Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tim Antibandit Polsek Tandes Polrestabes Surabaya memburu 2 pelaku utama komplotan begal bersenjata parang yang merampas motor karyawan pabrik asal Jombang di ruas Jalan Raya Satelit Utara, Tanjungsari, Sukomanunggal, Surabaya, beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, seorang anggota komplotan begal bersajam tersebut telah berhasil ditangkap. Tersangka laki-laki berinisial AT (20) warga Balongsari, Tandes, Surabaya, bertindak sebagai joki motor sarana aksi, Honda PCX warna merah.
Kapolsek Tandes Polrestabes Surabaya Kompol Zulkifli A Musa mengatakan, dua orang tersangka begal berparang lainnya masih diburu dan dilakukan pengembangan.
Keduanya, diketahui sebagai eksekutor pembegalan utama sekaligus pemilik senjata tajam yang digunakan sebagai sarana menakut-nakuti dan mengintimidasi para korbannya.
"Keduanya masih kami buru. Kasus ini masih terus dikembangkan. Yang bawa sajam juga mereka itu," ujarnya, Senin (11/9/2023).
Baca juga: Begal Berparang di Surabaya Nangis Merengek Minta Ampun di Hadapan Polisi: Saya Kapok Pak
Mengenai rekam jejak aksi kejahatan komplotan tersebut. Zulkifli mengungkapkan, komplotan tersebut sudah beraksi membegal dan merampas kendaraan korbannya di tiga lokasi.
Mulai dari kawasan Kecamatan Sukomajunggal, Kecamatan Tandes, dan Kecamatan Asemrowo.
"Pengakuannya ada 3 TKP. Beraksi di kawasan Suko manunggal, Tandes, Asemrowo. Beraksi dengan cara mengincar pengendara lengah, saat ada kesempatan. Lalu rampas. Sepertinya sasarannya dia secara hunting random acak," katanya.
Kedua tersangka yang masih diburu keberadaannya itu, merupakan residivis kasus kejahatan pencurian.
Bahkan, khusus untuk rekam jejak kasus keduanya, diketahui pernah menjalankan aksi pembegalan sekitar lebih dari lima lokasi.
"2 pelaku yang buron, adalah residivis. Pencurian dan sabu. Informasinya sudah 5 TKP lebih. Pelaku yang ketangkap adalah joki motor sarana aksi," pungkasnya.
Baca juga: Berhenti untuk Buang Air Kecil, Tukang Ojek di Probolinggo Malah Dibacok Begal, Motor Raib
Baca juga: Pulang dari Rumah Calon Mertua, Pria Jombang Dibegal 3 Bandit Berparang di Sukomanunggal Surabaya
Diberitakan sebelumnya, Tersangka AT yang bertubuh ceking berkepala plontos itu, kesehariannya bekerja sebagai tukang tambal ban khusus kendaraan besar truk di kawasan Margomulyo, Surabaya.
Bapak satu anak itu, mengaku bahwa dirinya dalam komplotan tersebut bertindak sebagai joki motor sarana aksi. Motor yang dipakai beraksi Honda PCX merah miliknya pribadi.
Aksi pembegalan yang terakhir menyasar karyawan pabrik asal Jombang yang baru pulang bertamu di rumah calon mertuanya, saat melintasi Jalan Raya Satelit Utara, Tanjungsari, Sukomanunggal, Surabaya, sekitar pukul 22.50 WIB, Rabu (26/7/2023) silam, merupakan aksi pertamanya.
Itupun, lanjut tersangka AT, dirinya sebenarnya dipaksa untuk mengikuti ajakan kedua orang temannya yang kini sedang buron tersebut. Kalau tidak mau, ia mengaku, bakal disiksa dan motornya bakal dijual.
"Saya kapok pak. Saya cuma diajak. Karena diancam sama mereka. Kalau enggak ikut (aksi begal) nanti saya sikat sendiri (dipukul atau motor dirampas)," ujarnya saat diinterogasi oleh Kapolsek Tandes Polrestabes Surabaya Kompol Zulkifli A Musa, di halaman Mapolsek Tandes, Sabtu (9/9/2023).
Setelah berhasil menjual motor Honda Vario 160 bernopol S-3462-OCB milik korban yang bernama Fajar itu, ke penadah di Kabupaten Bangkalan, seharga lima juta rupiah. Ia mengaku memperoleh upah bagi hasil Rp1,5 juta.
Uang haram tersebut digunakannya untuk menghidupi istri dan seorang anaknya. Selain itu, juga ia gunakan membeli asesoris spion motor, agar tunggangannya itu makin 'eye cathy'.
Saat ditanya mengenai keluarga, istri dan anaknya. Suara tersangka AT yang semula terdengar jelas, mendadak berubah memelan dan berganti dengan rengekan.
Meski mengenakan masker penutup mulut dan hidung. Kesediaan dan air matanya tak dapat sepenuhnya disembunyikan. Tersangka AT mengaku kapok terlibat aksi kejahatan gegara diajak temannya. Ia menyesali perbuatannya, dan ingin bertobat.
Saking membuncahnya rasa penyesalan itu, tersangka AT bahkan secara spontan memeluk tubuh Kanit Reskrim Polsek Tandes Iptu Edy Mamoto yang berdiri disamping kirinya.
