TRIBUNJATIM.COM - Beginilah penjelasan terbaru yang disampaikan ahli terkait proses blending BBM RON 92 dan RON 90 yang masih ramai dibicarakan.
BBM RON 92 dan BBM RON 90 ramai disebut-sebut akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kerusakan kompartemen dalam sebuah kendaraan.
Imbas kabar megakorupsi PT Pertamina, banyak masyarakat yang merasa dibohongi dan tak lagi mau mempercayai pemerintah.
Menurut fakta sebenarnya yang diurai oleh ahli, pencampuran antara BBM RON 90 dan BBM RON 92 ternyata berbeda.
Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Bambang Sudarmanta mengatakan, proses blending BBM RON 90 dengan RON 92 tidak menghasilkan BBM RON 92.
"Tetapi menghasilkan BBM campuran dengan nilai oktan di antara 90 dan 92. Hal ini tergantung perbandingan volume masing-masing BBM yang dicampur," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (1/3/2025), seperti dikutip TribunJatim.com, Selasa (4/3/2025).
Pakar konversi energi itu menyatakan, BBM RON 90 baru bisa ditingkatkan menjadi RON 92 dengan menambahkan sejumlah zat aditif yang tepat di kilang minyak.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan BBM jenis RON 92, bisa dilakukan dengan dua cara.
Pertama, mencampurkan atau blending RON rendah dengan RON tinggi (RON 90 dicampur RON 95). Kedua, menambahkan zat aditif pada RON 90.
Selanjutnya, hasil blending BBM atau penambahan aditif tersebut diuji mengikuti standar pengujian angka oktan pada bahan bakar agar sesuai spesifikasi.
Baca juga: Sosok Petinggi Pertamina Suruh Pertamax Dioplos hingga Rugi Rp193,7 T, Dijemput Paksa Penyidik
Bambang menambahkan, mesin kendaraan memiliki rasio kompresi terhadap bahan bakar yang berbeda, sehingga menentukan jenis RON BBM yang sesuai untuk dipakai.
"Mesin dengan rasio kompresi yang lebih tinggi akan (memakai) bahan bakar dengan angka RON yang lebih tinggi juga," imbuhnya.
Bambang menekankan, proses pencampuran BBM dangan oktan berbeda menghasilkan bahan bakar dengan angka oktan di antara keduanya, tergantung persentase volume campuran.
"Begitu juga dengan kandungan sulfur campuran, tergantung dari kandungan sulfur masing-masing campuran," lanjut dia.
Menurutnya, BBM dengan RON tinggi murni dari kilang biasanya lebih stabil karena telah dioptimalkan melalui proses pemurnian dan reformasi katalitik sejak awal.
Komposisi hidrokarbon di dalamnya pun sesuai, sehingga tidak perlu dicampur.
Meski demikian, hasil pencampuran BBM beda oktan tidak selalu menghasilkan bahan bakar yang kualitasnya lebih rendah atau kotor daripada BBM dengan RON murni.
Jika BBM RON 90 dicampur RON 92 dengan standar yang tepat, hasil proses blending itu bisa setara RON 92 murni. Sebaliknya, pencampuran kurang optimal bisa menurunkan kualitasnya.
Kualitas BBM hasil campuran bisa kurang stabil karena tidak merata atau ada campuran aditif yang tidak bekerja optimal dan justru berubah netral.
Selain itu, komposisi hidrokarbon yang tidak cocok, serta pengaruh suhu dan tekanan, bisa membuat angka oktan BBM campuran tidak stabil.
Baca juga: Blending Pertalite dan Pertamax Dilakukan di Tempat Putra Raja Minyak? Kejaksaan Agung: Fakta
"Jika aditif yang digunakan tidak optimal atau blending dilakukan dengan pencampuran yang kurang presisi, kualitasnya bisa lebih rendah," tambah Bambang.
Bambang melanjutkan, performa kendaraan akan dipengaruhi oleh kesesuaian antara mesin dengan nilai RON BBM.
"Mesin yang mensyaratkan BBM dengan RON 92, jika menggunakan BBM dengan RON di bawah 92, maka akan cenderung terjadi knocking," katanya.
Knocking atau detonasi adalah kejadian muncul suara ketukan atau getaran yang terjadi pada mesin, terutama saat mesin berakselerasi.
Baca juga: Daftar Harga BBM Pertamina Turun di Seluruh Indonesia Minggu 2 Maret 2025, Dampak Megakorupsi?
BBM jenis Pertalite dengan oktan RON 90 seharusnya dipakai mobil dengan kapasitas mesin di bawah 1.400 cc dan motor dengan kapasitas mesin di bawah 250 cc.
Sebaliknya, kendaraan berkapasitas mesin di atas 1.400 cc dan punya rasio kompresi tinggi atau teknologi canggih, harus menggunakan Pertamax dengan oktan minimal 92.
Menurut Bambang, kondisi knocking tersebut dapat menurunkan performa dan efisiensi mesin kendaraan yang dipakai.
Namun, dalam jangka panjang, hal itu juga akan mengurangi durability atau ketahanan komponen-komponen mesin yang terkait.
Seperti diketahui, kabar adanya megakorupsi di dalam PT Pertamina membuat kepercayaan dan kekecewaan masyarakat terhadap Pertamina menurun drastis.
Dugaan kasus korupsi di lingkungan PT Pertamina Patra Niaga menarik perhatian publik.
Selain nilai kerugian yang disebut hampir Rp 1 kuadriliun, modus korupsi ini pun menuai kemarahan publik lantaran adanya dugaan blending bahan bakar minyak (BBM) jenis RON 90 dengan RON 92 yang dijual seharga RON 92 atau Pertamax.
Hal ini disampaikan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) saat menetapkan tersangka kasus dugaan korupsi tata kelola minyak dan produk kilang pada 2018-2023, Senin (24/2/2025).
Meski begitu, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) melalui Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) memastikan BBM yang ada telah memenuhi spesifikasi pemerintah.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com