TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Halaman rumah Sutrisno (48), di Desa/Kecamatan Campurdarat RT1 RW1, Tulungagung dipenuhi dengan pangkal pelapah kelapa atau bongkok.
Di setiap bongkok yang tengah dijemur itu terdapat aneka gambar karakter.
Semua karakter menampilkan sosok yang menyeramkan.
• UPDATE CORONA di Indonesia Senin 6 April, Tambahan Kasus 218, Total Pasien Positif 2.491 Kasus
Bongkok-bongkok itu adalah thethek molek.
Coretan karakter wajah yang digunakan untuk tolak pagebluk atau wabah penyakit.
Di tengah pandemi virus Corona ini, ayah dua anak ini kebanjiran pesanan thethek molek.
Thethek molek adalah topeng atau karakter wajah yang dibuat nenek moyang orang Tulungagung.
Dulu thethek molek dilukis dengan kapur dan jelaga.
Karakter menyeramkan ini kemudian dipasang di depan rumah, dengan maksud agar pagebluk tidak berani mampir.
• Perlakuan Beda Drastis Al, El, Dul ke Irwan Mussry & Mulan Jameela, Istri Ahmad Dhani Dipanggil Gini
“Saya baru mulai melukis tiga hari ini. Tapi yang sudah terjual sekitar 250 buah,” ujar Sutrisno, saat ditemui di rumahnya, Senin (6/4/2020).
Sutrisno mengaku, awalnya hanya iseng membuat thethek molek untuk dipakai sendiri.
Namun ternyata banyak orang yang minat dengan karyanya.
• Penampilan Krisdayanti & Anak Karaoke di Rumah Bak Istana Terekspos, Keluarga Lain Ikut Nimbrung
Sutrisno pun mulai membuat dan dipromosikan lewat Facebook.
Hasilnya, pesanan jalam jumlah besar pun datang.
Karena di desanya kini tidak ada pohon kelapa, Sutrisno harus pesan bongkok hingga ke Pantai Prigi, di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.
Pesanan awal satu pikap berisi 250 bongkok, dengan harga per bongkok Rp 4000.
“Harga Rp 4000 itu campuran antara yang besar dan yang kecil. Pesanan awal habis Rp 1.000.000,” tuturnya.
Karena banyaknya pesanan, Sutrisno mempekerjakan para pemuda di sekitar rumahnya.
Berbahan dasar cat minyak, setiap orang diberi keleluasaan untuk membuat karakter sesuai imajinasinya.
Dengan satu catatan, karakter yang dibuat harus seseram mungkin.
Bukan hanya wajah buto atau raksasa, ada pula lukisan karakter kartun seperti Doraemon.
Namun karena dipakai untuk tolap pagebluk, karakter asal Jepang ini dimodifikasi dengan gigi taring yang membuatnya lebih menakutkan.
“Sekarang kami sedang mengerjakan satu pikap bongkok pesanan yang ke-2. Jadi yang satu pikap kemarin sudah habis terjual semua,” ujarnya.
Satu thethek molek dijual seharga Rp 15.000 hingga Rp 30.000, sesuai ukuran dan kerumitan lukisan.
• UPDATE CORONA di Nganjuk Senin 6 April, Positif Covid-19 Jadi 5 Orang, 11.379 Warga Berstatus ODR
Jika dikurangi biaya produksi, dari satu thethek molek yang terjual Sutrisno mendapat keuntungan Rp 5000.
Sekarang ada tujuh pemuda sekitar yang ikut mengerjakan pesanan.
Rata-rata mereka adalah warga yang terpengaruh dengan merebaknya virus Corona.
• VIRAL VIDEO Aksi Nyeleneh Warga saat Lockdown Corona, Nekat Nyamar Jadi Tanaman Demi Keluar Rumah
Seperti halnya Sutrisno yang kesehariannya bekerja mengoperasikan mesin pemecah batu miliknya.
Selama pandemi virus Corona, pendapatan Sutrisno berkurang karena jumlah order mengalami penyusutan drastis.
“Selama ada pesanan kami akan terus membuat thethek molek. Dari pada tidak ada kegiatan selama Corona,” tandasnya.
Sementara Vemas Fahriyansah (17), anak ke-2 Sutrisno mengatakan, proses pelukisan pertama kali adalah melapisi dasar dengan cat putih.
Setelah itu dikeringkan sekitar lima menit, barulah bongkok mulai dilukis.
• DATA TERBARU Peta Sebaran Covid-19 di Pamekasan, Kecamatan Larangan dan Pademawu Masuk Zona Merah
Satu thethek molek butuh pengerjaan sekitar satu jam, termasuk proses penjemuran untuk mengeringkan cat akhir.
“Kesulitannya tidak ada. Hanya butuh imajinasi untuk membuat karakter yang seram,” ucap Vemas.
Vemas juga melayani pesanan lukisan karakter. Kebanyakan pesanan khusus ini meminta karakter yang paling seram.
Namun ada pula yang meminta karakter perempuan berwajah seram.
Penulis: David Yohanes
Editor: Arie Noer Rachmawati