Berita Probolinggo

Relief Kayu Lukis Warga Probolinggo Jadi Buruan Pejabat, Dibeli Khofifah hingga Anak Tukul Arwana

Penulis: Danendra Kusuma
Editor: Ndaru Wijayanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Agustinus Eko Nurwidianto (48) tengah sibuk menggoreskan solder di atas triplek kayu sengon.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Danendra Kusuma

TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO - Bermodal keahlian menggambar, Agustinus Eko Nurwidianto (48) mencoba peruntungan dengan mendirikan usaha rumahan (UMKM) yang diberi nama Black Wood Craft Indonesia, pada 2018.

Usaha tersebut berfokus pada kerajinan relief kayu lukis bakar 3D (tiga dimensi). Karya itu diklaim dirinya sebagai inovasi baru di bidang kerajinan dan satu-satunya di dunia.

Sehingga tak heran, jika karyanya digandrungi pejabat pemerintahan, BUMN, hingga TNI dan Polri.

Di temui di galeri miliknya, Jalan Nusa Indah Baru Nomor 22, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Eko tampak sibuk menata potongan triplek kayu sengon yang telah digerinda membentuk paras hingga bagian tubuh seorang pelanggan.

Tak lama, ia mulai melukis di atas potongan triplek kayu tersebut. Yang unik, ia melukis bukan dengan kuas, melainkan menggunakan solder. Teknik ini disebut pirografi.

Secara perlahan, Eko menggoreskan solder hingga memunculkan garis hitam. Beberapa waktu berselang, garis-garis itu membentuk raut wajah seseorang lengkap dengan pakaian yang dikenakan.

Proses akhir, ia merekatkannya dengan lem kayu pada pigura. Alhasil muncul efek timbul atau tiga dimensi pada objek figur tersebut.

"Dalam karya ini, saya memadukan elemen seni lukis bakar dengan seni pahat atau ukir 3D," katanya kepada Surya (Tribun Jatim Network), Jumat (6/8).

Keahilan melukis, terus diasah oleh Eko sejak duduk dibangku SMA. Sedangkan teknik pahat dan pirografi, ia pelajari secara otodidak lewat internet.

Usai dirasa cukup mumpuni, ia mencoba membuat karya relief kayu lukis bakar 3D pertama dengan tema panorama alam.

Karya itu ia buat dengan uang sisa seadanya. Sebab, usaha cafe miliknya baru saja bangkrut.

Ia berharap sebuah karya itu bisa menolongnya dari keterpurukan.

"Saya harus memutar otak agar tetap ada pemasukan. Saya pun memberanikan diri terjun kembali di dunia melukis dan membuat karya relief kayu lukis bakar 3D pertama dengan modal pas-pasan. Usai jadi, saya tawarkan ke teman saya di Kalimantan," paparnya. 

Beruntung, koleganya itu tertarik dan membeli karya pertamanya senilai Rp 1,5 juta.

Karyanya dijadikan ornamen interior sebuah restoran milik kolega itu. Koleganya bilang, para pengunjung terkesan dengan karyanya.

Dari sana Eko melihat peluang bisnis yang menjanjikan. Akhirnya ia makin serius menekuni kerajinan relief kayu lukis bakar 3D.

Uang hasil penjualan tersebut diputar untuk membuat karya lanjutan. Hingga pada akhirnya, Pemkot Probolinggo melirik kerajinan miliknya.

Beberapa pejabat Pemkot Probolinggo membeli karyanya untuk cinderamata.

Gayung bersambut, lewat getok tular antar pejabat, karya buatannya mulai dikenal banyak orang sampai banjir orderan.

Pejabat lain juga memesan relief kayu lukis bakar 3D kepadanya. Antaranya ada Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Mantan Direktur Utama PT Pelindo III,  Ari Ashkara, dan anak Tukul Arwana, AKP Ega Prayudi yang saat itu menjabat sebagai Kasat Lantas Polres Probolinggo.

"Kebanyakan pejabat memesan relief kayu lukis bakar 3D berbentuk figur untuk cinderamata. Padahal saya belum pernah membuatnya. Karena, memang tema yang saya pilih pemandangan alam. Tetapi dengan segala upaya, saya bisa merampungkannya," ungkapnya.

"Bu Khofifah pernah memesan figur Presiden Jokowi sebagai cinderamata," tambahnya.

Karya relief kayu lukis bakar 3D buatan Eko dibanderol dengan beragam harga bergantung jumlah figur dan ukuran bingkai atau pigura. Yakni, mulai dari Rp 750.000 hingga Rp 7.250.000.

Pesanan dalam bingkai kecil ia selesaikan dalam waktu 2-3 hari. Untuk karya dengan bingkai sedang atau besar sekitar 5 hari.

Paling sulit adalah proses membentuk potongan triplek menjadi wajah seseorang. Ia berpedoman pada sebuah foto yang dikirimkan pelanggan.

Khusus untuk pigora, terbuat dari limbah kayu triplek yang ia dapat dari salah satu perusahaan di Kota Probolinggo.

Ia mendapatkannya secara gratis karena telah menjalin kerjasama. 

"Syukurlah, saat ini usaha saya tidak terlalu terdampak pandemi Covid-19. Omzet perbulan Rp 8 juta. Bahkan paling banyak pernah sampai Rp 45 juta. Saya memasarkan produk lewat media sosial Instagram dengan akun @lukisbakar3D. Atau pelanggan bisa langsung datang ke gerainya," sebutnya.

Ke depan, Eko bakal terus bereksperimen membuat karya relief kayu lukis bakar 3D yang berkelas. Ia punya rencana membuat relief kayu 6 dimensi.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kota Probolinggo mengatakan kerajinan buatan Eko merupakan salah satu produk unggulan. Pasalnya, memiliki keunikan tersendiri.

Beberapa kali, Eko diikutsertakan dalam pameran produk tingkat nasional dan Provinsi Jawa Timur agar lebih dikenal.

"Rencananya, dalam rapat virtual dengan Kemenparekraf pada 19 Agustus akan kami angkat produk Black Wood Craft Indonesia, milik Eko. Selain itu, kami akan terus memberdayakan UMKM di Kota Probolinggo," pungkasnya.

Berita Terkini