Bahkan, mungkin saking tak kuatnya, ia nekat hendak bersujud di lutut Iptu Edy Mamoto, namun berhasil dicegah untuk ditenangkan dan dibawa kembali ke ruang tahanan.
"Saya baru dapat Rp1,5 juta pembagian upah begal. Uang buat kebutuhan sehari-hari. Dan beli spion ini sarana motor saya. Anak saya 2, 1 meninggal. Saya salah pak. Saya minta ampun," rengeknya seraya memeluk dan bersimpuh ke lutut Kanit Reskrim Iptu Edy Mamoto.
Sekadar diketahui, komplotan begal senjata tajam parang itu beraksi di ruas Jalan Raya Satelit Utara, Tanjungsari, Sukomanunggal, Surabaya, sekitar pukul 22.50 WIB, Rabu (26/7/2023).
Korbannya bernama Fajar Oktaviano Ramadhan (20) warga asal Jombang, yang indekos di Jalan Balongsari, Tandes, Surabaya.
Akibat insiden tersebut, motor Honda Vario 160 bernopol S-3462-OCB yang dibelinya secara kontan (cash) senilai Rp27 juta, sebelas bulan lalu, atau sejak September 2022 silam, amblas.
Ceritanya, pada malam hari itu, Fajar baru saja pulang dari berkunjung ke rumah calon mertuanya di kawasan Kecamatan Sawahan, Surabaya.
Seperti biasa, ia melintasi rute jalan yang dirasa lebih cepat di ruas jalan tersebut.
Setelah melintasi sebuah bangunan supermarket di permukiman tersebut. Berjarak sekitar 100 meter, Fajar terpaksa menepikan laju motornya sejenak di bahu jalan.
Pria yang bekerja sebagai karyawan pabrik ekspor pengolahan ikan segar itu, bermaksud mengisi daya baterai ponselnya melalui colokan yang terdapat di dasbor motor.
"Saya biasanya lewat situ dan aman. Biasanya saya kencang kalau lewat jalan situ," ujarnya saat dihubungi TribunJatim.com, Sabtu (29/7/2023).
Tak dinyana-nyana, lanjut Fajar, dari arah belakang, dirinya dihampiri oleh pemotor lain; Honda PCX warna merah, berboncengan dengan tiga orang, dari sisi kanan.
Ia mengira, pemotor itu, seperti pemotor pada umumnya yang hendak bermanuver mendahului motornya, atau mungkin hendak masuk ke dalam rumah yang kebetulan menjadi tempat motornya terparkir sementara.
Ternyata, dugaannya keliru. Pemotor tak dikenal itu, merupakan komplotan bandit penjahat yang bersenjatakan parang sepanjang sekitar 30 sentimeter (Cm).
Tanpa tedeng aling-aling, si eksekutor perampasan bersenjata parang yang duduk paling belakang, melompat dari bangku boncengan motornya.
Lalu, lanjut Fajar, si eksekutor itu, menarik parang dari sarungnya, lantas sekonyong-konyong menempelkan sisi tajam parang itu, ke bagian perut sisi kanan.
"Saya pas berhenti mau cas HP. Tapi mereka sudah datang dan tempelkan parang di perut. Kayaknya parang, kalau pisau, kan panjang. Sekitar 30 cm," jelasnya.
Menyadari nyawanya terancam. Fajar berinisiatif secepat mungkin memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket.
Lalu dirinya melompat lari ke arah belakang motor, untuk menjauh dari ancaman sabetan parang yang dipegang si eksekutor perampasan, sewaktu-waktu.
"Pokoknya saya lari menjauh. Saya kaget. Motor sudah dibawa kabur. Ya seperti di CCTV itu, cuma mereka 3 pelaku berhasil bawa kabur motor saya," katanya.
Berada dalam situasi serba panik itu, yang dipikirkan Fajar hanyalah bagaimana menyelamatkan nyawanya.
Tak pelak, ia berupaya secepat mungkin menjauh dari jangkauan sabetan parang yang sangat mungkin melukai dirinya saat si pelaku nekat berusaha melumpuhkan dirinya.
Sehingga, jika ditanya mengenai ciri detail ketiga orang pelaku tersebut. Fajar mengaku, tak terlalu mengingatnya.
"Pokoknya tinggi tubuh sama seperti saya, kurus tinggi posturnya. Usia para pelaku kayaknya masih sepantaran saya," ungkapnya.
Insiden kriminalitas tersebut sudah dilaporkannya ke markas kepolisian setempat.
Fajar meminta bantuan petugas sekuriti perumahan terdekat situ, untuk diantar ke markas kepolisian.
Bahkan, sebelum dibuatkan berkas bukti Laporan Polisi (LP), ia sempat dibantu oleh beberapa anggota kepolisian untuk berkeliling mencari para pelaku yang mungkin masih berkeliaran di dekat tempat kejadian perkara (TKP).
"Sebelum dibuatkan surat LP, saya diajak keliling Polisi buat cari para pelaku siapa tahu masih berkeliaran. Tapi engga ketemu," pungkas Fajar yang baru 1,5 tahun merantau di Surabaya