27 Dokter di Jawa Timur Meninggal Akibat Covid-19, Terbanyak Dokter Umum

Penulis: Fatimatuz Zahroh
Editor: Pipin Tri Anjani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Rumpun Kuratif Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Joni Wahyuhadi dalam jumpa pers di Gedung Negara Grahadi, Sabtu (8/8/2020)

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pandemi Covid-19 belum berakhir di Jawa Timur.

Sejak Maret 2020 saat pandemi mulai merebak, hingga kini, sudah sebanyak 27 tenaga medis berprofesi sebagai dokter yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.

Ketua Tim Kuratif Satgas Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi menuturkan bahwa dari 27 dokter yang meninggal tersebut sebanyak 18 orang dokter yang sudah diketahui positif Covid-19.

Sedangkan sisanya masih suspect atau kasus probable dengan gejala berat Covid-19.

Aurel Nangis Ngotot Ingin Ashanty di Atas Pelaminan, Sang Ibu Sambung Tak Mau Langkahi Ibu Kandung

“Dari data kami dari total 27 dokter yang meninggal dunia tersebut 19 diantaranya adalah dokter umum. Lalu 6 dokter adalah dokter spesialis. Dan 2 dokter adalah PPDS,” kata Joni pada Surya  (grup TribunJatim.com), Jumat (4/9/2020).

Berdasarkan pemetaan wilayah, dokter yang terbanyak meninggal ada dari Kota Surabaya sebanyak 10 orang, Kabupaten Sidoarjo 4 orang, Malang Raya 3 orang dan Kabupaten Gresik 2 orang.

Joni yang juga Dirut RSUD Dr Soetomo mengatakan bahwa dokter yang meninggal dunia 88 persen tidak dalam tugas menangani langsung pasien Covid-19 di ICU.

Mereka kebanyakan tertular di luar bangsal-bangsal perawatan khusus Covid-19.

Tangis Zaskia Sungkar Mendadak Pecah Lihat Hasil Program Bayi Tabung, Peluk Suami, Akhirnya Hamil?

“Mungkin tertular di UGD, kena di luar atau mereka ternyata merawat pasien yang OTG. Jadi bukan tertular saat merawat pasien Covid-19,” tegas Joni.

Sebab di ruang khusus perawatan pasien Covid-19 risikonya memang lebih besar, akan tetap sekuritasnya jauh lebih terjaga. Penggunaan APD lengkap, ruang isolasi yang menggunakan tekanan negatif, sehingga keamanann nakes relatif terjaga.

Ditegaskan Joni, dari 6 dokter spesialis yang meninggal dunia di Jatim, yang paling banyak meninggal dunia adalah spesialis penyakit dalam, kemudian psikiatri. Kemudian disusul dengan dokter spesialis bedah umum, paru, obgyn, dan THT. Serta anastesi, neurologi, pediatri, dan radiologi.

“Angka dokter yang meninggal secara nasional saat ini sudah 101 orang dokter. Maka ini harapannya menjadi pengingat kita bersama, Covid-19 ini bukan konspirasi, coba lihat banyak dokter kita yang meninggal dunia, masyarakat harusnya lebih aware agar menurunkan penyebaran Covid-19 bersama-sama,” tegas Joni.

Sebab hulu dari pandemi ini adalah penyebaran, hilirnya adalah sistem kuratif. Jika hulunya tidak teratasi, kasus makin bertambah, bed perawatan dalam jumlah berapun tidak akan cukup.

Dan dokter bersama nakes yang berjuang menyembuhkan pasien Covid-19 tidak akan pernah istirahat selama pertambahan kasus Covid-19 terus terjadi.

VIRAL Pesta Nikah Hancur Berantakan, Tamu Terima Video Panas, Aib Calon Istri Seketika Terbongkar

“Maka tak lelah kami mengajak empati warga masyarakat agar jaga protokol kesehatan. Pakai masker, sederhana sekali tapi sangat berarti. Hindari kerumunan, jangan lupa cuci tangan dengan sabun, pandemi ini berakhir jika kasus tidak bertambah,” tegas Joni.

Di sisi lain, selain dokter, yang juga banyak meninggal dunia adalah tenaga kesehatan. Total ada sebanyak 499 tenaga kesehatan di Jatim yang terjangkit Covid-19. Dari ratusan nakes tersebut yang meninggal dunia karena Covid-19 ada sebanyak 40 orang.

Yang paling bahyak adalah perawat, yaitu sebanyak 14 orang. Kemudian juga ada bidaj sebanyak 5 orang, serta analis laboratorium, sebanyak 1 orang, radiografer 1 orang, lalu terapis gigi dan mulut 1 orang, dan sisanya adalah dokter sebagaimana dijelaskan di atas.

Di sisi lain Ketua Tim Tracing Satgas Covid-19 Jatim Kohar Hari Santoso mengatakan tim bergerak cepat dalam menangani tracing nakes yang terpapar Covid-19.

“Kita bekerja sama dengan rumah sakit dan puskesmas. Tracing dilakukan menyeluruh pada yang kontak erat hingga keluarga yang terpapar. Tidak hanya nakes tapi semua profesi yang terpapar Covid-19,” tegas Kohar.

Akhirnya Iis Dahlia Angkat Bicara Soal Pernikahan Rizki DA, Minta Maaf ke Publik: Taaruf Tidak Mudah

Terpisah, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa menekan angka kematian menjadi prioritas dalam penanganan Covid-19 di Jatim.

Sebagaimana diketahui per malam ini kasus Covid-19 Jatim tembus di angka 35.005 kasus. Dimana ada sebanyak 350 orang tambahan kasus baru dalam hari ini.

Sedangkan angka kematian kasus di Jatim diketahui 2.488 orang atau 7,11 persen. Sedangkan angka kesembuhan mencapai 78,28 persen, dengan jumlah pasien sembuh mencapai 27.401 orang.

“Dalam penanganan pasien Covid-19 yang saat ini kita lakukan adalah mengupayakan pasien Covid-19 tidak sampai terjadi kekuranagn oksigen atau hypoxia. Maka dari itu kunci penanganan adalah cepat dan tepat. Jangan sampai pasien harus menggunakan ventilator, maka kita berupaya memperbanyak HFNC atau High Flow Nassal Cannule,” kata Khofifah.

Pasalnya dari penelitian yang dilakukan satgas Covid-19 Jatim seratus persen pasien Covid-19 yang tertangani dini dengan terapi HFNC dinyatakan sembuh atau berhasil. Berbeda jika sudah menggunakan ventilator, yang memberikan hasil sebaliknya. (SURYA/Fatimatuz Zahroh)

Berita Terkini