-sekolah swasta katolik atau pun Kristen," tulis Retno.

Kondisi Terkini

TribunJatim.com mendatangi kawasan Lanasan atau Jl Diponegoro.

Tidak ditemukan penanda jika pernah ada sekolah khusus warga Tionghoa di kawasan itu.

5 Hal Tentang Virus Corona Trending di China Pekan Ini, Ibu Menangis Minta Dibukakan Akses ke Dokter

Setelah Sekolah Chung Hua tutup, kawasan itu sempat menjadi lokasi IAIN Jember.

Sekolah tinggi itu kemudian berpindah ke Mangli, Kaliwates.

Kini bekas lokasi sekolah itu menjadi pusat perbelanjaan di Jember.

Hanya para alumni sekolah itu yang masih mengetahui tentang sekolah tersebut, juga beberapa peneliti.

Tidak banyak warga sekitar yang mengetahui jika Pertokoan Mutiara itu pernah menjadi sekolah khusus warga Tionghoa.

Penulis: Sri Wahyunik

Editor: Arie Noer Rachmawati

Berita Terkini