TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO- Akibat ulahnya sendiri, warga 13 KK di Ponorogo kena batunya.
Selama ini mereka sering mengucilkan seorang tetangga mereka.
Namun, kini mereka dibalas sang tetangga.
Tetangga tersebut membangun tembok dan menutup jalan gang karena kesal terhdap perlakuan mereka.
Viral aksi seorang warga di Ponorogo yang nekat menutup jalan gang dengan tembok.
Dilansir dari TribunStyle, ternyata pria itu kesal karena telah lama dikucilkan oleh para tetangganya.
Dia kemudian menutup jalan gang yang melewati tanah hak miliknya dengan tembok sehingga 13 keluarga terisolasi.
Seperti apa kisah lengkapnya?
Seorang pemilik tanah bernama Bagus Robyanto menembok jalan gang yang biasanya dilalui warga di RT 01 RW 07 Kelurahan Bangunsari, Jalan Gajah Mada, Ponorogo.
Dia menembok jalan gang yang melewati tanah hak miliknya lantaran kesal selama ini dia dan keluarga kerap dikucilkan warga sekitar.
Dalam video yang beredar, gang kecil yang berada di area komplek itu ditutup dengan tembok beton cukup tinggi.
Baca juga: BREAKING NEWS: Warga Gresik Tutup Jalan Mayjend Sungkono, Tuntut Rekrutmen Kerja, Kades Pimpin Aksi
Hal ini membuat 13 keluarga tidak bisa keluar masuk ke area rumahnya, karena sama sekali tidak bisa lewat.
Dikutip dari KompasTV, Bagus mengatakan warga sekitar meminta tanah dipecah sertifikat menjadi jalanan umum.
“Warga itu meminta untuk tanah yang telah sertifikat ini dipecah menjadi jalan umum, tapi tidak ada upaya yang baik,” ujar Bagus.
Bagus mengatakan dirinya sejak beberapa tahun dikucilkan oleh warga-warga di gang tersebut sehingga memutuskan untuk menutup gang.
“Sudah jelas itu tanah hak milik, tiba-tiba diklaim jalan umum,” tuturnya.
Warga juga mengajukan tuntutan ke Bagus, namun selalu dimenangkan pihak pemilik tanah.
"Namun mereka menyangkal dan justru mereka membuat suatu gugatan dan ini sudah terjadi 2 kali gugatan dan Alhamdulilah keluarga kami yang menenangkan," paparnya.
Sementara itu, Bagus mengatakan jika tidak ada upaya baik dari warga dan pemerintah terendah di lingkungan.
"Tidak ada upaya baik warga dengan pemerintahan terendah di lingkungan untuk membuat baik lagi," lanjutnya.
Pihak Bupati dan DPRD juga sudah mendatangi lokasi untuk mencarikan solusi. Namun hingga kini masih belum ada titik temu.
Sementara itu, mediasi sejak beberapa tahun lalu sudah dilakukan tapi belum menemukan kesepakatan.
Bupati Ponorogo dan DPRD pun turun tangan untuk mencari solusi terkait aksi menutup akses gang dengan tembok tersebut.
Kasus serupa sebelumnya pernah terjadi di tempat lain, beberapa waktu lalu.
Saat itu, empat orang warga RT 4 RW 1 Dusun Krajan, Desa Beji, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, terjebak di dalam lingkungan rumah mereka.
Empat orang tersebut adalah Haryono (80) dan istrinya, Asmunah (62); anaknya, Bagus (30); dan cucunya, Maya (19).
Mereka masih dalam satu kerabat, namun tinggal di dua rumah berbeda.
Situasi ini terjadi setelah satu-satunya akses jalan ditembok oleh tetangganya.
Akses satu-satunya ke rumah mereka tertutup tembok setinggi lebih dari dua meter yang dibangun Riyanto.
Satu di antara anak Haryono, Widiastuti (40), mengaku sedang bepergian saat proses penembokan tersebut.
"Tahu-tahu saat saya balik sudah ditembok tinggi. Saya juga tidak bisa masuk," ucapnya.
Widi mengatakan, anaknya, Maya, seharusnya kuliah.
Namun karena terjebak di dalam tembok, ia tidak bisa pergi ke kampusnya.
Widi pun harus mengirim makanan untuk orang tua anak dan adiknya.
"Kalau tadi pagi sudah masak. Sore kami bawakan makanan," ucap Widi saat menjelang malam.
Menurut Kepala Desa Beji, Khoirudin, kasus ini adalah konflik keluarga Haryono dan Riyanto.
Haryono mengaku, jalan yang menjadi akses ke rumahnya adalah jalan milik keluarganya.
Dulu tanah ini pernah dibeli, namun tidak pernah ada bukti akta jual beli.
Sementara Riyanto yang mempunyai rumah di sebelahnya, mempunyai sertifikat hak milik atas tanah yang ditempatinya.
Dalam sertifikat tersebut jalan yang menuju ke rumah Haryono juga termasuk menjadi miliknya.
"Karena jalan itu dianggap bagian dari miliknya, Pak Riyanto lalu memasang tembok," tutur Khoirudin.
Lanjut Khoirudin, pihaknya sudan lima kali memediasi antara Haryono dan Riyanto.
Namun proses mediasi itu tidak pernah membuahkan hasil.
Pemasangan tembok di jalan ini puncak dari konflik kedua pihak.
Informasi dari warga sekitar, keluarga Haryono memasang atap galvalum di mulut gang untuk berjualan soto babat.
Galvalum ini yang membuat Riyanto dan warga lain kesal.
Sebab para pembeli kerap duduk di mulut gang dan membuat tidak nyaman.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com