HUT RI ke 78

Makna Kelam di Balik Lomba Makan Kerupuk saat HUT RI, Kisah Awal Mula Ada: Perang dan Tanam Paksa

Penulis: Ignatia
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi lomba makan kerupuk saat 17 agustusan di Indonesia

TRIBUNJATIM.COM - Inilah makna kelam di balik Lomba Makan Kerupuk saat HUT RI yang banyak dilakukan orang.

Ternyata di balik kemeriahan HUT RI selama ini, Lomba Makan Kerupuk menyimpan cerita tersendiri.

Bangsa Indonesia memang sangat erat maknanya dengan perjuangan untuk merdeka.

Sebuah kisah suram rupanya mewarnai awal mula diadakannya Lomba Makan Kerupuk.

Salah satu makna yang diangkat misalnya adalah terkait keprihatinan akan masa peperangan.

Lomba makan kerupuk kerap kali menghiasi momentum Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI).

Seolah tak pernah absen, perlombaan makan kerupuk ini dapat menjangkau semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Biasanya, lomba dilakukan dengan cara memakan kerupuk yang digantung di atas kepala tanpa menggunakan bantuan tangan.

Peserta tercepat menghabiskan kerupuk pun akan menjadi juara dan berhak membawa pulang hadiah yang disediakan.

Meski mengasyikkan dan tampak lucu, lomba makan kerupuk sebenarnya bukan sekadar ajang bersenang-senang.

Baca juga: Nasib Artis Senior Jualan Kerupuk Naik Sepeda, Tak Malu Walau Masih Ada Tawaran Syuting: Udah Tua

Menilik sejarahnya, pertandingan ini sarat akan filosofi dan kisah kelam berkenaan dengan kehidupan masyarakat di masa penjajahan.

Dikutip jatim.tribunnews.com dari artikel Kompas.com, Jumat (18/8/2021), perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia dengan perlombaan muncul pertama kali pada 1950-an.

Dari sekian banyak perlombaan dalam rangka 17 Agustus tersebut, lomba makan kerupuk menjadi salah satunya.

Tujuan utama pengadaan lomba ini untuk menghibur rakyat Indonesia yang lelah usai masa peperangan.

Baca juga: Makna di Balik Lomba 17 Agustusan HUT RI: Makan Kerupuk hingga Balap Karung, ini Kata Sejarawan

Meski sudah merdeka, kondisi negara saat awal kemerdekaan belum cukup kondusif.

Rakyat juga masih harus mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaan negara.

Kondisi itulah yang menyebabkan rakyat Indonesia hampir tidak punya waktu untuk memeriahkan hari ulang tahun.

Hingga pada 1950-an, saat kondisi politik dan keamanan negara mulai kondusif, digelarlah perlombaan dan acara meriah lain sebagai perayaan HUT RI.

Pengadaan lomba makan kerupuk sendiri bertujuan agar masyarakat tetap ingat akan kondisi memprihatinkan di masa peperangan.

Pasalnya, pada masa penjajahan, kerupuk menjadi makanan yang identik dengan rakyat strata bawah.

Suasana Kemeriahan saat pelaksanaan lomba makan kerupuk yang berlangsung di halaman depan Kemenag Kabupaten Pamekasan, Selasa (11/12/2018). (Tribunjatim.com/Kuswanto Ferdian)

Kerupuk, makanan renyah yang terbuat dari tepung, telah lama dikenal masyarakat bahkan sebelum ada negara Indonesia.

Dilansir Tribun Jatim dari laman Indonesiabaik.id via Kompas.com, nama kerupuk sudah disebutkan dalam naskah Jawa kuno sebelum abad ke-10 Masehi.

Makanan pelengkap andalan orang Indonesia ini pun mulai terkenal pada era 1930-an sampai 1940-an.

Kala itu, krisis ekonomi tengah menghantui bangsa Indonesia.

Harga kebutuhan melonjak tinggi dan tak bisa dijangkau oleh kelompok masyarakat menengah ke bawah.

Perang dan kebijakan tanam paksa juga membuat rakyat mau tak mau harus memanfaatkan kerupuk sebagai satu-satunya lauk.

Lomba Makan Kerupuk yang populer di Indonesia (Kompas.com)

Pada masa itu, satu-satunya bahan pangan yang dapat dijangkau masyarakat strata sosial dan ekonomi bawah hanyalah tepung singkong.

Mereka pun mengolahnya, mencetak, menjemur, serta menggoreng tepung singkong hingga menjadi kerupuk untuk dikonsumsi sebagai lauk pendamping nasi.

Tidak ada pilihan lain, rakyat mengonsumsi kerupuk untuk membantu mengusir rasa lapar dan agar tetap bisa hidup.

Kendati demikian, makanan yang dulu identik dengan rakyat bawah ini telah biasa dikonsumsi semua kalangan, bahkan seolah menjadi makanan pendamping wajib bagi masyarakat.

Bahan dan bentuk kerupuk saat ini juga lebih beraneka ragam, tidak selalu terbuat dari tepung singkong.

Bocah mengikuti lomba makan kerupuk yang diselenggarakan Karang Taruna RW 05, Kelurahan Braga, Jalan Lembong, Kota Bandung, Minggu (9/8). Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan HUT ke-70 Republik Indonesia di RW tersebut yang puncaknya akan berlangsung pada 17 Agustus 2015. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Bertambahnya usia dan generasi masyrakat di Indonesia membuat berbagai lomba di tanah air jadi sangat beragam.

Belakangan di TikTok malah sedang viral tantangan mengadakan lomba bernama Cantol Ceting.

Belakangan lomba cantol ceting untuk menyambut HUT RI ke-78 viral di TikTok.

Dalam beberapa video di TikTok, lomba cantol ceting memperlihatkan seseorang yang mengenakan topi berupa baskom saringan nasi.

Di atas baskom tersebut terdapat pengait yang harus dicantolkan ke lubang kaitnya.

Banyak warganet alias netizen yang bertanya-tanya kenapa perlombaan ini disebut dengan cantol ceting.

Untuk itu, berikut tersaji arti kata cantol ceting yang berasal dari bahasa Jawa.

Baca juga: Sejarah Arti Kata Bajingan, Dulu Nama Profesi Kini Bermakna Makian? Viral Diucapkan Rocky Gerung

Arti kata cantol ceting

Cantol ceting merupakan istilah bahasa Jawa yang terdiri dari kata Canthol artinya sangkut, kait.

Sedangkan Cething artinya adalah tempat nasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa lomba cantol ceting yaitu mengaitkan tempat nasi ke sebuah pengait.

Pemenang lomba cantol ceting adalah siapa yang paling cepat dalam mengaitkan tempat nasi diatas kepala dengan pengait.

Terlihat mudah, lomba 17 Agustus ini ternyata tak semudah kelihatannya loh. 

Tribunners sudah pernah coba? 

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini