Perang Iran Israel

5 Dampak Perang Iran Israel, Harga Minyak Dunia hingga Gejolak Pasar Keuangan Mulai Jadi Perhatian

Editor: Hefty Suud
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DAMPAK PERANG IRAN ISRAEL - Penampakan rudal-rudal Iran di langit Tel Aviv, Israel pada Sabtu (14/6/2025). Meski sejumlah rudal bisa ditangkal, beberapa rudal Iran menghantam sejumlah fasilitas di Israel tengah, termasuk Tel Aviv. etegangan yang terus meningkat antara Israel dan Iran telah mendorong berbagai negara untuk segera mengevakuasi warga negaranya dari wilayah konflik.

TRIBUNJATIM.COM - Perang Iran Israel kini menjadi perhatian dunia. 

Diketahui perang Iran Israel bermula dari serangan Israel ke beberapa wilayah penting Iran pada Jumat (13/6/2025).

Serangan tersebut menewaskan sejumlah tokoh penting pasukan Garda Revolusi (IRGC).

Iran pun membalasnya dengan mengirim rudal ke wilayah Tel Aviv.

Dunia internasional khawatir apabila eskalasi Israel dan Iran terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama maka situasi ini akan memicu lonjakan harga energi, inflasi tinggi, bahkan ancaman resesi yang dapat mengguncang ekonomi dunia.

Berikut dampak perang Iran Israel. 

1. Harga Minyak Dunia Meroket

Ketegangan Iran vs Israel berpotensi meningkatkan risiko terganggunya distribusi minyak dari Teluk, terutama jika Iran mengancam menutup Selat Hormuz.

Apabila penutupan terjadi maka hal akan memicu kekhawatiran serius terhadap pasokan minyak global lantaran sekitar 20 persen dari total produksi minyak global melewati selat ini setiap harinya.

Data terbaru Al Jazeera melaporkan harga minyak mentah jenis Brent, yang dianggap sebagai standar internasional, naik 5 persen dibandingkan penutupan pasar kemarin.

Kontrak berjangka minyak melonjak lebih dari 13 persen pada satu titik, mencapai level tertinggi sejak Januari.

Kenaikan serupa juga berlaku bagi minyak mentah WTI yang melonjak lebih dari 6 persen, diperdagangkan di atas 73 dolar AS per barel. 

Baca juga: Cerita Ahmad WNI Dengar 10 Ledakan di Iran saat Tengah Malam hingga Subuh, Akses Informasi Minim

2. Picu Tekanan Inflasi Global

Ketika harga minyak naik, biaya produksi juga ikut naik. Hal ini pada akhirnya dibebankan kepada konsumen, terutama untuk barang-barang yang membutuhkan banyak energi seperti makanan, pakaian, dan bahan kimia.

Efek panjangnya, negara-negara pengimpor minyak di seluruh dunia berpotensi mengalami inflasi.

Mereka harus membayar lebih untuk listrik, bahan bakar, atau gas rumah tangga, dan ini membuat biaya hidup makin berat di tengah pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.

Sejauh ini untuk menekan lonjakan inflasi, Bank of England baru-baru ini memangkas suku bunga dasar Inggris menjadi 4,25 persen meskipun Federal Reserve AS telah menunda pemotongan suku bunga.

Langkah tersebut diambil bertujuan untuk menjaga inflasi tetap terkendali. Dengan demikian, inflasi yang terkendali akan mendorong peningkatan konsumsi dan investasi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Gejolak di Pasar Keuangan

Ketika terjadi perang besar seperti konflik Iran vs Israel, pasar saham global langsung bereaksi negatif.

Harga saham dilaporkan turun tajam, karena investor menjual aset mereka dan pindah ke aset yang lebih aman seperti emas atau obligasi pemerintah AS.karena takut rugi.

Aksi ini memperlemah pasar saham karena dana berpindah dari ekuitas ke aset defensif.

Mengutip Reuters pada Senin (16/6/2025) Dow Jones (.DJI) melemah tajam 1,79 persen menjadi 42.197,79 poin, Nasdaq melemah 1,30 persen jadi 19.406,83 poin, dan S&P 500 turun 1,13 persen menjadi 5.976,97 poin.

Baca juga: 8 Negara Bereaksi Usai Serangan Israel ke Iran, Sekjen PBB Prihatin, Indonesia Mengecam Keras

Baca juga: Alasan Israel Serang Iran dan Sasar Fasilitas Nuklir, Merasa Terancam? IDF: Situasi Mencapai titik

4. Gangguan Rantai Pasokan Global

Lebih lanjut perang yang meletus antara Iran dan Israel juga mulai mengacaukan rantai pasokan global.

Gangguan ini berdampak pada jalur perdagangan internasional, distribusi barang, hingga stabilitas logistik di berbagai sektor industri.

Alhasil Sejumlah jalur pelayaran dan udara utama kini terpaksa ditutup atau dialihkan, mendorong keterlambatan distribusi bahan baku dan produk industri penting seperti energi, semikonduktor, dan makanan.

Dengan meningkatnya risiko konflik, biaya asuransi kapal dan kargo kini melonjak.

Jalur Teluk dinyatakan sebagai "zona perang" oleh sejumlah perusahaan asuransi maritim, menyebabkan tarif premi naik hingga dua kali lipat.

Akibatnya, ongkos pengiriman global turut naik. Biaya kontainer dari Asia ke Eropa meningkat hingga 40 persen dan pengiriman udara mengalami lonjakan biaya hingga 25 persen.

“Ketika jalur logistik utama terganggu, efeknya menyentuh seluruh rantai pasok dari bahan baku, proses produksi, hingga barang jadi,” ujar analis logistik global dari Bloomberg.

PERANG IRAN ISRAEL - Iran menyerang balik usai dirudal terlebih dahulu oleh Israel pada Jumat (13/6/2025) dini hari waktu setempat. Dunia lantas bereaksi terhadap serangan ini. Mayoritas mengecam, termasuk Indonesia. (YouTube.com/Al Jazeera English dan Dok. MehrNews)

5. Risiko Perlambatan Ekonomi Dunia

Terakhir Konflik bersenjata antara Iran dan Israel membawa dampak besar bagi perekonomian global hingga berpotensi mendorong ekonomi dunia jatuh ke jurang resesi.

Adapun perlambatan ekonomi dunia atau resesi akibat perang Iran-Israel terjadi karena kombinasi lonjakan harga energi, inflasi, gangguan logistik, dan ketidakpastian investasi.

Jika eskalasi terus berlanjut, dampaknya akan meluas ke sektor perdagangan, industri, dan keuangan, memperlambat pemulihan global pasca pandemi dan konflik Rusia-Ukraina.

Bank Dunia menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global yang semula diproyeksikan 2,6 persen tahun ini bisa turun menjadi di bawah 2 persen jika konflik terus berlanjut hingga akhir kuartal ketiga.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Berita Viral lainnya

Berita Terkini