TRIBUNJATIM.COM - Pilu kakek Dedek Harun di usianya yang tak lagi muda.
Ia harus tetap bekerja untuk sesuap nasi.
Kakek Harun yang berusia 70 tahun ini harus jualan kopi keliling tiap hari untuk sekali makan.
Ia hidup sendirian tanpa keluarga di Cimahi, Jawa Barat.
Kisahnya pun viral di media sosial.
Kakek Harun bersyukur saat ditawari makan oleh Bripka Rizky Hikmat Setiawan.
Ia pun menerima tawaran Bripka Rizky untuk menyantap bubur ayam.
Usai menyantap bubur ayam, Harun menceritakan kisah hidupnya tinggal sebatang kara di Cimahi.
Bahkan, ia cuma menjawab singkat saat ditanya mengenai kondisi istri dan anaknya.
Video kisah hidup Harun itu dibagikan Bripka Rizky Hikmat Setiawan melalui akun Instagram @bangrizky_goww, dikutip dari Tribun Jakarta.
Video tersebut bernarasikan "momen bertemu kakek penjual kopi yang hidup sebatang kara."
Dalam caption akun Instagram itu tertulis, "Temen temen kalo ktemu bapak ini dijalan bantu larisin jualan nya ya. Semangat terus pak dede. Teruslah berbuat baik meskipun hidup kadang tidak selamanya baik -AKBP Dr. Tri Suhartanto S.H M.H M.SI-"
Bripka Rizky Hikmat bertemu Harun di Bubur Ayam AP di Sangkuriang, Cimahi pukul 19.20 WIB.
"Jualan apa?" tanya Bripka Rizky Hikmat.
"Jualan kopi, pak," kata Kakek Dedek.
"Udah makan, belum?" tanya Bripka Rizky.
"Alhamdulillah" kata Kakek Dedek.
Bripka Rizky Hikmat lalu mengajak Harun untuk makan di bubur ayam AP.
Harun lahap menyantap bubur ayam.
Ia juga menyeruput teh hangat.
Ia lalu bercerita tinggal bersama rekannya, Udin di kontrakan dekat Stasiun Cimahi.
Sebelum berjualan kopi keliling pada malam hari, ternyata Harun belum makan.
Baca juga: Baru Laku Rp30 Ribu, Penjual Es Teh Ketakutan Dipalak Oknum Karang Taruna, Uang Jualan Dirampas
Kakek yang mengaku berusia 70-an tahun itu bercerita dirinya mesti menjual tujuh gelas kopi untuk sekali makan.
Cerita itu membuat Bripka Rizky trenyuh.
Ia pun menawarkan Harun untuk datang ke bubur ayam AP tiap malam sebelum berjualan kopi keliling.
"Tiap malam makan di bubur ayam saya gratis. Bilang saja kara Pak Rizky. Daripada abah nunggu jualan kopi tujuh gelas baru bisa makan," katanya.
Selain itu, Harun ditanya mengenai kondisi istri dan anaknya.
Ia mengaku punya empat anak dan 13 cucu.
Namun, ia hanya menjawab singkat ditanya lokasi istri dan anaknya.
"Gimana enggak bisa menyebutkan pak. Itu rahasia Allah. Tinggal doa saja mereka sehat saja," katanya.
Harun menuturkan dirinya tidak pernah berkomunikasi dengan keluarganya.
Kini, ia tinggal sendirian di Cimahi untuk berjualan kopi.
Baca juga: Tiap Hari Rais Bocah SD Keliling Jualan Jajan Meski Tak Punya Tangan, Hanya Hidup Bersama Neneknya
"Cari buat makan. Allah berikan jualan ini, pak," kata Harun.
"Abah sabar semua perjalanan hidup yang panjang," kata Bripka Rizky.
"Semua kehendak Allah, takdir Allah, ketemu sama Pak Rizky itu takdir Allah," jawab Harun.
"Kita kan hidup sendiri berat, takut lagi sendiri Innalillahi mau apa," sambungnya.
Bripka Rizky lalu mendoakan Kakek Harun panjang umur.
Ia juga memberikan kakek penjual kopi keliling itu sejumlah uang.
"Amin, Pak," kata Harun.
Dikutip dari Tribun Medan, anggota polisi yang mengajak makan penjual kopi keliling bernama Bripka Rizky Hikmat Setiawan.
Bripka Rizky bertugas di Unit Patwal Sat Lantas Polres Cimahi.
Selain polisi, Bripka Rizky juga ternyata juga merupakan seorang pengusaha.
Hal ini terpantau lewat Instagram miliknya yang menyematkan usaha miliknya.
Adapun usaha tersebut yakni bubur ayam yang kini sudah memiliki beberapa cabang.
Tak hanya itu, ia juga seorang BA di bidang kosmetik.
Sementara, lewat akun media sosialnya pula, Bripka Rizky ternyata kerap membantu orang-orang yang terlantar.
Baca juga: 28 Tahun Jualan Bubur, Amat Sukses Sekolahkan 3 Anak hingga Bisa Naik Haji, Tiap Dagang Pakai Jubah
Kisah serupa, seorang pria paruh baya berusia 83 tahun tetap semangat mencari nafkah jualan terasi udang.
Ia mengaku berjualan di usia senja untuk menghidupi keluarganya lebih baik daripada duduk diam di rumah.
Kakek bernama Gani Hamid ini diketahui jualan terasi udang Rp5 ribu.
Meskipun usianya sudah tidak muda, Mbah Gani masih tetap semangat mencari nafkah dengan jualan di pinggir jalan, Kamis (3/10/2024).
Bahkan Mbah Gani tetap bekerja dari pukul 08.00 pagi hingga sore pukul 17.00, di sekitaran Pasar Gamalama, Ternate.
"Saya pikir daripada hanya duduk diam di rumah, lebih baik saya berjualan sekalian bisa olahraga," kata Mbah Gani.
Mbah Gani menjual terasi udang dengan harga Rp5.000 per buah.
Terasi tersebut bukan miliknya.
Melainkan dagangan milik orang lain yang dititipkan kepadanya.
Ia pun hanya mendapatkan keuntungan sebesar Rp3.000 dari setiap terasi yang berhasil dijual Mbah Gani.
Setiap harinya, Mbah Gani membawa sekitar 15 buah terasi untuk dijual.
"Saya ambil dari orang, modalnya Rp2.000, kemudian saya jual Rp5.000," jelasnya.
Gani tinggal bersama istri dan anaknya di Kelurahan Kayu Merah.
Anak laki-lakinya bekerja sebagai tukang ojek, sementara istrinya Ibu Rumah Tangga (IRT).
"Anak saya tukang ojek, istri ada di rumah."
"Nanti kalau saya mau pulang, baru anak saya jemput," katanya kepada Tribun Ternate.
Mbah Gani dan keluarganya berasal dari Jailolo, Halmahera Barat, yang terpaksa pindah ke Ternate akibat kerusuhan.
Kini, meskipun sudah berusia senja, Mbah Gani masih terus berjuang dengan semangat demi keluarganya.
Kisah Mbah Gani adalah bukti semangat untuk bekerja dan mandiri tidak mengenal usia.
Dengan tenaganya yang tersisa, ia tetap berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com