TRIBUNJATIM.COM - Pemerintah disebut akan mengeluarkan BBM jenis baru pengganti Pertalite yang bakal diluncurkan.
BBM pengganti Pertalite ini disebut lebih ramah lingkungan karena memiliki kadar sulfur rendah.
Seperti apa selengkapnya?
Sudah sejak beberapa bulan lalu, memang ramai kalau bensin subsidi paling murah tersebut akan digantikan bensin baru.
Dari kabar yang beredar, Pertalite akan digantikan Pertamax Green 92 atau Pertamax Green 95.
Pertamax Green 95 sendiri sudah meluncur dan didistribusikan di Jakarta dan Surabaya.
Untuk harganya, bensin baru yang terbuat dari kandungan saripati tebu dijual lebih mahal dibanding Pertalite, yakni Rp13.900 per liter.
Namun bensin yang digadang-gadang akan menggantikan Pertalite berbeda dan punya kadar sulfur sangat rendah.
Pemerintah melalui PT Pertamina akan meluncurkan BBM jenis baru calon pengganti BBM Subsidi Pertalite.
Pertamina akan mengeluarkan jenis bensin baru dalam waktu dekat.
Pemerintah sedang mengembangkan bioetanol sebagai bahan bakar pengganti BBM yang berbasis fosil.
Hal itu diungkap Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, beberapa waktu lalu.
"Kita kan sekarang berencana mau mendorong segera bioetanol masuk menggantikan bensin.
Supaya polusi udara ini juga bisa dikurangi cepat," kata Luhut.
Baca juga: Pengendara Mobil Berseragam PNS Isi Bensin Rp10 Ribu, Tertawa Bilang Tak Punya Uang, Aksinya Dikecam
Dia mengatakan, kandungan sulfur dari bensin bisa mencapai 500 ppm.
Sementara bioetanol jauh lebih rendah, kandungan sulfurnya bisa hanya mencapai 50 ppm.
Kondisi sulfur yang tinggi tentu akan mempengaruhi kualitas udara dan berdampak pada kesehatan manusia.
"Kita hitung di situ, kalau itu terjadi, sulfur tadi dikurangin, itu akan mengurangi orang yang sakit ISPA," ungkapnya.
"Dan itu juga (berdampak) kepada kesehatan (menghemat) sampai 38 triliun ekstra pembayaran BPJS," sambungnya.
"Ini sekarang lagi proses dikerjakan Pertamina," tambah Luhut.
"Nah, kalau ini semua berjalan dengan baik, kita bisa mengemat lagi (anggaran negara)," jelasnya.
Namun Luhut Binsar Pandjaitan membantah kabar yang menyebut akan ada BBM jenis baru yang akan diluncurkan pada 17 Agustus 2024.
Menurut Luhut, jenis BBM masih tetap sama.
Hanya saja pemerintah sedang mengupayakan agar kualitas BBM lebih baik untuk mengurangi polusi udara.
"Enggak BBM baru. (Jenis BBM) Masih sama. Tapi dengan kualitas yang lebih bagus. Euro 4, Euro 5. Kita mau standar ke situ," ujar Luhut usai menghadiri peluncuran golden via di The Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (25/7/2024).
"Tapi kan recovery-nya (pemurniannya) harus diperbaiki. Karena refinery kita itu lama kan jadi harus ada penyesuaian sana sini," katanya.
Baca juga: Pengemudi Brio Kabur Tak Bayar usai Isi BBM Rp 300 Ribu, Petugas SPBU Terluka, Polisi Lacak Pelaku
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengklaim, kandungan sulfur pada jenis BBM baru tersebut lebih rendah.
Selain itu, BBM Pertamina yang akan diluncurkan pada bulan depan juga disebut lebih ramah lingkungan.
"Sekarang udara kita banyak emisi, jadi gimana kita bisa kurangi supaya hidup sehat.
Jadi alternatifnya pakai BBM rendah sulfur," kata Arifin, dikutip dari Kompas.com, Jumat (12/7/2024).
Sayangnya, Arifin belum mengungkap nama bensin baru tersebut.
Ditambah harga BBM baru juga belum diumumkan, apakah lebih murah atau lebih mahal dari Pertalite.
Walau begitu, ia menegaskan, pemerintah sedang mencari bahan bakar nabati (BBN) sebagai campuran BBM yang dapat menekan kandungan sulfur.
Adapun kandungan sulfur pada BBM yang saat ini beredar sebanyak 500 ppm.
Pemerintah menargetkan kandungan sulfur bisa dikurangi hingga di bawah 50 ppm.
"Tapi menuju itu ada ongkosnya dan kilang kita belum kelar di Balikpapan," jelas Arifin.
Terpisah, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono menegaskan, jenis BBM baru yang akan dihadirkan adalah produk non-solar milik Pertamina.
Namun, pemerintah akan melakukan uji coba perkenalan terhadap jenis BBM baru yang diluncurkan bulan depan.
Uji coba bakal dilakukan secara bertahap di beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina.
"Kalau rendah sulfur itu akan mulai, tapi sebagai pilot, 17 (Agustus) itu adalah semacam kick off-nya mau mulai di sana," jelas Agus.
"Masih mulai di beberapa SPBU," sambungnya.
"Enggak tahu namanya nanti, kayaknya yang Dex juga, yang non-subsidi." pungkas Agus.