TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dalam rangka meningkatkan wawasan dan pemahaman masyarakat terkait pentingnya pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Autism Awareness Indonesia (AAI) DPD Jawa Timur menggelar berbagai kegiatan bersama.
Kegiatan tersebut bertajuk "Jati Diriku", meliputi lomba fashion, menari, menyanyi, mewarnai hingga sosialisasi dan pengenalan bahwa ABK bisa berpeluang di jenjang pendidikan tinggi.
Ketua Autism Awareness Indonesia (AAI) DPD Jatim, Vivin Komalia mengungkapkan, bahwa anak ABK sebenarnya memiliki potensi untuk bisa dibawa hingga jenjang Perguruan Tinggi (PT).
Oleh karena itu, AAI DPD Jatim gencar melakukan sosialisasi, baik kepada masyarakat ataupun kepada keluarga dan orang tua ABK.
“Kegiatan ini rutinan setiap tahun karena Autism Awereness Indonesia memang berkosentrasi untuk melakukan pendampingan bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak-anak ini dilatih mulai kecil, sejak dini bisa kita arahkan untuk nanti berpeluang kerja dan kerampilan di bidang mana,” sebut Vivin Komalia kepada Tribun Jatim, Minggu (19/5/2024).
Baca juga: SMP Negeri di Surabaya Tak Bisa Menerima Seluruh Lulusan SD, Swasta Siapkan Jalur Afirmasi di PPDB
Ada ratusan anak dari delapan Sekolah Luar Biasa (SLB) dan tiga sanggar yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Mereka tampak antusias mengikuti rangkaian kegiatan yang digelar.
Pada kesempatan tersebut AAI Jatim juga memberikan pemahaman melalui talk show tentang inklusi pendidikan.
Bahwa kesetaraan anak ABK untuk mendapatkan akses dan peluang yang sama di bangku kuliah adalah sebuah keniscayaan.
"Bahwa mereka potensi yang sama untuk bisa menuntut ilmu di Perguruan Tinggi. Para orang tua kami sadarkan bahwa mereka mampu," ujar Vivin.
"Semuanya kita pahamkan dan kita arahkan sejak dini. Karena kondisi mereka jauh berbeda dengan anak normal atau reguler yang bisa dengan mudah diarahkan," tambahnya.
Sementara Penyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, Yoso Susriarto mengungkapkan, bahwa anak-anak ABK yang memiliki keahlian khusus misal secara akademik mampu tetapi secara fisik tidak mampu, maka Meraka memiliki peluang untuk bisa kuliah di perguruan tinggi.
"Kami berikan informasi kepada orang tua bahwa anaknya bisa kuliah kalau memang memiliki potensi akademis. Makanya informasi dari universitas ini kami perlukan. Ada universitas di Jatim telah meluluskan tujuh anak ABK dan saat ini kampus telah menerapkan progran kampus inklusif,” sebut Yoso Susriarto.
Ia menyebut, sejumlah kampus yang telah menerapkan kampus inklusi diantaranya adalah Unesa, Unair, UM, termasuk di Widya Mandala.
Mitra kuliah dinilai sangat penting untuk mendukung para anak-anak ABK, sehingga mereka bisa mengikuti pelajaran atau kuliah sama dengan anak-anak reguler.
Salah satunya, kampus telah menyiapkan sarana prasarana, dosen, termasuk lingkungan dan perangkat softwere dan hardware sebagai fasilitas bagi anak disabilitas.
“2024 ini semua kampus sudah menerapkan kampus inklusi. Berkat suport teman-teman kuliah dan lingkungan, akhirnya mereka (ABK) bisa lulus,” sebutnya.
Dengan proses yang sudah berjalan ini, maka tahun 2024 kembali digiatkan melalui program beasiswa KIP atau pembebasan biaya kuliah.
Hal ini bisa disambut baik oleh AAI DPD Jatim bahwa nanti anak-anak tidak hanya sekedar diberikan keterampilan kesenian atau lainnya tetapi bisa melanjutkan kuliah jika memiliki potensi akademik.
Ia mengungkapkan, pihaknya terus mensosialisasikan terkait peluang-peluang yang harus disiapkan ketika anak ABK mengikuti pendidikan ke jenjang perkuliahan diantaranya ada dua hal.
Beberapa di antara persiapan harus melibatkan dua sisi. Pertama kesiapan orang tua yang harus mengawal anaknya menjadi anak yang lebih akademis.
Selain itu kesiapan dari sekolah. Jika anak memiliki potensi akademis, maka pembinaan di sekolah harus diarahkan jenjang lebih tinggi atau kuliah.
“Dua sisi ini harus berjalan bareng,” sebutnya.
Pada kesempatan yang sama, Dosen Universitas Widya Mandala Wahyudi Wibowo berkesempatan menjadi narasumber dalam kegiatan talkshow menyebut, ABK sebenarnya mampu menyelesaikan pendidikan bahkan sampai Perguruan Tinggi.
Hanya saja faktor keberhasilan juga harus didukung dari sarana kampus dan teman sebaya. Menurutnya, teman sebaya mendorong keberhasilan para ABK misal dalam pengendalian diri.
"Contohnya, kadang teman ABK miliki reaksi agak berlebihan ketika dosen menjelaskan, tetapi jika temannya memberikan pengertian dengan memanggil namanya maka dia akan lebih tenang,” sebutnya.
Pihak Widya Mandala disebut terus belajar untuk memberikan pelayanan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus.
Karena secara statistik, 10 persen dari jumlah orang di dunia adalah penyandang disabilitas.
Apalagi saat ini peraturan pemerintah sangat mendukung, khusunya pada akomodasi yang layak bagi mahasiswa penyandang disabilitas.
“Nah, kampus ada unit layanan disabilitas. Fungsinya menfasilitasi pendampingan, adanya relawan inklusi, ini adalah program baru. Tetapi semua sudah bergerak," tegasnya.