Berita Viral

Aksi Guru SD Mogok Ngajar sampai Kepsek Diganti Viral, Pagar Sekolah Dipalang, Siswa Dipulangkan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Spanduk dari aksi guru mogok ngajar karena kepsek tak transparan soal dana sekolah. Bahkan kepsek datang jam 7 pulang jam 9 dengan urusan dinas.

TRIBUNJATIM.COM - Aksi guru mogok ngajar di Ternate viral di media sosial.

Mereka menuntuk soal anggaran sekolah yang transparan.

Akibat aksi tersebut, para siswa dipulangkan untuk belajar di rumah.

Aksi ini terjadi di SD Negeri 1 Kota Ternate yang berlangsung sekitar pukul 07:22 WIT pada Rabu (24/10/2024).

Melansir Tribun Ternate, aksi mogok para guru-guru karena Kepala Sekolah SD Negeri 1 Ternate tidak terbuka soal anggaran.

Alhasil, aksi itu direkam para orang tua siswa-siswi saat mengantarkan anak mereka ke sekolah.

Dalam aksi tersebut para guru-guru memalang pintu pagar. 

Tidak hanya itu, sejumlah spanduk ikut dipasang di depan sekolah.

Spanduk tersebut bertuliskan 'Mutu Pendidikan Sekolah Semakin Buruk, Ganti Kepsek, Mogok Hingga Kepsek Diganti'.

Spanduk lain bertuliskan 'Tidak Transparansi Dana Sekolah BOS, BOSda, BOSkin, Ngana (kamu) Pastiu (malas) Tong (kita) Lebe Baik Lagi'.

kemudian 'Honor BTQ Tidak Pernah Bayar, Datang Jam 7 Pulang Jam 9, Bagara (selalu) Urus Dinas, Ngana (kamu) Pigi Mana Juga'.

Hingga saat ini para guru-guru langsung mengikuti rapat bersama Kepala Dinas Pendidikan, Kepala BKPSDM Kota Ternate, Samin Marsaoly dan Kepsek SD Negeri 1 Ternate di Aula Dinas Pendidikan Ternate. 

Para guru SD 1 Kota Ternate, Maluku Utara mogok mengajar, alhasil seluruh siswa-siswi dipulangkan, Rabu (23/10/2024) (via Tribun Ternate)

Terbaru, Dinas Pendidikan (Disdik) Ternate, Maluku Utara telah menonaktifkan Kepala Sekolah (Kepsek) SD Negeri 1 Ternate Usman Loa, Rabu (23/10/2024).

Penonaktifan Usman Loa dari jabatannya itu buntut aksi palang pintu para guru yang memalang pintu sekolah dan bentangkan spanduk di depan SD Negeri 1 Ternate.

Akibatnya, aktivitas pembelajaran juga terganggu dan sejumlah siswa dipulangkan.

Merespons hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kota Ternate Muchlis Djumadil mengatakan, pihaknya telah mengambil langkah tegas, cepat dan terukur setelah terjadinya aksi guru-guru hingga aktivitas sekolah terhenti.

"Kami langsung panggil dan rapat bersama, solusi pertama itu Kepsek kita nonaktifkan, usulan sudah disampaikan ke Kepala BKPSDM Ternate,” kata Muchlis.

"Solusi kedua proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik pada besok nanti," tambahnya.

Terkait keluhan para guru, Muchlis menyebut pihaknya akan melakukan investigasi.

“Dinas akan menunjuk pengganti sementara posisi Kepsek dari luar sekolah," ujarnya.

Baca juga: Sosok Guru Supriani yang Dituduh Aniaya Murid Konawe Selatan, Mimpi Jadi PNS Terpaksa Harus Dikubur

"Sambil melakukan investigasi jikalau ada hasilnya, kita akan sampaikan ke  BKPSDM tindak lanjut,” pungkasnya

Terpisah, salah satu guru SD Negri 1 Ternate Helce Mahmud mengaku, aksi spontan para guru untuk mendesak agar adanya transparansi dana oleh Kepsek.

Helce mengaku, sejak Usman Loa memimpin, mutu pendidikan dan hal lainnya tidak diperhatikan.

“Semua yang berperan hanya guru, kami minta kembalikan marwah SD Negeri 1 dengan baik,” kata Helce mewakili para guru.

Menurut Helce, SD Negeri 1 Ternate memiliki dana yang besar, akan tetapi Kepsek tidak transparan.

“Tadi hasil mediasi Kepsek kalau tidak salah dinonaktifkan, kami guru-guru sepakat besok sekolah aktif kembali,” jelasnya.

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Ternate, Muchlis Djumadil dan salah satu guru SD Negeri 1 Ternate memberikan keterangan, Rabu (23/10/2024) (Tribun Ternate/Randi Basri)

Sementara kasus guru lainnya, seorang guru honorer bernama Supriyani ditahan selama berhari-hari usia pukul siswanya.

