Di Nunukan, ia bekerja sebagai pengikat bibit rumput laut dibantu sang istri.
Penghasilan mereka kini makin menurun karena harga rumput laut jatuh dan ketersediaan bibit makin langka.
"Kami kerja ikat benih rumput laut. Tapi harga rumput laut sudah lama turun, dan yang biasanya satu orang bisa ikat sepuluh tali."
"Tapi sekarang dibagi rata dengan jumlah buruh yang mengikat. Jadi gaji kami juga turun, apalagi sering tidak ada bibit yang diikat," jelasnya.
Baca juga: Alasan Rasul Guru SD Foto Rumah Penerima BSPS hingga Dipecat, Ingin Ngajar Meski Digaji Rp 150 Ribu
Selain kondisi rumah yang tak layak, keluarga Jailani juga mengalami kesulitan air bersih.
Mereka hanya bisa mengandalkan tampungan air hujan untuk kebutuhan harian seperti memasak.
Saat musim kemarau, mereka harus membeli air dengan harga mahal.
Melalui program rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH) dari Kodim 0911/Nunukan, rumah Jailani akhirnya dibangun ulang mulai Selasa hari ini.
Program ini merupakan bagian dari TMMD Wilayah Perbatasan ke-124 yang dipusatkan di Kecamatan Nunukan Selatan.
"Menjawab kebutuhan air bersih warga Nunukan Selatan, Tentara Manunggal Air menargetkan lima titik sumur bor."
"Ada yang sudah selesai pengeborannya, di 50 meter baru keluar air," terang Dandim Letkol Inf. Albert Frantesca Hutagalung.
Baca juga: Heboh Warga Kota Batu Temukan Kakek Terbujur Kaku di Kamar Rumah, Ada Obat Sakit Kepala di Sebelah