TRIBUNJATIM.COM - Belakangan ini viral di media sosial video polisi ajarkan main lato-lato.
Terungkap bahwa si polisi adalah anggota Propam Polres Sungai Hulu, Kalimantan Selatan bernama.
Kini terungkap nasib Aipda Dwi Hartono setelah videonya ajarkan main lato-lato menjadi sorotan.
Rupanya, kini si polisi meminta maaf.
Dalam video yang diunggah di akun TikTok, Dwi tampak memberikan kiat-kiat memainkan lato-lato bagi pemula.
“Tutorial cara menggunakan permainan lato-lato. Ini tangan lurus, konsentrasi, terus jaga keseimbangan,” ucap Dwi dalam video yang diunggah ke TikTok, Selasa (3/1/2023), TribunJatim.com melansir dari kompas.tv.
Seolah sudah mahir, Dwi pun mencoba menggerakkan bola lato-lato itu.
Saat akan berimprovisasi, Dwi gagal memainkannya.
Sembari tertawa, dia lantas membanting lato-lato tersebut ke tanah.
Baca juga: SOSOK Aipda Dwi Hartono, Bikin Video Tutorial Main Lato-lato Viral di TikTok, Kini Dihukum Atasan
Video tersebut berhasil menghibur netizen.
Tak sedikit yang membubuhkan komentar positif dalam video Dwi.
Namun selang satu hari, Aipda Dwi Hartono mengunggah video permintaan maaf karena membuat video tutorial bermain lato-lato.
Dia menegaskan video tersebut dibuat tanpa maksud merendahkan marwah Polri.
“Pada kesempatan ini, ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas viralnya video yang saya buat di aplikasi TikTok yang berjudul tutorial bermain lato-lato,” ucap Dwi, Rabu (4/1/2023).
“Saya sama sekali tidak ada niat untuk merusak atau menurunkan harkat dan derajat marwah kepolisian Negara Republik Indonesia yang saya sangat cintai,” sambungnya.
Baca juga: Potret Mata Bocah SD Terluka karena Mainan Lato-lato Viral, Serpihan Tertancap, Kini Dioperasi
Dwi mengatakan video tutorial bermain lato-lato tersebut dibuat untuk menghibur dan melakukan pendekatan humanis kepada masyarakat.
Dia mengaku menyesal membuat video tersebut dan berjanji menerima sanksi dari pihak yang berwenang.
Aipda Dwi Hartono kemudian melampirkan sejumlah foto, di mana dirinya dihukum push up oleh pimpinannya.
Sementara itu, lato-lato kini mulai meresahkan masyarakat, karena suaranya dianggap mengganggu dan telah melukai sejumlah anak.
Lantas, perlukah sekolah melarang siswa memainkan lato-lato?
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau kerap disapa Kak Seto setuju jika sekolah melarang lato-lato.
Hal itu menurut Kak Seto untuk melindungi anak dan agar tidak menggangu konsentrasi di lingkungan belajar.
"Intinya kalau itu demi kepentingan terbaik bagi anak, hanya melindungi anak, justru (melarang) itu yang terbaik. Jadi konteksnya adalah demi perlindungan anak," kata Kak Seto kepada Kompas.com, Senin (9/1/2023).
Baca juga: Arti Kata Lato-lato, Mainan Tradisional yang Viral di TikTok, Senjata Karakter Anime Jepang Ini
Kak Seto menjelaskan, permainan yang mengeluarkan bunyi tek-tek-tek ini sebenarnya tak masalah apabila dilakukan oleh orang profesional atau orang dewasa yang mengetahui caranya sehingga menghindarkan adanya bahaya.
Namun apabila dimainkan anak-anak dan bisa menimbulkan bahaya maka menurutnya sebaiknya diganti dengan permainan lain yang lebih aman dan edukatif.
Sebagai alternatif, Kak Seto menyebut bola lato-lato bisa diganti dengan bahan yang tidak berbahaya jika terkena anggota tubuh.
Sebab, permainan lato lato menurutnya juga memiliki sisi postif untuk perkembangan anak.
"Sisi positifnya itu bisa melatih ketangkasan fisik anak, kepercayaan diri, melatih sosialisasi, dan sebagainya. Tapi kalau apa pun sudah berlebihan, ya dilarang," ujarnya.
"Artinya, permainan ini positif jika diawasi oleh orang dewasa dengan cara yang benar. Kalau asal-asalan, ya berbahaya," sambungnya.
Lato-lato sebenarnya bukan permainan baru, karena sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.
Permainan ini bahkan sempat dilarang di berbagai negara.
Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada 1971 pernah mengeluarkan peringatan nasional terhadap mainan lato-lato setelah empat anak mengalami cedera.
Larangan ini pun menarik perhatian komunitas Society for the Prevention of Blindness untuk melawan bahaya lato-lato, terutama potensi merusak dan membutakan mata.
Selain AS, Mesir juga melarang penjualan lato-lato pada 2017, karena alasan politis.
Pasalnya, masyarakat setempat menjuluki lato-lato sebagai "bola Sisi" yang mengacu pada buah zakar Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi.
Baca juga: Mainan Lato-lato Jadi Tren, SDN Kidul Dalem 1 Kota Malang Larang Siswa Bawa ke Sekolah
Lato-lato Memakan Korban
Seorang anak berusia 8 tahun berinisial AN di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, harus menjalani operasi di bagian mata usai lato-lato yang dimainkan pecah dan melukai organ bocah tersebut, Sabtu (7/1/2023).
Ayah korban, AJ, mengatakan anaknya pulang dengan mata merah seusai main lato-lato di rumah kawannya. Mulanya sang anak tak mau menceritakan kenapa matanya bisa terluka.
"Saya bujuk akhirnya dia cerita. Jadi pada saat main, lato-latonya pecah terus serpihannya tertancap di matanya,” ujar AJ, Sabtu (7/1) dikutip dari Tribun Pontianak.
Pihak keluarga lantas membawanya ke klinik untuk mendapatkan perawatan medis, tetapi klinik memberikan rujukan lebih lanjut untuk melakukan pemeriksaan lanjut di rumah sakit.
"Awal kejadian itu kami bawa dulu ke Kimia Farma kemudian mendapatkan rujukan ke RSUD Soedarso. Setelah dirawat ternyata harus di operasi dan berjalan lancar," terangnya.
AJ menjelaskan kondisi anaknya mulai membaik usai menjalani operasi mata. Namun, mata AN masih merah dan pandangannya buram.
"Sekarang sih sudah mulai membaik, kami juga dikasih obat tetes yang harus rutin diberikan, cuma pandangan (AN) masih kabur dan matanya merah," jelasnya.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com