TRIBUNJATIM.COM - Inilah pengakuan seorang juru parkir resmi yang mematok tarif Rp 150 ribu.
Ia merupakan juru parkir resmi di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Pria bernama Gunawan (bukan nama sebenarnya) ini juga menyebut adanya setoran untuk pihak Dinas Perhubungan atau Dishub.
Diketahui, tarif sebesar Rp 150.000 diperuntukkan setiap bus wisata yang parkir di lokasi parkir resmi tersebut.
“Sehari kalau di sini Rp 150.000,” ujar Gunawan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Selasa (9/7/2024), melansir dari Kompas.com.
Gunawan mengatakan, dirinya bertugas untuk mengarahkan bus yang hendak parkir lalu menerima tarif parkir yang ditetapkan.
Dengan mengenakan baju resmi dari Dinas Perhubungan (Dishub), ia selalu memberikan kuitansi kepada para sopir bus yang telah membayar uang parkir di Lapangan Banteng.
“Ada kuitansi. Kan dia (sopir) tanda tangan juga,” kata Gunawan.
Kuitansi tersebut, kata Gunawan, menjadi bukti bahwa pihak bus wisata tidak dipaksa untuk membayar.
Gunawan mengaku bahwa ia tidak mengharuskan sopir bus untuk membayar tarif parkir Rp 150.000.
Baca juga: Diberi Karcis Rp 5000, Wanita Ngamuk Juru Parkir Minta Dibayar Rp 15 Ribu, Pelaku: Kamu Lama Sekali
Jika memang tidak ada uang, sopir bus boleh membayar parkir di bawah tarif yang biasa dikenakan.
“Walaupun di bawah Rp 100.000 juga (diterima). Kadang Rp 30.000 juga ada,” ucap dia.
Gunawan mengatakan, dirinya tak tega memaksa sopir bus untuk membayar tarif parkir sebesar Rp 150.000.
Sebab, kebanyakan sopir bus tak mendapatkan uang lebih dari pemilik travel.
“Dari kantornya (ada yang) cuma buat (uang) bensin doang,” ujar Gunawan.
Kendati demikian, tak sedikit sopir bus tetap membayar parkir sesuai tarif yang ditetapkan karena mereka tak mau pusing mencari lokasi parkir yang aman.
“Ini parkir resmi. Enggak ada (petugas Dishub yang jaga). Tapi ya enggak bakal diderek,” jelas Gunawan.
Baca juga: Modal Bukti Palsu, Juru Parkir dan Istri ini Makan Hingga Nyalon Gratis di Sejumlah Tempat: Sebulan
Gunawan melanjutkan, area parkir di Lapangan Banteng juga terbilang aman dan tidak pernah didatangi preman-preman yang menagih uang parkir.
Gunawan mengaku rutin menyerahkan "setoran" kepada sejumlah oknum petugas Dishub yang ditugaskan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
“Kita setor ke Dishub. Setiap hari ada yang ke sini (buat ambil duit),” ujar Gunawan.
Gunawan mengatakan, oknum petugas Dishub yang mengambil uang setoran itu sudah lama bertugas di Lapangan Banteng.
Namun, ia enggan untuk menyebutkan nama maupun total petugas yang bertugas di sana.
Sebagai informasi, menurut Pergub 31 Tahun 2017, tarif parkir tepi jalan untuk Bus, Truk, dan sejenisnya Rp 4.000 sampai dengan Rp 9.000 per jam.
Sebelumnya juga viral pengakuan seorang pemilik parkir sepeda motor yang heran setor Rp 600 ribu ke Dishub per bulan.
Pasalnya, lahan parkir itu adalah rumahnya sendiri, yang berada di dekat Stasiun Cakung, Jakarta Timur.
Pemilik lanan parkir stasiun tersebut bernama Abdul Kodir (42).
Baru-baru ini ia mengaku bahwa dirinya harus membayar ke Dinas Perhubungan (Dishub) untuk meminta izin.
"Kami izin ke Dishub aja. Per bulannya ada yang minta Rp 600.000. Itu kena bulanan. Itu biaya izin aja, sebenarnya," ujar Kodir saat ditemui di kediamannya, Senin (29/1/2024).
Kodir tak menampik bahwa dirinya heran dengan adanya biaya untuk izin parkir.
Sebab, parkiran motor yang ia kelola berada di halaman rumahnya sendiri.
"Padahal ini kan (parkiran motor) fasilitas pribadi. Kita kan enggak pakai akses jalan pemerintah, ini tanah pribadi," jelasnya, dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com.
Baca juga: Parkir Berlangganan Dihapus, Warga Tulungagung Keluhkan Juru Parkir Tarik Tarif Rp10 Ribu
Adapun Kodir membuka jasa parkir motor untuk para pengguna kereta api yang naik dari Stasiun Cakung.
Setiap harinya, warga asli Betawi itu mendapat penghasilan tidak kurang dari Rp 1 juta dari 150 motor yang terparkir di rumahnya.
"Per motor kami beri tarif Rp 5.000. Dari pukull 05.00 WIB, sampai pukul 00.00 WIB. Semuanya, kami jaga. Sampai kereta terakhir jam 12.15 WIB. Kalau menginap, itu Rp 15.000," kata Kodir.
"150 motor sehari. Jadi total kotornya itu bisa Rp 1 juta, tidak kurang," lanjutnya.
Awalnya, rumah dan halaman yang dijadikan Kodir sebagai lahan parkir adalah milik ayahnya yang bernama Pak Haji.
Namun, rumah dan halaman itu telah dibagikan oleh Pak Haji ke anak-anaknya.
Baca juga: Gagal Berkali-kali, Ini Kisah Pantang Menyerah Anak Juru Parkir di Kediri Bisa Lolos Seleksi Polisi
"Jadi ini rumah Bapak. Dulu dibagi per anak satu petak (kontrakan). Tapi karena sudah pada nikah, keluar, ada yang tinggal di Cibinong, jadi ini tinggal saya yang kelola," ujarnya.
Kodir memastikan jasa parkir di lahan miliknya aman dan tak pernah terjadi kehilangan.
Setiap harinya, ia dibantu oleh seorang asisten yang bertugas untuk menjaga motor per giliran.
"Yang penting jangan kunci stang. Jadi mudah diatur. Yang penting kami pastikan aman. Alhamdulillah sejauh ini enggak pernah terjadi kehilangan. Paling helm tertukar," pungkasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com