TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG – “Lebih baik untuk sedekah saja, biar jadi manfaat untuk orang lain,” itulah yang sering diucapkan Daryatin (57) ketika disinggung mengenai iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Sejak awal mendaftar jadi peserta JKN-KIS pada tahun 2014, Daryatin mengaku niatnya supaya tidak sakit dan agar bisa membantu sesama.
“Saya jadi peserta sejak tahun 2014. Niat saya dari awal memang lebih baik saya ndak sakit, jadi saya bisa membantu sesama. Pernah ditanya orang, ndak sakit kok daftar BPJS, lha ya ndak apa-apa saya ikut. Saya habis bayar iuran ndak pernah saya hitung, ya mungkin kalau dihitung setahun banyak, tetapi itu kan bukan untuk saya, tetapi untuk membantu sesama kita, disedekahkan saja,” tutur warga Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung ini.
Meskipun demikian, Daryatin merasa JKN-KIS banyak sekali manfaatnya.
Di usianya yang tidak muda, Daryatin beberapa kali menggunakan untuk berobat, diantaranya untuk mengobati sakit lambung yang dideritanya.
Tidak lama ini, Daryatin menggunakan JKN-KIS untuk operasi tulang pundak kirinya akibat kecelakaan. Kini kondisi Daryatin sudah baik.
Kejadian itu dialaminya sekitar 2 tahun lalu.
“JKN manfaatnya banyak, karena saya sering mengalami sakit lambung, asam lambung saya naik jadi saya sering berobat, saya juga pernah minta rujukan ke dokter syaraf, saya juga pakai untuk periksa mata karena mata saya minus. Terakhir kemarin saya habis jatuh, saya ditabrak motor. Tadinya saya bawa ke sangkal putung, kemudian karena bengkak saya bawa ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), saya dikasih rujukan ke rumah sakit. Dokter menyarankan saya harus operasi. Ya sudah memberanikan diri untuk operasi. Sekarang saya sudah ndak kontrol karena sudah baik, kecuali ada keluhan baru kontrol,” ujarnya.
Sementara itu, Daryatin kini aktif sebagai peserta Progam Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) BPJS Kesehatan.
Walaupun tidak memiliki penyakit kronis, karena usia, Daryatin mengikuti program tersebut sebagai bentuk promotif dan preventif.
“Saya ikut Prolanis saya tidak punya penyakit kronis, karena usia saya dan lagi juga banyak teman. Kalau banyak teman kita hatinya senang, kan sepuh semua, saling support. Pola makan diawasi juga, kita selalu dapat snack. Ini senamnya masih jalan, karena covid sempat off, sekarang sudah dimulai lagi, setiap minggu dimulai pukul 6 pagi. Setiap 6 bulan juga ada medical check up. Nanti ada petugas laboratorium yang ke faskes, jadi dimudahkan,” ucapnya.
Dari sekian manfaat yang didapatkan selama menjadi peserta JKN-KIS, Daryatin merasa sangat terbantu. Tidak hanya itu, melalui program Pemerintah ini, Daryatin bisa membantu peserta JKN-KIS yang lain yang sedang sakit.
“Saya merasa sangat terbantu dengan adanya BPJS ini kalau saya berobat. Biaya berobat ya jelas mahal. Dengan ikut BPJS ini kita juga ikut membantu, walaupun yang saya minta jangan sampai saya sakit, biar berguna untuk orang lain iuran BPJS yang saya bayar itu. Saya bisa shodaqoh ke orang lain, dan mendoakan yang sakit bisa cepat sembuh,” pungkasnya.
Daryatin juga menyarankan kepada masyarakat yang belum terdaftar agar mendaftar, karena akan banyak manfaat yang didapatkan ketika sakit. Tidak ada perbedaan pelayanan apabila menggunakan JKN-KIS.
“Yang belum ikut, yang ndak punya JKN saya sarankan untuk ikut. Kalau ndak bisa kelas 1 atau 2 ya kelas 3, karena banyak manfaatnya kalau kita sakit. Berobatnya juga sama dengan yang apabila berobat tidak pakai BPJS. Saya sangat senang, sangat terbantu. Anak-anak saya juga saya sarankan untuk ikut BPJS, karena anak-anak saya swasta,” jelas Daryatin.
Khusus bagi peserta JKN-KIS, Daryatin berharap bisa sadar, agar tidak telat membayar iuran dan menunggak, sehingga BPJS Kesehatan tetap jaya dan bisa berjalan terus.(ar/ck)