TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Sejumlah warga memanfaatkan aliran Sungai Tegal Randu, Lumajang untuk mencuci baju, Rabu (7/10/2020).
Bukan tanpa sebab, warga terpaksa mencuci baju di sana, lantaran wilayah desa sekitar sedang dilanda kekeringan.
Yuliana, warga Wates Wetan mengatakan krisis air bersih sudah setahun terakhir melanda desanya.
• Kasus Covid-19 Jatim Diklaim Mereda, Tampak dari Positivity Rate dan Pasien di RS Rujukan Menurun
• BREAKING NEWS - Seorang Pelajar di Pamekasan Tewas Tabrak Mobil Rush Saat Sedang Trek-trekan
Alhasil tak ada cara lain, warga pun terpaksa menggantungkan kebutuhan air dari sungai tersebut.
"Karena gak ada air, jadi PDAM mati," kata Yuliana, Rabu (7/10/2020).
Untungnya, aliran sungai ini bersih dan jernih. Tidak hanya mencuci pakaian, di seberang lainnya ada juga warga yang memanfaatkan air sungai untuk mencuci kendaraan, dan mencuci piring.
• Joana Evan Sulap Bungkus Snack Jadi Tas Mini Fashionable, Terinspirasi Tas Mahal dari Kulit Hewan
• Belasan Pemainnya Sempat Dihantam Cedera, Tim Dokter Arema FC Beberkan Penyebabnya
"Buat masak, mandi beli air per tangki harganya Rp 130-135 ribu," ucapnya.
Menurut Yuliana jika musim penghujan tiba, adalah berkah bagi warga desa sekitar. Pasalnya mereka tak perlu repot-repot ke sungai untuk hanya sekedar mencuci baju.
"Kalau hujan, nyuci baju di rumah sambil hujan-hujan tidak usah ke sungai," ujarnya.
Meskipun sungai ini membawa manfaat besar, tidak dipungkiri warga tetap memiliki keinginan air bisa kembali mengaliri rumah-rumah mereka.
"Buat bapak-bapak pemerintah saya mohon air PDAM-nya dihidupin. Biar warga Desa Wates Wetan dan sekitarnya tidak kesulitan air," tandasnya.
Penulis: Tony Hermawan
Editor: Heftys Suud