TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Pembangunan RSUD Kanjuruhan sebagai rumah sakit rujukan penyakit stroke dan jantung ternyata masih wacana.
Pemkab Malang mengakui masih butuh waktu untuk menghitung dan menyiapkan anggaran yang dibutuhkan.
"Tahun depan mau kita anggarkan untuk mulai dibangun. Disiapkan tanah 1 hektar. Tahun ini masih penyiapan lahan dulu. Baru tahun depan bahas pembangunan. Melihat anggaran yang ada," ujar Bupati Malang, Muhammad Sanusi ketika dikonfirmasi.
• Desa Gogorante Kecamatan Ngasem Kediri Luncurkan BUMDES Penjualan Olahan UMKM
• Charis Yulianto Beberkan Perkembangan Dua Pemain Belia Asal Brasil: Fisik Perlu Ditingkatkan
Sanusi menyadari penyakit jantung termasuk berbahaya. Sehingga ia menyerukan kepada jajaran aparatur sipil negara (ASN) untuk merubah gaya hidup. Minimal, melakukan aktifitas fisik.
"Iya nanti arahnya ke sana. Sementara ya sukarela dulu. Baru nanti kalau sudah masif kita wajibkan. Karena harus merubah dulu mindsetnya," kata Sanusi.
Untuk program jantung kepada masyarakat, Pemkab Malang masih mengandalkan Smarthealth. Kata Sanusi, program ini menggandeng tiga perguruan tinggi ternama.
• Diduga Melakukan Pencemaran Nama Baik, Seorang Perawat di Malang Dilaporkan ke Polisi
• Jenazah 5 Korban Kebakaran Ruko Kranggan Dibawa ke RSUD dr Soetomo, Kerabat Tunggu Hasil Investigasi
"Universitas Brawijaya, Manchester University dan George Global Institute untuk melakukan riset Smarthealth," beber Sanusi.
Sementara itu, program Smarthealth masih dipusatkan di Kecamatan Kepanjen.
"Hingga kini secara presentase ada 24 persen dari total wilayah yang bisa kami deteksi. Masih banyak lagi yang harus kita deteksi. Karena alat mendeteksinya kan cukup mahal," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Arbani Mukti Wibowo.
Mahalnya alat deteksi jantung jadi alasan munculnya program Smarthealth.
Smarthealth dijalankan oleh kader. Setiap kader membawa aplikasi berisi pertanyaan deteksi penyakit jantung.
Jika ada yang terdeteksi, kader akan mengarahkan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan penanganan.
Penulis: Erwin Wicaksono
Editor: Heftys Suud