Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Ravi Bukan Mahasiswa Biasa usai Berpenghasilan Rp 15 Juta dari Bisnisnya, Belajarnya Autodidak

Otodidak Kehidupan Ravi seorang mahasiswa berubah setelah mengenal sebuah sistem budidaya dan menghasilkan cuan menjanjikan.

|
Penulis: Ignatia | Editor: Ignatia Andra
Tribunnews.com
BUKAN MAHASISWA BIASA - Anindita Ravi Pamungkas (20), saat berada di kolam ikan nila miliknya, di Blora, Minggu (9/11/2025). Kini Anindita Ravi sukses dengan bisnisnya. 

 

TRIBUNJATIM.COM - Ada seorang pemuda dengan kategori bukan mahasiswa biasa karena bisnisnya yang ternyata sangat menjanjikan.

Anindita Ravi Pamungkas, mahasiswa biasa yang kesehariannya juga cukup mengejutkan.

Usia muda tetapi Ravi sudah dapat menghasilkan uang belasan juta dari cara yang ia pelajari di sosial media.

Secara otodidak, Ravi mulai melihat adanya peluang bagus dalam bisnis budidaya ikan dengan sistem bioflok.

Pasca dilaksanakan, siapa sangka Ravi berhasil menghasilkan cuan dan kini pelanggannya tetap.

Bukan mahasiswa biasa

Anindita Ravi Pamungkas (20), bukanlah mahasiswa biasa

Dalam kesehariannya, pemuda asal Desa Palon, Kecamatan Jepon, itu tidak hanya fokus pada aktivitas perkuliahan saja, melainkan juga menekuni usaha di bidang budidaya ikan nila sistem Bioflok.

Mahasiswa semester lima, Jurusan Teknik Mesin di Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu, itu mulai budidaya ikan konsumsi sejak 2023.

Awalnya, Ia budidaya ikan lele, namun lantaran jumlah pembudidaya ikan lele di Blora sudah cukup banyak, Ia kemudian beralih budidaya ikan nila.

Anindita membaca peluang bahwa budidaya ikan nila mempunyai prospek yang cukup bagus di Blora.

Baca juga: Jelang Akhir Tahun 2025, 8 Jabatan Eselon II Pemkab Lamongan Kosong, BKPSDM Siapkan Lelang Jabatan

"Di Blora itu sudah banyak pembudidaya ikan lele, dan pembudidaya ikan nila itu masih minim. Makanya itu saya melihat peluang di dunia ikan nila ini masih sangat besar. Jadi saya beralih ke nila," katanya, Minggu (9/11/2025).

Budidaya ikan nila tak semudah budidaya ikan lele.

Bahkan awal-awal saat Anindita mulai budidaya ikan nila, ada sekitar seribuan ikannya yang mati.

"Pernah awal-awal saya tebar 1.500 ekor ikan nila, enggak ada 5 menit mati total, itu pernah."

"Lalu pernah juga saat ikan sudah mau panen, tapi listrik tiba-tiba mati, dan lupa menyalakan genset sehingga aerator tidak berfungsi. Sehingga ikan banyak yang mati. Itu dukanya jadi pembudidaya nila," jelasnya.

Kesulitan yang dihadapinya

Seiring berjalannya waktu, Anindita terus belajar dari pengalaman tersebut, hingga bisa meminimalkan risiko-risiko kematian ikan.

Anindita menilai, dalam berbudidaya ikan hal utama yang perlu diperhatikan yakni kualitas air.

"Untuk budidaya ikan yang paling diperhatikan itu utamanya di kualitas air.
Karena kualitas air itu menentukan keberhasilan panen dan kualitas daging ikan."

"Kualitas air yang buruk, berpotensi membuat kematian ikan yang tidak wajar," jelasnya.

Dalam berbudidaya ikan nila, Anindita belajar secara otodidak, dan mengandalkan dari media sosial, YouTube, hingga AI.

Bisnis cukup sukses

Saat ini Anindita memiliki 17 kolam, dengan ukuran yang bervariasi. Ia bisa memanen ikan nila, setiap 3,5 bulan.

"Untuk sementara ini saya punya 17 kolam dengan kubikasi kolam bervariasi, dari 3 kubik, 5 kubik, 12 kubik, 24 kubik."

"Untuk sekali panen beragam ya, tergantung ukuran kolam. Ya paling rata-rata sekali panen, ada yang 2 kwintal, 3,5 kwintal, ada juga yang 4 kwintal," jelasnya.

Anindita memasarkan ikan nila dari hasil budidayanya, mulai ke pemancingan, warga sekitar, hingga restoran.

Adapun untuk ikan nila miliknya dijual dengan harga beragama.

Baca juga: Marsinah Bakal Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional Tepat di Hari Pahlawan 10 November

Penghasilan belasan juta

Untuk harga ecer Rp 33 ribu per kilogram. Untuk harga partai besar Rp 30 ribu per kilogram.

Per kilogram biasanya ada yang isi 6 ekor, ada yang 2 ekor, tergantung permintaan.

"Untuk pemasaran saya sementara ini masih untuk ke pemancingan, resto-resto kecil. Tapi rencana ke depannya, saya mulai ke restoran besar dan tengkulak-tengkulak skala besar," jelasnya.

Sekali panen, Anindita bisa mengantongi omzet dari Rp 3 juta hingga Rp 15 juta. Dengan pendapatan itu menurutnya masih cukup menguntungkan.

"Masih untung. Karena itu nanti bisa dihitung untuk HPP-nya, biaya listrik berapa, biaya pakan berapa, itu bisa ketemu nantinya," jelasnya.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved