Berita Viral

Pengakuan Ayah 1 Terpidana Kasus Vina Cirebon, Ingin Anak Bebas karena Gangguan Mental: Dia Dipaksa

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengakuan Ayah 1 Terpidana Kasus Vina Cirebon, Ingin Anak Bebas karena Gangguan Mental: Dia Dipaksa

TRIBUNJATIM.COM - Semenjak menjadi sorotan karena film Vina: Sebelum 7 Hari, kasus Vina Cirebon kini kembali dikulik.

Baru-baru ini, orangtua satu terpidana kasus Vina Cirebon didatangi Kang Dedi Mulyadi.

Suratno, ayah terpidana bernama Sudirman yakin anaknya tak salah.

Suratno menyebut bahwa anaknya memiliki gangguan mental.

Sudirman merupakan satu dari tujuh terpidana seumur hidup karena terkait kasus yang terjadi pada 2016.

Satu terpidana lainnya, Saka Tatal, dihukum delapan tahun.

Sedangkan tiga terduga pelaku masih buron.

“Waktu kejadian umur 20 tahun. Sudirman ini hanya lulus SD, tidak meneruskan (sekolah) karena anaknya keterbelakangan mental,” ujar Suratno saat ditemui Dedi Mulyadi.

Suratno mengatakan, Sudirman lebih sering berada di rumah.

Dia sesekali pergi ke musala dan tidak pernah main hingga larut malam.

Baca juga: Pengakuan Saksi Penemuan Jenazah Vina dan Eki, Kejadian Nahas di Jembatan Talun: Saat Itu Jalan Sepi

Malahan, kata Suratno, Sudirkan kerap di-bully karena keterbelakangan mental.

Ia memastikan anaknya tidak pernah terlibat geng motor seperti yang dituduhkan. Bahkan saat kejadian itu Sudirman baru belajar motor.

“Ditangkapnya setelah tiga hari kejadian. Demi Allah waktu kejadian itu anak saya di rumah. Anak saya keterbelakangan mental, tidak pernah gaul, pendiam. Makanya waktu ditangkap itu saya kaget,” ucapnya, melansir dari TribunBogor.

Selama menjalani pemeriksaan di polisi hingga ke persidangan, Sudirman menyebut dirinya hanya disuruh mengaku sebagai salah satu pembunuh.

“Sampai sekarang delapan tahun kalau saya tengokin (di penjara), saya tanya, dia selalu bilang dipaksa untuk mengaku melakukan,” kata Suratno yang sehari-hari kerja sebagai kuli bangunan itu.

Baca juga: Pengakuan Anak Eks Bupati Cirebon setelah Dituduh Terlibat Pembunuhan Vina, Ibu Kaget: Terima Kasih

Dia berharap kebenaran akan terungkap dan anaknya dinyatakan tidak bersalah.

“Mudah-mudahan nama anak saya bisa dibersihkan. Saya yakin anak saya tidak terlibat, mudah-mudahan bisa keluar (penjara),” ucapnya.

Pengacara Titin Prialianti baru bisa mendampingi Sudirman dan yang lainnya menjelang persidangan. Dari delapan orang tersebut ia memastikan ada satu orang asing yang tidak saling kenal.

“Dari delapan itu, satu Rivaldi, sebelumnya sudah ada di dalam atas perkara lain membawa senjata tajam. Kemudian mereka disatukan seolah-olah saling mengenal. Yang tujuh saling kenal karena satu RW. Kalau Rivaldi itu tidak ada yang kenal. Dia kasusnya kepemilikan sajam, tapi tiba-tiba jadi satu tuntutan,” ujarnya.

Titin pun membenarkan Sudirman mengalami keterbelakangan mental. Sementara tujuh lainnya normal dan bekerja sebagai kuli bangunan.

“Di persidangan, saksi juga menguatkan Sudirman satu-satunya yang tidak pernah minum (minuman kerass). Di persidangan juga Sudirman mengakui ‘saya disuruh mengaku begini, begini’, bahasa Sudirman seperti itu,” ucapnya.

Dedi Mulyadi yang merupakan anggota DPR RI menghormati keyakinan semua pihak mulai dari kepolisian, jaksa, hakim, orang tua, dan pengacara terhadap hal tersebut. Ia berharap kebenaran yang seutuhnya bisa terungkap.

“Mudah-mudahan peristiwa ini jadi pembelajaran bagi kita. Siapapun bersalah harus tetap dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku, yang tidak bersalah harus keluar dari ketidakbersalahannya, tanpa harus menuduh siapa yang bersalah dan siapa yang tidak bersalah,” ucap Dedi Mulyadi.

Baca juga: Hotman Cari Polisi Ayah Kandung Eky Ingin Bicara, Kini Anak Eks Bupati Bantah Terlibat Kasus Vina

Sementara itu, banyak yang merasa penasaran terkait alasan film Vina: Sebelum 7 Hari tidak dibuat film dokumenter.

Kini, sutradara Anggy Umbara pun menjawab rasa penasaran banyak ornag tersebut.

Anggy mengatakan, membuat film dokumenter tidak semudah yang dibayangkan.

"Kalau dibilang kenapa enggak dokumenter aja? Banyak yang bilang gitu," kata Anggy Umbara dikutip dari YouTube Ngobrol Asix.

"Untuk membuat dokumenter itu saya bukan sutradara dokumenter, yang saya tahu, membutuhkan banyak sekali effort, banyak sekali modal, banyak sekali koneksi, enggak segampang itu," jelasnya.

Anggy pun memberikan contohnya tentang teman sutradara yang membuat film dokumenter dan memakan waktu bertahun-tahun.

"Kemarin ada rekan sutradara, bikin satu film dokumenter bisa 5-8 tahun, jadi (buat film dokumenter) membutuhkan waktu, energi dan finansial luar biasa," ujarnya.
Disamping usaha besar yang harus dilakukan, penonton Indonesia menurutnya juga bukan penggemar berat dokumenter.

"Ironisnya, masyarakat Indonesia not so big fan documentary, enggak penyuka film dokumenter," ucapnya.

"Belum ada datanya film dokumenter yang meledak, yang ditonton di bioskop ya. Kalau misal di layanan digital, kan tertentu, marketnya beda," imbuh Anggy.

Baca juga: Alasan Keluarga Eky Tak Mau Kejadian Nahas 2016 Silam Jadi Film, Vina: Sebelum 7 Hari Kisah Nyata

Menurut Anggy, hingga saat ini hanya dokumenter kasus Sianida yang bisa mendapat begitu banyak perhatian.

"Dokumenter yang meledak di bioskop belum ada. Paling kemarin yang Jessica, tentang kopi sianida," kata Anggy.

Anggy juga menjawab tudingan yang menyebutnya mengkomersialisasikan kisah Vina. Padahal, disadari atau tidak, untuk menonton di layanan digital, orang juga tetap harus membayar biaya langganan.

"Kalau dilihat komersil, semua komersil, dokumenter komersil, di Netflix berbayar, jangan terlalu naif juga," kata Anggy dikutip dari YouTube Need A Talk.

"Lihatnya dikomersilkan, dieksploitasi, lihat dulu kata eksploitasi itu apa, enggak ada yang dirugikan (di film Vina)," imbuhnya.

Anggy mengaku sejak awal sudah memastikan pada produser bahwa dengan mengangkat kisah ini keluarga Vina Cirebon pasti mendapatkan hak mereka.

"Iya pasti (dapat sharing), kalau enggak, enggak mungkin (dibuat film). Dari awal pasti udah ada kompensasi kesejahteraan bagi keluarga Vina," ucap Anggy.

"Setelah ini tayang pun pasti ada lagi. Dan produser bilang pasti ada," lanjutnya.

Mengangkat kisah Vina ini bukan semata-mata melihat nilai komersilnya, tapi karena Anggy saat itu melihat akan ada lebih banyak dampak positif dibanding negatif.

"Kalau menurut saya, apa yang disampaikan film itu bisa sangat inspiratif, bisa membangun kesadaran, dan bisa membuat perubahan sebesar ini," kata Anggy.

"Bisa membuat kasus yang lama diangkat lagi, memberi keadilan untuk orang-orang yang masih mencari keadilan," sambungnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini