Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nur Ika Anisa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Motif batik saat ini terus berkembang menyesuaikan zaman.
Di kalangan anak muda, memakai batik tidak melulu dengan tampilan busana formal tapi dikreasikan dengan gaya kekinian.
Perkembangan teknologi digital menjadi salah satu pendorong mulai terkikisnya stigma bahwa batik adalah pakaian formal. Banyaknya inspirasi padu-padan outfit yang mudah diakses generasi z maupun milenial menjadikan tampilan berbusana batik lebih beragam.
Seperti pengalaman Aliyah Rahma dalam mengenakan busana batik. Sebagai anak generasi z berkelahiran 2002 ia menyebut busana batik bisa menjadi outfit nongkrong. Padahal di generasi sebelumnya, batik identik dengan seragam guru atau outfit kondangan.
“Batik sekarang bisa dipakai setiap hari. Kalau dulu kelihatannya cuma dipakai guru, orang-orang (pekerja) kantoran sama kondangan. Sekarang buat ngampus, buat main juga bisa, pakai belt ada motif batiknya tapi bajunya kasual kaos kemeja,” ungkap mahasiswi salah satu universitas di Malang tersebut.
Baca juga: Para Karyawan Kompak Pakai Batik untuk Rayakan HPN 2024, AHASS CUN Motor: Wujud Cinta Budaya
Ia menyebut generasi Z saat ini sudah banyak yang memahami istilah berkain. Hal ini juga ramai menjadi salah satu pembahasan anak muda di media sosial, mengenai outfit berkain.
Artinya bahwa anak muda memiliki banyak pilihan memakai wastra. Bisa dengan batik, tenun, lurik maupun songket. Batik pun tidak harus berbentuk baju utuh, seperti kemeja atau blouse tetapi bisa dengan menambahkan aksesoris berbatik menjadi salah satu pelengkap outfit.
Ia mencontohkan tampilan busana batik ala anak muda, seperti pemakaian rok lilit, vest atau outer, maupun kemeja dan celana atau rok polos ditambah belt bermotif batik. Di kalangan kampus, pada hari-hari tertentu mahasiswa juga diwajibkan untuk mengenakan batik.
“Sekarang sudah pintar-pintar kok berkain, pakai batik, kayak tenun begitu. Banyak banget atasan batik yang cakep-cakep, nggak kelihatan formal atau kelihatan lebih tua. Kalau buat acara atau ngampus batik sudah lucu-lucu motifnya,” ujarnya.
Baca juga: Batik Surabaya Semakin Beragam, Motif Parade Becak dan Ludruk Tarik Minat Anak Muda
Sementara Ketua Persatuan Pengusaha Busana (Persana) Surabaya Dameria Triana Ambuwaru menyebut image batik pada anak muda bisa berbagai tampilan. Bisa di-mix and match dengan celana maupun kombinasi.
Ia juga berharap anak muda untuk tetap menggunakan batik dengan berbagai model atau gaya maupun motif yang mereka suka.
“Kalau full batik kesannya berat. Kan image anak muda sekarang full batik berat jadi untuk anak muda dikombinasi, kan lebih asyik ya kelihatannya. Saya lihat anak muda sekarang senang tuh pakai rok batik dililit. Harapannya anak muda tetap menggunakan batik, apalagi bisa terus meneruskan tradisi, batik bisa dipakai sehari-hari, kainnya dingin dan pakai batik cantik kok,” ujarnya.
Selain penampilan menggunakan batik atau berkain, hal lain yang menarik perhatian anak muda terhadap wastra ini adalah keberagaman motif serta pilihan warna. ‘Tak kenal maka tak sayang’, story akan motif batik juga perlu dikenalkan kepada anak muda.
Baca juga: Menyusuri Jejak Kejayaan Batik di Timur Pasar Ponorogo, Motif Batik Diabadikan Nama Jalan
Seperti yang dikatakan Lupita Sari yang berkecimpung pada salah satu UMKM batik di Surabaya. Perempuan berusia 20an ini mulai menekuni batik dengan rutin belajar mencanting hingga mengisi pameran.
“Suka batik karena mulai kerja, sering ikut event jadi harus tahu batik supaya memperkenalkan batik bahwa bukan hal yang kuno tetapi juga bisa dikombinasi dengan baju sehari-hari,” sebutnya.
Selama satu tahun terakhir, ia juga mengikuti perkembangan motif batik khususnya yang ada di Surabaya. Menurutnya semakin beragam dari yang sebelumnya motif flora fauna, kini tampil dengan motif-motif baru dan tetap berciri khas.
Batik Surabaya saat ini menampilkan ikon tempat sejarah sebagai motifnya seperti Jalan Tunjungan, Greget Rel Pasar Turi, Tjap Tunjungan dengan tambahan motif rujak cingur dan almond crispy.
“Jadi sebagai anak muda kan lebih relate terutama kan sekarang ada destinasi di Tunjungan dan batiknya juga mengangkat banyak cerita di Jalan Tunjungan itu. Suka batik dengan ceritanya,” ujarnya.
Selain motif, warna-warna juga menjadi pilihan anak muda. Misalnya biru elektrik, lime yang lebih vibrant bisa dikombinasikan dan dipakai di berbagai acara seperti semi formal atau kasual. Sementara warna merah marun dan denim bisa untuk acara formal.
“Di (UMKM) Batik Nusantara juga mengkombinasikan motif batik Surabaya dengan motif lain dalam satu kain. Misal motif parang atau motif abstrak jadi menambah kesan batik Surabaya itu nggak pakem gitu saja,” pungkas Lupita.