TRIBUNJATIM.COM - Inilah ucapan Gus Dur saat ia hendak dilengserkan dari kursi presiden pernah membuat banyak orang tertawa.
Padahal suasana kala itu sedang tegang, dan membuat khawatir sejumlah pihak.
Memang apa yang diucapkan Gus Dur kala itu?
Seperti diketahui, sebagai salah satu bapak bangsa, KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur patutlah mendapat penghormatan sebagai perekat keberagaman Indonesia.
Walau dirinya akhirnya dilengserkan melalui Sidang Istimewa (SI) MPR RI pada 23 Juli 2001.
Baca juga: Reaksi PKB Jatim soal Pernyataan Yenny Wahid, Sebut Kewajiban Kader: Ditanamkan Gus Dur dan Cak Imin
Namun masyarakat sekarang tahu, jika Gus Dur memang seorang negarawan berjiwa besar dan rela jatuh demi keberlangsungan hidup bangsa Indonesia.
Mengutip Kompas dan nu.or.id, Kamis (2/1/2019) via Sosok.ID, tengah malam 22 Juli 2001, Gus Dur sempat mengadakan pertemuan di Istana Negara.
Dalam pertemuan itu hadi seorang Wakil Sekjen PBNU Masduki Baidlawi dan tujuh ulama sepuh.
Pertemuan itu membahas kondisi politik terkini dan pelengseran Gus Dur oleh Parlemen.
Berderai air mata, Gus Dur meminta maaf berkali-kali kepada para ulama mengenai situasi politik yang dihadapinya.
Dengan saran dan dorongan para ulama, maka Gus Dur mengeluarkan Dekrit Presiden yang intinya berisi penolakan terhadap putusan Sidang Istimewa yang hendak diselenggarakan.
Di lain tempat, terbentuk pasukan berani mati yang akan membela Gus Dur jika dilengserkan dari kursi Presiden Indonesia.
Laporan dari Kompas, sejumlah 300 ribu relawan berani mati itu akan berangkat ke Jakarta demi membela Gus Dur.
Gus Dur tak mau, ia menahan para pendukungnya itu agar tak ke Jakarta supaya tidak ada pertumpahan darah sesama saudara setanah air.
"Ada beda antara keras dan tegas. Ibarat pepatah nenek moyang, pohon tinggi harus berani menentang angin yang bertiup keras. Nanti kalau saya tidak lagi sanggup mengatasi persoalan itu, saya kan bisa bengok-bengok (teriak minta tolong) sama ulama. Ke mana lagi kalau tidak minta tolong ke ulama, itu kan juga tradisi orang pondok pesantren," kata Gus Dur seperti dikutip dari nu.or.id.