Dua Doktor UIN Syekh Wasil Kediri Resmi Jadi Guru Besar, Angkat Isu Budaya Lokal hingga Kemaslahatan

Penulis: Isya Anshori
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DIKUKUHKAN - Dua akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Wasil Kediri resmi menyandang gelar guru besar, setelah dikukuhkan di Auditorium Perpustakaan kampus, Rabu (18/6/2025). Keduanya adalah Dr H M Dimyati Huda, M.Ag., dan Dr H A Halil Thahir, M.HI., yang kini bergelar profesor dalam bidang Ilmu Antropologi Sosial dan Hukum Islam.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Dua akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Wasil Kediri resmi menyandang gelar guru besar, setelah dikukuhkan di Auditorium Perpustakaan kampus, Rabu (18/6/2025).

Keduanya adalah Dr H M Dimyati Huda, M.Ag., dan Dr H A Halil Thahir, M.HI., yang kini bergelar profesor dalam bidang Ilmu Antropologi Sosial dan Hukum Islam.

Pengukuhan ini menandai bertambahnya jumlah guru besar aktif di UIN Syekh Wasil Kediri menjadi 13 orang.

Momen ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan akademik, khususnya di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah tempat kedua profesor mengabdi. 

Prof Dimyati Huda dalam orasi ilmiahnya mengangkat tema "Trilogi Refleksi Krisis Penawar Budaya Asing Era Digital."

Dia menekankan pentingnya budaya lokal sebagai benteng dalam menghadapi arus globalisasi dan pengaruh budaya asing yang kian masif.

Mengambil simbol keris sebagai representasi nilai budaya, Prof Dimyati menjelaskan konsep trilogi hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam.

Ketiganya terikat dalam jejaring kasih sayang dan harmoni yang menurutnya harus tetap dijaga di tengah era digital yang serba cepat.

"Di era ini, nilai-nilai warisan budaya bisa menjadi penawar terhadap krisis identitas dan moral yang muncul akibat paparan budaya luar," ucapnya.

Baca juga: Rektor Baru Unair Surabaya Tekankan Hilirisasi Riset dan Kenaikan Jumlah Guru Besar

Sementara itu, Prof Halil Thahir menyampaikan orasi bertajuk "Paradigma Interkoneksitas Maslahah dalam Teo-Antropo-Ekosentris," yang menekankan pentingnya pendekatan komprehensif dalam merumuskan kebijakan hukum dan sosial.

Dia menilai, pemahaman parsial terhadap aspek teologis, antropologis, dan ekologis tak lagi memadai dalam menjawab tantangan zaman.

Paradigma interkoneksitas maslahah yang ia gagas hadir sebagai pendekatan baru yang mengintegrasikan ketiganya dalam kerangka kemaslahatan universal.

"Dengan pendekatan ini, kebijakan yang dihasilkan bisa lebih adil dan berorientasi pada keberlanjutan, tidak hanya dari sisi manusia, tetapi juga lingkungan dan nilai spiritual," terang Prof Halil.

Sementara itu, Rektor UIN Syekh Wasil Kediri, Prof Wahidul Anam mengapresiasi kontribusi keduanya dalam memperkaya khasanah keilmuan kampus.

Dia berharap, bertambahnya guru besar akan menjadi pelecut semangat bagi civitas akademika untuk terus berinovasi dan meneliti.

"Kedua profesor ini bukan hanya memperlihatkan kedalaman ilmu, tetapi juga keberpihakan pada nilai-nilai lokal dan kemanusiaan. Ini menjadi arah penting dalam pengembangan UIN Syekh Wasil sebagai perguruan tinggi berbasis nilai," katanya.

Acara pengukuhan yang berlangsung khidmat ini turut dihadiri pejabat kampus, dosen lintas fakultas, mahasiswa, serta tamu dari berbagai perguruan tinggi lain.

Keduanya pun menjadi simbol kemajuan institusi yang berkomitmen pada pengembangan ilmu yang relevan dan berakar kuat pada nilai luhur.

"Dengan pengukuhan ini, UIN Syekh Wasil Kediri terus menegaskan posisinya sebagai pusat pengembangan ilmu Islam yang integratif dan solutif terhadap persoalan-persoalan zaman," ungkapnya.

Berita Terkini