Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Fatimatuz Zahroh
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur Indyah Aryani mengatakan bahwa harga telur ayam yang kini tengah melambung naik sulit untuk bisa turun kembali.
Hal ini lantaran penyebab kenaikan harga telur ayam ini disebabkan oleh faktor yang terpengaruh dari kondisi global.
Sebagaimana diketahui harga telur ayam ras di Jawa Timur berdasarkan Siskaperbapo Pemprov Jatim saat ini rata-rata adalah Rp 29.256 per kilogram.
Di sejumlah kabupaten di Jatim harga telur ayam ras bahkan mencapai Rp 31.000 per kilogram.
Yaitu di Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.
Sedangkan harga telur ayam ras terendah di Jatim ada di Kabupaten Bondowoso dengan harga Rp 27.375 per kilogram.
Sedangkan yang lain rata-rata ada di angka Rp 28.000 per kilogram hingga Rp 29.000 per kilogram.
"Pada dasarnya jika kita melihat stok suplai telur ayam ras, Jatim sebenarnya kondisinya surplus."
"Saat ini kita surplus 7.835 ton. Karena suplai kita adalah 40.283 ton dan konsumsi Jatim itu 32.448 ton," kata Indy, pada Surya (Tribun Jatim Network), Senin (14/8/2023).
Dengan rata-rata harga telur ayam ras di angka di atas, sejatinya dikatakan Indy harga telur ayam di kandang juga tidak terpaut jauh yaitu Rp 27.000 per kilogram.
Sehingga memang kondisi produksi telur ayam yang memang tinggi.
Lebih lanjut dikatakan Indy penyebab harga telur ayam ras ini karena saat ini masih terdampak kondisi pandemi covid-19 yang lalu.
Dimana saat pandemi covid-19 banyak peternak ayam petelur yang gulung tikar.
Dan saat ini masih belum pulih sehingga suplai juga berkurang.
Tidak hanya itu, kondisi ini juga diperparah lantaran saat ini juga ada peningkatan permintaan karena banyak hari libur dan juga banyaknya masyarakat yang mengadakan hajatan.
"Dan yang paling krusial adalah harga pakannya naik. Sebagaimana kita tahu bahwa konsentrat protein untuk pakan itu kita masih impor dari luar negeri."
"Salah satunya dari Rusia dan Ukraina. Dengan kondisi global saat ini, suplai konsentrat yang masuk ke Indonesia jadi berkurang dan harganya naik," tegasnya.
Untuk komponen pakan dari jagung dikatakan Indy pemerintah sudah memberikan subsisi dalam bentuk pengurangan harga dari Bulog.
Sehingga pada dasarnya peternak tidak masalah untuk komponen jagung untuk pakan.
Sedangkan untuk konsentrat ini memang pemerintah belum memberikan subsidi.
Sedangkan produksi konsentrat dari dalam negeri sejatinya sudah ada untuk subsitusi impor.
Namun secara kuantitas belum memnuhi untuk kebutuhan dalam jumlah besar.
Dengan harga telur ayam ras dari kandang peternak di angka Rp 27.000 per kilogram, dikatakan Indy harga untuk pakannya sudah Rp 9000.
Belum untuk harga tenaga kerja, listrik dan juga pekerja.
"Jadi sebenarnya dengan harga peternak segitu itu cukup bagi mereka untuk balik modal saja. Untung pun sangat tipis," tegasnya.
Ketika ditanya kapan harga telur ayam ras ini akan kembali normal, dikatakan Indy bergantung pada kondisi ekonomi global.
Bahkan ia menyebut sulit untuk kembali normal dalam waktu dekat.
"Kemungkinan masih sulit untuk turun lagi, karena kondisinya sangat bergantung dengan kondisi ekonomi global," pungkas Indy.
Ikuti berita seputar Jawa Timur