Ia dilaporkan orang tua sang murid yang merupakan polisi di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Tak ayal penahanan Supriyani inipun mendapatkan protes luas di masyarakat.

Kasus inipun sudah menyita perhatian warganet hingga viral jadi pembahasan.

Tagar #SaveIbuSupriyani di X (dulu Twitter) pun ramai digaungkan netizen pada Senin (21/10/2024).

Tak hanya di X, namun juga Instagram dan Facebook ramai postingan mengenai sosok SU.

Dari salah satu postingan di Facebook @WawanSuhendra yang ramai dibagikan, tertulis mengenai sosok SU.

Dia adalah seorang ibu dan istri.

SU memiliki seorang anak yang masih kecil.

Ia mengabdikan diri sebagai guru, namun bukan Aparatur Sipil Negara (ASN).

Baca juga: Cicil Motor Rp10 Ribu Sehari Lalu Kecelakaan, Asep Mantan Guru Honorer Kini Dapat Rumah, Istri Lemas

Pada dasarnya, SU yang memiliki latar belakang sarjana pendidikan hanyalah guru honorer.

Ia sedang dalam masa pemberkasan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) setelah melalui masa honor bertahun-tahun.

SU juga tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Baito, lokasi dirinya mengajar.

Namun kini SU mendekam di balik jeruji besi Lapas Perempuan Kelas III Kota Kendari.

Kapolres Konawe Selatan, AKBP Febry Sam, didampingi Kapolsek Baito, Ipda Muhammad Idris, memberikan penjelasan terkait kronologi dan duduk perkara kasus ini.

TribunnewsSultra.com juga sempat melihat sang ayah korban M, Aipda WH, di luar ruangan konferensi pers di Mapolres Konsel.

"Kejadian terjadi pada Rabu (24/4/2024) di sekolah, saat korban telah bermain dan pelaku datang menegur korban hingga melakukan penganiayaan," kata AKBP Febry Sam, Senin (21/10/2024).

Sebelumnya, AKBP Febry mengkonfirmasi sosok ayah sang anak yang diduga dianiaya guru SU merupakan anak polisi.

"Anggota Polsek Baito," jelasnya.

Kasus tersebut sebelumnya dilaporkan ke Polsek Baito, Jumat (26/4/2024), sebagaimana Laporan Polisi (LP) Nomor LP/03/IV/2024/Polsek Baito/Polres Konsel/Polda Sultra.

Baca juga: Guru SMP Didebat Siswanya usai Tanya Kenapa Tugas Sekolah Tak Dikerjakan, Keluarga Murid Klarifikasi

Pelapor yakni N, ibu kandung korban murid kelas 1 SD di Kecamatan Baito, yang juga istri dari Aipda WH.

Dengan terlapor SU, oknum guru SD, yang diduga pelaku kekerasan fisik terhadap anak berinisial M tersebut.

Dikonfirmasi terpisah, penasehat hukum SU dari Lembaga Bantuan Hukum HAMI Konsel, Samsuddin, mengkonfirmasi kasus yang dilaporkan orang tua murid SD anak polisi tersebut.

"Perkara ini telah dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Andoolo dan akan sidang pada Kamis 24 Oktober 2024," jelasnya.

Kasus ini berawal saat ibu korban melihat ada bekas luka di paha bagian belakang korban, Kamis (25/4/2024), sekitar pukul 10.00 WITA.

Ditanyai ibunya, sang anak menjawab bahwa luka tersebut akibat jatuh dengan ayahnya, Aipda WH, di sawah. 

Pada Jumat (26/4/2024), sekitar pukul 11.00 WITA, pada saat korban hendak dimandikan oleh sang ayah untuk pergi salat Jumat, N mengkonfirmasi suaminya tentang luka di paha korban.

Suaminya pun kaget dan langsung menanyakan kepada korban tentang luka tersebut.

Korban kepada ayahnya pun menjawab bahwa telah dipukul oleh gurunya SU di sekolah pada Rabu (24/4/2024).

Setelah itu, ayah dan ibu korban pun mengkonfirmasi saksi yang disebut korban yang melihat atau mengetahui kejadian tersebut.

Saksi I dan A disebutkan membenarkan dan melihat bahwa korban telah dipukul oleh guru SU dengan menggunakan gagang sapu ijuk di dalam kelas, pada Rabu (24/4/2024).

Pada Jumat (26/4/2024), sekitar pukul 13.00 WITA, N dan Aipda WH pun melaporkan kejadian ini ke Polsek Baito. 

Kemudian saat itu juga pihak Polsek Baito melalui Kanit Reskrim Bripka Jefri mengundang terduga pelaku ke markas Polsek untuk dikonfirmasi terkait laporan tersebut.

"Tetapi yang diduga pelaku tidak mengakuinya sehingga yang diduga pelaku disuruh pulang ke rumahnya, dan laporan polisi diterima di Polsek Baito," kata AKBP Febry Sam.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Berita Terkini